Doa Nabi Sulaiman yang selalu dikabulkan Allah

Doa Nabi Sulaiman

<a href="https://www.pshterate.com/"><img src="Doa Nabi Sulaiman.jpg" alt="Doa Nabi Sulaiman yang selalu dikabulkan Allah"></a>
Doa Nabi Sulaiman

Doa Nabi Sulaiman merupakan salah satu doa yang sangat penting dalam agama Islam. Nabi Sulaiman adalah salah satu nabi yang diberikan kekuatan luar biasa oleh Allah, termasuk kemampuan untuk berkomunikasi dengan binatang dan mengendalikan unsur-unsur alam. Doa-doa yang dia panjatkan selalu dikabulkan oleh Allah, dan keistimewaan ini membuat doa Nabi Sulaiman menjadi inspirasi bagi umat Muslim hingga saat ini.

Salah satu doa Nabi Sulaiman yang paling terkenal adalah doa untuk mengusir semut. Kisah ini tercatat dalam Al-Qur'an, di mana Nabi Sulaiman memohon kepada Allah untuk memberikan kekuatan dalam menghadapi serangan semut yang merusak tanaman dan kebunnya. Dalam doanya, Nabi Sulaiman meminta agar Allah mengusir semut-semut tersebut, dan dengan izin-Nya, semut-semut itu pun segera menghilang. Doa ini mengajarkan kepada kita untuk selalu memohon pertolongan Allah ketika menghadapi masalah dan kesulitan.

Tak hanya mengusir semut, Nabi Sulaiman juga memiliki doa yang mampu mengusir jin dan setan. Kemampuan ini diberikan oleh Allah sebagai bentuk kepercayaan dan keistimewaan kepada Nabi Sulaiman. Dalam doanya, Nabi Sulaiman memohon kepada Allah agar jin dan setan tidak mengganggu dan mengganggu umat manusia. Allah pun mengabulkan doa tersebut, sehingga jin dan setan tidak lagi mengganggu ketenangan hidup manusia. Doa ini mengajarkan kepada kita untuk selalu berlindung kepada Allah dari gangguan makhluk halus yang jahat.

Kekuatan spiritual Nabi Sulaiman juga tercermin dalam kemampuannya menundukkan hewan-hewan di muka bumi. Dalam salah satu kisah dalam Al-Qur'an, Nabi Sulaiman mampu berkomunikasi dengan burung Hud-hud dan menjadikannya sebagai perantara untuk mendapatkan informasi tentang suatu negeri yang jauh. Hal ini menunjukkan kedekatan Nabi Sulaiman dengan Allah serta kebijaksanaannya dalam memanfaatkan kekuatan yang diberikan oleh-Nya. Doa Nabi Sulaiman untuk menundukkan hewan-hewan ini mengajarkan kita tentang pentingnya memiliki koneksi yang kuat dengan Allah dan menggunakan kekuatan yang diberikan-Nya dengan bijaksana.

Selain itu, doa Nabi Sulaiman juga termasuk doa untuk memancing ikan. Nabi Sulaiman memiliki keahlian unik dalam menarik ikan-ikan ke arahnya hanya dengan menggunakan doa dan perintah Allah. Dalam doanya, Nabi Sulaiman memohon kepada Allah agar ikan-ikan datang kepadanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan umatnya. Kekuatan doa ini menunjukkan betapa besar kepercayaan Nabi Sulaiman kepada Allah, serta keajaiban yang dapat terjadi ketika kita menggantungkan harapan kita hanya pada-Nya.

Kemampuan Nabi Sulaiman yang luar biasa juga terlihat dalam doanya untuk mendatangkan uang dan kekayaan. Dalam Al-Qur'an, disebutkan bahwa Nabi Sulaiman memohon kepada Allah agar diberikan kerajaan yang tidak ada tandingannya. Allah pun mengabulkan doa tersebut, dan Nabi Sulaiman menjadi salah satu raja yang paling kaya dan berkuasa pada zamannya. Doa ini mengajarkan kepada kita bahwa kekayaan dan keberlimpahan hidup datangnya hanya dari Allah, dan kita perlu selalu berusaha dengan tulus dan ikhlas serta memohon pertolongan-Nya dalam mencapai kesuksesan materi dan spiritual.

Tidak hanya itu, Nabi Sulaiman juga memiliki doa yang mampu menundukkan wanita. Dalam salah satu kisah dalam Al-Qur'an, Nabi Sulaiman dapat mengendalikan ratu Balqis dengan kebijaksanaan dan kekuatannya yang luar biasa. Kemampuan ini tidak hanya berlaku untuk menundukkan wanita secara harfiah, namun juga melambangkan kebijaksanaan Nabi Sulaiman dalam memimpin dan menjalin hubungan yang baik dengan umatnya. Doa ini mengajarkan kepada kita pentingnya memiliki kebijaksanaan, kesabaran, dan kelembutan dalam berinteraksi dengan sesama manusia.

Dalam keseluruhan kisah dan doa-doa Nabi Sulaiman, terdapat pelajaran dan inspirasi yang dapat diambil oleh umat Muslim. Doa-doa tersebut mengingatkan kita untuk selalu mengandalkan Allah dalam segala hal, memohon pertolongan-Nya ketika menghadapi kesulitan, serta menggunakan kekuatan yang diberikan-Nya dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Doa Nabi Sulaiman mengajarkan kita tentang kekuatan iman, ketekunan, dan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah-kisah Nabi Sulaiman dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

<a href="https://www.pshterate.com/"><img src="Doa Nabi Sulaiman yang selalu dikabulkan Allah.webp" alt="Doa Nabi Sulaiman yang selalu dikabulkan Allah"></a>
Doa Nabi Sulaiman yang selalu dikabulkan Allah

Doa Nabi Sulaiman yang selalu dikabulkan Allah

Doa Nabi Sulaiman yang selalu dikabulkan oleh Allah merupakan bukti keistimewaan hubungan antara Nabi Sulaiman dan Allah. Nabi Sulaiman (dikenal juga sebagai Raja Sulaiman) adalah salah satu nabi yang disebutkan dalam Al-Quran. Dia terkenal karena kebijaksanaan, kekuasaan, dan kemampuan khusus yang diberikan Allah kepadanya, terutama dalam doa-doa yang selalu dikabulkan-Nya. Doa Nabi Sulaiman menjadi cerminan keikhlasan, kerendahan hati, dan keyakinan yang kuat akan kekuasaan Allah yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Kisah-kisah Nabi Sulaiman yang mencakup doa-doa yang selalu dikabulkan Allah ini memberikan inspirasi dan pengajaran penting bagi umat Muslim, mengajarkan nilai pentingnya memiliki iman yang teguh, tawakal kepada Allah, dan mempersembahkan doa-doa dengan ketulusan hati. Dalam 20 Daftar Cerita Nabi Sulaiman dan Penjelasannya yang Komprehensif sesuai Cerita dalam Al-Quran, kita dapat memahami betapa besar pengaruh doa-doa Nabi Sulaiman dalam hidupnya dan betapa istimewanya hubungan spiritual yang dia miliki dengan Allah.

  1. Nabi Sulaiman Memerintah dan Diberikan Kebijaksanaan (Surah Al-Baqarah 2:247)
  2. Nabi Sulaiman diberikan kebijaksanaan dan kemampuan untuk memerintah dengan adil.
  3. Nabi Sulaiman Mengendalikan Jin dan Angin (Surah Al-Anbiya' 21:81)
  4. Nabi Sulaiman memiliki kekuasaan untuk mengendalikan jin dan mengatur angin sesuai kehendaknya.
  5. Sulaiman dan Hud-Hud (Surah An-Naml 27:16-19)
  6. Nabi Sulaiman meminta hewan burung Hud-Hud untuk membawakan informasi tentang Ratu Balqis dan kerajaannya, dan Hud-Hud melaksanakan tugas tersebut dengan sempurna.
  7. Nabi Sulaiman Membangun Istana yang Megah (Surah An-Naml 27:30-32)
  8. Nabi Sulaiman membangun istana yang indah dan megah dengan bantuan jin dan burung-burung yang dikerahkan kepadanya.
  9. Nabi Sulaiman Memerintah atas Jin (Surah An-Naml 27:39-44)
  10. Nabi Sulaiman memiliki kekuasaan untuk memerintah dan mengatur jin-jin, menggunakannya untuk membangun, bekerja, dan menjaga kerajaannya.
  11. Ujian Nabi Sulaiman dengan Ujian Tahta (Surah Saad 38:34-40)
  12. Nabi Sulaiman diuji ketika Allah menguji kesetiaannya dengan menguji tahtanya. Sulaiman menyadari bahwa semua ini adalah ujian dari Allah dan bersyukur.
  13. Nabi Sulaiman dan Semut (Surah An-Naml 27:18-19)
  14. Ketika Nabi Sulaiman bersama tentaranya melewati lembah semut, ia bisa mendengar semut-semut berkomunikasi. Sulaiman menyadari keagungan Allah dalam menciptakan makhluk-makhluk kecil tersebut.
  15. Sulaiman Mendengarkan Ular (Surah An-Naml 27:16-19)
  16. Nabi Sulaiman mampu memahami bahasa binatang, termasuk ular, yang memberikan informasi penting kepadanya.
  17. Pengadilan Nabi Sulaiman (Surah An-Naml 27:32-33)
  18. Nabi Sulaiman menyelesaikan perselisihan antara dua wanita mengenai seorang bayi dengan hikmah dan kebijaksanaan.
  19. Nabi Sulaiman dan Angin yang Melalui Jarak Jauh (Surah Al-Anbiya' 21:81)
  20. Nabi Sulaiman memiliki kekuasaan untuk mengatur angin dan perjalanan jarak jauh dengan cepat.
  21. Nabi Sulaiman Menghukum Jin Pembangkang (Surah Saba' 34:12)
  22. Ketika beberapa jin menolak bekerja untuk Nabi Sulaiman, ia menghukum mereka dengan mengurung mereka dalam penjara.
  23. Sulaiman Mendengar Nyanyian Burung (Surah An-Naml 27:16-19)
  24. Nabi Sulaiman bisa mendengar nyanyian burung-burung dan menghargai keindahan ciptaan Allah.
  25. Ujian Nabi Sulaiman dengan Ratu Balqis (Surah An-Naml 27:38-44)
  26. Nabi Sulaiman menguji Ratu Balqis dengan mengajaknya untuk menyembah Allah yang Maha Esa, bukan menyembah matahari.
  27. Sulaiman Menciptakan Angin yang Membawa Awan (Surah Al-Anbiya' 21:81)
  28. Nabi Sulaiman memiliki kendali atas angin, yang membawa awan-awan ke tempat yang dia inginkan.
  29. Sulaiman Menyembuhkan Penyakit (Surah Saba' 34:12-13)
  30. Nabi Sulaiman memiliki kemampuan untuk menyembuhkan penyakit dan membantu orang-orang yang sakit.
  31. Sulaiman dan Kuda-Kuda Perangnya (Surah Sad 38:31-33)
  32. Nabi Sulaiman memiliki kuda-kuda perang yang tangguh dan dapat diandalkan untuk membantunya dalam perang.
  33. Sulaiman Mengajarkan Tentara Burung (Surah An-Naml 27:17)
  34. Nabi Sulaiman mengajarkan tentara burung bagaimana membentuk barisan dan berperang untuk melindungi kerajaannya.
  35. Nabi Sulaiman Menyembuhkan Orang yang Tuli (Surah An-Naml 27:80-81)
  36. Nabi Sulaiman menyembuhkan seorang yang tuli dengan berdoa kepada Allah.
  37. Sulaiman Menghukum Iblis (Surah Saad 38:34-38)
  38. Nabi Sulaiman menghukum Iblis dengan memerintahkannya untuk membawa singgasana Ratu Balqis kehadapnya.
  39. Nabi Sulaiman Meninggal dan Diketahui Melalui Tongkatnya (Surah Saad 38:34-40)
  40. Ketika Nabi Sulaiman meninggal, ia didukung oleh tongkatnya, tetapi kemudian diingatkan bahwa itu adalah kekuasaan Allah yang memungkinkan tongkat itu berfungsi.

Demikianlah beberapa cerita penting tentang Nabi Sulaiman dalam Al-Quran. Untuk penjelasan yang lebih rinci dan komprehensif, sangat disarankan untuk membaca tafsir Al-Quran yang disediakan oleh ulama dan sarjana yang terpercaya.

<a href="https://www.pshterate.com/"><img src="Rahasia Ijazah Doa Nabi Sulaiman.jpg" alt="Doa Nabi Sulaiman yang selalu dikabulkan Allah"></a>
Rahasia Ijazah Doa Nabi Sulaiman

Rahasia Ijazah Doa Nabi Sulaiman

Doa merupakan salah satu cara yang diperintahkan agama untuk berkomunikasi dengan Allah. Namun, ada satu sosok nabi yang memiliki keistimewaan luar biasa dalam doanya, yaitu Nabi Sulaiman. Ijazah doa Nabi Sulaiman menjadi kunci ajaib yang membuka pintu kemurahan dan kekuatan Ilahi. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa doa Nabi Sulaiman yang diyakini dapat mengabulkan permohonan, menundukan wanita, mendatangkan kekayaan, mengusir jin dan setan, mengusir hewan-hewan yang merugikan, serta membawa rezeki berlimpah.

1. Nabi Sulaiman Memerintah dan Diberikan Kebijaksanaan

Surah Al-Baqarah (2:247)

Arab:

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِّنَ الْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۖ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَن يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Transliterasi Latin:
Wa qāla lahum nabīyuhum inna Allāha qad ba'atha lakum ṭālūta malikan qālū annā yakūnu lahu al-mulku 'alaynā wa naḥnu aḥaqqū bil-mulki minhu wa lam yuti sa'atan mina al-māli qāla inna Allāha iṣṭafāhu 'alaykum wa zādahu basṭatan fī al-ʿilmi wal-jismi wa Allāhu yuti mulkahu man yashā'u wa Allāhu wāsiʿun ʿalīmun.

Artinya:
Dan nabi mereka berkata kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut (Saul) menjadi raja atas kamu." Mereka berkata: "Bagaimana dia dapat menjadi raja atas kami, padahal kami lebih berhak mendapatkan kerajaan daripadanya dan dia tidak diberikan harta yang banyak?" Nabi mereka menjawab: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya atas kamu dan Dia telah melimpahkan kepadanya pengetahuan dan kekuatan yang besar. Dan Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui."

Tafsirnya:
Ayat ini mengisahkan tentang Nabi Samuel yang memilih dan mengangkat Talut (Saul) sebagai raja atas kaum Bani Israel. Para pemimpin Bani Israel tidak puas dengan pilihan ini dan mempertanyakan keabsahan Talut sebagai raja, mengingat ia tidak memiliki kekayaan yang berlimpah.

Namun, Nabi Samuel memberikan penjelasan bahwa Allah telah memilih Talut sebagai raja dan memberikan kepadanya kebijaksanaan (pengetahuan) dan kekuatan yang luar biasa. Kekayaan bukanlah kriteria utama untuk menentukan seseorang menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana. Allah dapat memberikan kerajaan-Nya kepada siapa pun yang Dia kehendaki, dan Dia Maha Luas dalam memberikan karunia-Nya serta Maha Mengetahui segala hal.

Tafsir ayat ini mengajarkan kita untuk tidak menilai seseorang berdasarkan harta atau kedudukan materi yang dimilikinya. Kepemimpinan yang baik datang dari kebijaksanaan, pengetahuan, dan keadilan yang Allah berikan. Allah-lah yang mengetahui apa yang terbaik untuk umat-Nya dan Dia memilih pemimpin-pemimpin yang sesuai dengan hikmah-Nya.

2. Nabi Sulaiman Mengendalikan Jin dan Angin

Surah Al-Anbiya' (21:81)

Arab:

وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ عَاصِفَةً تَجْرِي بِأَمْرِهِ إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۚ وَكُنَّا بِكُلِّ شَيْءٍ عَالِمِينَ

Transliterasi Latin:
Wa li-Sulaymāna al-riḥa 'āṣifatan tajrī bi-amrihi ilā al-arḍi allatī bāraknā fīhā wa kunnā bi-kulli shay'in ʿālimīn.

Artinya:
Dan bagi Sulaiman (kami tundukkan) angin yang berhembus dengan perintahnya menuju negeri yang telah Kami berkati di dalamnya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.

Tafsirnya:
Ayat ini menyatakan bahwa Nabi Sulaiman diberikan kekuasaan untuk mengendalikan angin sesuai dengan kehendaknya. Ia memiliki kontrol atas angin yang berhembus dan dapat mengarahkannya ke tempat yang dikehendakinya. Keistimewaan ini diberikan oleh Allah kepada Nabi Sulaiman sebagai tanda kekuasaan dan keberkahan-Nya.

Dalam sejarah, dikisahkan bahwa Nabi Sulaiman menggunakan kekuasaannya atas angin dan jin untuk melaksanakan tugas-tugasnya, termasuk dalam pembangunan Bait Suci di Yerusalem dan menjaga kerajaannya. Pengendalian angin dan jin merupakan salah satu karunia Allah kepada Nabi Sulaiman yang menunjukkan kebesaran dan keajaiban kekuasaan-Nya.

Tafsir ayat ini mengajarkan kepada kita tentang kekuasaan Allah yang tak terbatas dan kemampuan-Nya untuk memberikan karunia-karunia khusus kepada hamba-hamba-Nya yang dipilih. Hal ini juga menekankan bahwa kekuasaan dan otoritas yang dimiliki Nabi Sulaiman berasal dari Allah semata, dan ia menggunakan kekuasaan tersebut dengan adil dan bijaksana untuk memenuhi tugas-tugasnya sebagai pemimpin dan nabi.

3. Sulaiman dan Hud-Hud

3.0. Surah An-Naml (27:16-19)

Arab:


تَمَٰتَ عَلَىٰ سُلَيْمَٰنَ جُنُودُهُۥ مِنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ وَٱلطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَوْا۟ عَلَىٰ وَادِى ٱلنَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌۭ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّمْلُ ٱدْخُلُوا۟ مَسَـٰكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَـٰنُ وَجُنُودُهُۥ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًۭا مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَـٰلِحًۭا تَرْضَىٰهُ وَأَدْخِلْنِى بِرَحْمَتِكَ فِى عِبَادِكَ ٱلصَّـٰلِحِينَ

Transliterasi Latin:
Tamāta ʿalā Sulaymāna junūduhu mina al-jinni wal-insi waṭ-ṭayri fahum yūzaʿūn. Ḥattā iżā ataw ʿalā wādin-naml qālat namlatun yā ayyuhā n-namlu dkhulū masākinakum lā yaḥṭimannakum Sulaymānu wa junūduhu wa hum lā yašʿurūn. Fatabassama ḍāḥikan min qawlihā wa qāla rabbi awzīʿnī an ashkura niʿmataka allatī anʿamta ʿalayya wa ʿalā wālidayya wa an aʿmala ṣāliḥan tardāhū wa adkhlīnī bi-raḥmatika fī ʿibādika aṣ-ṣāliḥīn.

Artinya:
Pasukan Sulaiman terdiri dari jin, manusia, dan burung-burung yang tertib dalam barisan. Hingga suatu ketika mereka sampai di lembah semut, seekor semut berkata, "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman dan pasukannya tanpa mereka menyadarinya." Lalu semut itu tersenyum dengan tertawa karena perkataannya, dan ia berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku kekuatan untuk bersyukur atas nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, serta supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh."

Tafsirnya:
Ayat-ayat ini mengisahkan tentang perjalanan tentara Sulaiman yang terdiri dari jin, manusia, dan burung-burung. Ketika mereka tiba di lembah semut, seekor semut memberi peringatan kepada semut-semut lainnya untuk masuk ke dalam sarang-sarang mereka agar tidak diinjak oleh Sulaiman dan pasukannya tanpa mereka menyadarinya.

Kejadian ini membuat Sulaiman tersenyum dan tertawa karena terkejut dengan ucapan semut tersebut. Ia menyadari keajaiban dan kebijaksanaan Allah yang meliputi segala makhluk, termasuk semut yang memberikan peringatan kepada kaumnya. Sulaiman merasa terharu dan bersyukur atas nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadanya.

Setelah itu, Sulaiman berdoa kepada Allah untuk diberi kekuatan untuk bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya dan berbuat amal yang saleh yang diredhai oleh-Nya. Ia juga memohon agar dimasukkan ke dalam golongan hamba-hamba Allah yang saleh dengan rahmat-Nya.

Tafsir ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai dan memperhatikan makhluk-makhluk kecil yang ada di sekitar kita. Meskipun semut hanyalah hewan kecil, Allah memberikan mereka suatu pemahaman yang luar biasa sehingga dapat memberikan peringatan kepada mereka.

Selain itu, ayat ini juga mengajarkan tentang pentingnya bersyukur atas nikmat-nikmat Allah dan berbuat amal yang baik sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada-Nya. Nabi Sulaiman, meskipun memiliki kekuasaan yang besar, tidak lupa untuk selalu bersyukur dan memohon petunjuk dan rahmat Allah.

3.1. Surah An-Naml (27:16)

Arab:

وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُودَ وَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِن كُلِّ شَيْءٍ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ

Transliterasi Latin:
Wa waritha Sulaymānu Dāwūda wa qāla yā ayyuhā n-nāsu ʿullimnā manṭiqaṭ-ṭayri wa ūtinā min kulli shayʾin innahā lahuwa al-faḍlu al-mubīn.

Artinya:
Dan Sulaiman mewarisi dari Daud. Dia berkata, "Hai manusia, kami diajari bahasa burung dan diberi segala sesuatu. Sesungguhnya ini adalah karunia yang nyata."

Tafsirnya:
Ayat ini menyiratkan bahwa Nabi Sulaiman mewarisi kemampuan dari ayahnya, Nabi Daud. Ia memiliki keistimewaan dalam memahami bahasa burung dan diberi pengetahuan luas tentang segala hal.

Nabi Sulaiman memanfaatkan kemampuannya dalam memahami bahasa burung untuk tujuan tertentu. Salah satu contohnya adalah ketika ia meminta hewan burung Hud-Hud untuk membawa informasi tentang Ratu Balqis dan kerajaannya. Hud-Hud melaksanakan tugas tersebut dengan sempurna dan memberikan laporan kepada Sulaiman.

Tafsir ayat ini mengajarkan tentang keistimewaan dan kebijaksanaan yang Allah berikan kepada Nabi Sulaiman. Ia memiliki pengetahuan dan kemampuan yang luar biasa, termasuk kemampuan untuk memahami bahasa burung. Sulaiman menggunakan kemampuannya ini untuk mengumpulkan informasi yang berguna dan penting bagi kerajaannya.

Ayat ini juga mengingatkan kita akan pentingnya memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan yang diberikan oleh Allah untuk kebaikan dan kemaslahatan. Nabi Sulaiman mengambil manfaat dari kemampuannya dalam memahami bahasa burung untuk mengatur dan memimpin dengan bijaksana.

3.2. Surah An-Naml (27:17)

Arab:

وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُۥ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ

Transliterasi Latin:
Wa ḥushira li-Sulaymāna junūduhu mina al-jinni wal-insi waṭ-ṭayri fahum yūzaʿūn.

Artinya:
Dan dikumpulkanlah untuk Sulaiman tentara-tentara dari jin, manusia, dan burung-burung, lalu mereka disusun dalam barisan.

Tafsirnya:
Ayat ini menggambarkan bagaimana Nabi Sulaiman mengumpulkan tentara-tentara yang terdiri dari jin, manusia, dan burung-burung. Ia memiliki kekuasaan dan kemampuan untuk mengatur dan memimpin mereka dengan bijaksana.

Dalam konteks kisah dengan Hud-Hud, ayat ini menjadi pendahuluan dari perintah Sulaiman kepada Hud-Hud untuk membawa informasi tentang Ratu Balqis dan kerajaannya. Hud-Hud adalah salah satu hewan burung yang merupakan bagian dari tentara Sulaiman yang mampu berkomunikasi dengan manusia.

Tafsir ayat ini menunjukkan kekuasaan dan otoritas Nabi Sulaiman dalam mengatur dan memimpin tentaranya yang terdiri dari makhluk-makhluk yang berbeda, termasuk jin, manusia, dan burung-burung. Ia memiliki kemampuan untuk menyusun mereka dalam barisan dan memanfaatkannya sesuai kehendak dan keperluan.

Perintah Sulaiman kepada Hud-Hud untuk membawa informasi tentang Ratu Balqis dan kerajaannya menunjukkan strategi dan kebijaksanaan Sulaiman dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Hud-Hud menjalankan tugas tersebut dengan sempurna, membawa informasi yang diinginkan oleh Sulaiman.

Tafsir ini mengajarkan kepada kita tentang pentingnya kebijaksanaan, kepemimpinan yang bijaksana, dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki. Nabi Sulaiman memanfaatkan kekuasaan dan kemampuannya dengan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3.3. Surah An-Naml (27:18)

Arab:

حَتَّىٰ إِذَا أَتَوْا عَلَىٰ وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

Transliterasi Latin:
Hatta idza ataw 'ala wadin namli qalat namlatun ya ayyuha an-namlu udhkhulū masākinakum lā yaḥṭimannakum Sulaymānu wa junūduhu wa hum lā yašʿurūn.

Artinya:
Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, "Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari."

Tafsirnya:
Ayat ini menceritakan tentang peristiwa ketika Sulaiman dan pasukannya sampai di sebuah lembah yang dihuni oleh semut-semut. Di lembah tersebut, seekor semut memberikan peringatan kepada sesama semut agar mereka masuk ke dalam sarang-sarangnya agar terhindar dari terinjak oleh Sulaiman dan pasukannya yang tidak menyadari keberadaan semut-semut tersebut.

Tafsir ayat ini menggambarkan kebijaksanaan dan kepekaan Nabi Sulaiman terhadap makhluk-makhluk lain di sekitarnya, bahkan yang sekecil semut sekalipun. Meskipun Sulaiman memiliki kekuatan dan pasukan yang besar, dia memperhatikan makhluk-makhluk kecil dan menghormati hak-hak mereka. Dia tidak ingin melanggar atau membahayakan makhluk-makhluk tersebut, bahkan jika mereka tidak menyadari kehadiran dirinya.

Ayat ini juga mengandung pesan moral tentang pentingnya menghormati dan memperhatikan makhluk-makhluk lain di sekitar kita. Nabi Sulaiman sebagai seorang pemimpin yang bijaksana dan penuh perhatian, menunjukkan sikap yang baik terhadap lingkungan dan makhluk-makhluk di dalamnya. Kita diajarkan untuk menjaga keseimbangan dan harmoni dengan alam serta menghormati keberadaan setiap makhluk, tanpa memandang seberapa kecil atau besar mereka.

Tafsir ini mengingatkan kita untuk selalu bersikap bijaksana dan peduli terhadap lingkungan sekitar kita. Kita perlu menjaga keseimbangan ekosistem dan melindungi serta menghormati semua makhluk yang ada di dalamnya, baik yang dapat kita lihat dan rasakan, maupun yang tidak.

3.4. Surah An-Naml (27:19)

Arab:

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

Transliterasi Latin:
Fatabassama dāḥikan min qawlihā wa qāla, "Rabb iawzi'nī an ashkura niʿmataka allatī anʿamta ʿalayya wa ʿalā wālidaya wa an aʿmala ṣāliḥan tarḍāhu wa adkhilnī biraḥmatika fī ʿibādika aṣ-ṣāliḥīn."

Artinya:
Maka Sulaiman tersenyum sambil tertawa mendengar perkataan semut itu, dan ia berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan untuk mengerjakan amal shalih yang Engkau ridai, dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh."

Tafsirnya:
Ayat ini melanjutkan cerita tentang peristiwa Sulaiman dan semut-semut di lembah semut. Ketika semut memberikan peringatan kepada sesama semut untuk masuk ke dalam sarang-sarang mereka, Sulaiman merespons dengan tersenyum dan tertawa mendengar perkataan semut tersebut. Kemudian, Sulaiman berdoa kepada Allah memohon petunjuk dan rahmat-Nya. Dia memohon agar diberikan ilham untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadanya dan kedua orang tuanya, juga agar diberikan kekuatan untuk mengerjakan amal shalih yang Allah ridai. Selain itu, ia memohon agar dimasukkan ke dalam golongan hamba-hamba Allah yang saleh dengan rahmat-Nya.

Tafsir ayat ini menunjukkan sikap rendah hati, syukur, dan permohonan petunjuk Nabi Sulaiman kepada Allah. Meskipun memiliki kekuasaan dan karunia yang besar, dia tidak sombong atau menyombongkan diri. Dia menyadari bahwa segala yang ia miliki adalah karunia dari Allah, dan dia ingin menggunakan kekuasaan dan karunia tersebut dengan cara yang baik dan sesuai dengan kehendak Allah. Doa Sulaiman ini juga menunjukkan kerendahan hati dan keinginan untuk selalu berada dalam keridhaan Allah serta berada di antara hamba-hamba-Nya yang saleh.

Tafsir ini mengajarkan kepada kita pentingnya sikap syukur terhadap nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita. Kita perlu mengakui bahwa segala yang kita miliki berasal dari Allah, dan kita harus berusaha menggunakan nikmat-nikmat tersebut dengan cara yang baik, mematuhi perintah-Nya, dan berbuat kebaikan yang dapat meraih keridhaan-Nya. Selain itu, kita juga harus rendah hati dan selalu berdoa memohon petunjuk dan rahmat Allah agar kita tetap berada di jalan yang lurus dan menjadi hamba-hamba-Nya yang saleh.

4. Nabi Sulaiman Membangun Istana yang Megah

4.0. Surah An-Naml (27:30)

Arab:

إِنَّهُ مِن سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Transliterasi Latin:
Innahu min Sulaimāna wa innahu bismi Allahi al-Raḥmāni al-Raḥīm.

Artinya:
Sesungguhnya ini (surat atau pesan) dari Sulaiman, dan sesungguhnya ini (surat atau pesan) itu dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang.

Tafsirnya:
Ayat ini menunjukkan bahwa surat atau pesan yang disampaikan merupakan pesan dari Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman mengirimkan pesan tersebut dengan menyebutkan nama Allah, dengan menyatakan bahwa pesan tersebut datang dengan izin, rahmat, dan kasih sayang Allah.

Tafsir ayat ini memberikan penegasan bahwa apa yang disampaikan oleh Nabi Sulaiman adalah berdasarkan wewenang dan otoritas yang diberikan Allah kepadanya. Dengan menyebut nama Allah, Nabi Sulaiman mengakui bahwa segala kekuasaan dan kebijaksanaannya berasal dari Allah, Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Penggunaan kalimat "bismi Allahi al-Raḥmāni al-Raḥīm" (dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang) juga menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan memiliki tujuan yang baik dan penuh kebaikan, serta ditujukan untuk kepentingan dan kemaslahatan umat manusia.

Tafsir ini mengajarkan pentingnya menyandarkan segala tindakan dan usaha kita kepada Allah, serta mengakui bahwa segala keberhasilan dan hasil yang kita dapatkan berasal dari-Nya. Selain itu, tindakan dan komunikasi kita juga seharusnya dilandasi oleh rasa kasih sayang, kebaikan, dan rahmat terhadap sesama, sebagaimana Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

4.1. Surah An-Naml (27:31)

Arab:

أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ

Transliterasi Latin:
Al-lā ta'lū 'alayya wa'tūnī muslimīn.

Artinya:
Janganlah kamu menunjukkan keangkuhan terhadapku, dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang tunduk patuh.

Tafsirnya:
Ayat ini merupakan perintah dari Nabi Sulaiman kepada para utusan atau perwakilan yang dikirim untuk membawa pesan ke Ratu Balqis. Nabi Sulaiman memberikan instruksi agar mereka tidak menunjukkan sikap sombong atau menyombongkan diri terhadapnya, melainkan datang dengan sikap tunduk dan patuh.

Tafsir ayat ini mengandung pelajaran penting tentang rendah hati, kerendahan diri, dan sikap tawadhu'. Nabi Sulaiman sebagai seorang nabi dan raja yang memiliki kekuasaan dan kebijaksanaan yang luar biasa tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kesederhanaan dan ketaatan kepada Allah. Dia menunjukkan bahwa kebesaran bukanlah berada dalam sikap angkuh, tetapi dalam kesalehan dan kerendahan hati.

Dalam konteks ini, ayat ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga sikap rendah hati dan tidak menyombongkan diri ketika berinteraksi dengan orang lain, terlebih lagi jika kita memiliki kedudukan atau kelebihan tertentu. Sikap tunduk dan patuh yang diminta oleh Nabi Sulaiman merupakan ekspresi dari ketundukan kepada Allah dan penghormatan terhadap sesama manusia.

Tafsir ayat ini mengingatkan kita untuk selalu memperhatikan etika dan adab dalam setiap interaksi kita, serta menghindari sikap angkuh dan sombong yang dapat merusak hubungan dengan orang lain dan dengan Allah.

4.2. Surah An-Naml (27:32)

Arab:

قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَفْتُونِي فِي أَمْرِي مَا كُنتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّىٰ تَشْهَدُونِ

Transliterasi Latin:
Qālat yā ayyuhā al-malā'u aftūnī fī amrī mā kuntu qāṭiʿatan amran ḥattā tashhadūn.

Artinya:
Ia (Ratu Balqis) berkata, "Hai para pembesar, berikanlah pendapat kalian dalam urusanku. Aku tidak mengambil keputusan tanpa berkonsultasi denganmu."

Tafsirnya:
Ayat ini merupakan ungkapan Ratu Balqis saat dia menghadap para pembesar atau penasihatnya untuk meminta nasihat dalam sebuah urusan atau keputusan penting. Ratu Balqis menunjukkan sikap bijaksana dengan menghormati dan meminta pendapat dari orang-orang yang ahli dan berpengaruh dalam kerajaannya sebelum mengambil keputusan.

Tafsir ayat ini mengandung pesan tentang pentingnya konsultasi dan musyawarah dalam pengambilan keputusan. Ratu Balqis menunjukkan sikap kepemimpinan yang bijaksana dengan tidak merasa bahwa keputusan harus diambil sepihak tanpa melibatkan orang lain. Dia mengakui bahwa para pembesar memiliki pengalaman dan pengetahuan yang dapat memberikan sudut pandang yang berharga.

Dalam konteks ini, ayat ini juga mengajarkan pentingnya menghargai dan mendengarkan pendapat orang lain dalam pengambilan keputusan. Dalam kepemimpinan, konsultasi dengan orang-orang yang memiliki keahlian atau pengalaman tertentu dapat membantu dalam menghasilkan keputusan yang lebih baik dan lebih bijaksana.

Tafsir ayat ini mengajarkan pentingnya sikap kesederhanaan, keadilan, dan musyawarah dalam menjalankan kepemimpinan. Meminta pendapat dan melibatkan orang lain dalam pengambilan keputusan adalah tindakan yang bijaksana dan dapat membantu mencapai hasil yang lebih baik.

5. Nabi Sulaiman Memerintah atas Jin

5.0. Surah An-Naml (27:39)

Arab:

قَالَ عِفْرِيتٌ مِّنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن تَقُومَ مِن مَّقَامِكَ ۖ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ

Transliterasi Latin:
Qāla ʿifrītun mina al-jinni anā ʾātīka bihi qabla an taqūma min maqāmika waʾinnī ʿalayhi laqawiyyun amīn.

Artinya:
Kata seorang jin dari golongan jin, "Aku akan membawanya kepadamu sebelum kamu bangkit dari tempat dudukmu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat lagi dapat dipercaya."

Tafsirnya:
Ayat ini mengisahkan percakapan antara Nabi Sulaiman dan seorang jin. Jin tersebut menawarkan kemampuannya kepada Nabi Sulaiman untuk membawakan sesuatu sebelum Nabi Sulaiman bangkit dari tempat duduknya. Jin tersebut mengaku memiliki kekuatan dan dapat dipercaya dalam melaksanakan tugas tersebut.

Tafsir ayat ini menunjukkan keajaiban dan kekuasaan Nabi Sulaiman yang diberikan oleh Allah. Salah satu keistimewaan Nabi Sulaiman adalah kemampuannya untuk memerintah dan berkomunikasi dengan jin serta memanfaatkan kekuatan mereka dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Jin tersebut menawarkan bantuannya kepada Nabi Sulaiman sebagai bukti kepatuhan dan pengakuan atas kekuasaan Nabi Sulaiman.

Ayat ini juga menggambarkan kekuatan dan keterampilan yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman dalam memimpin dan memerintah. Keberadaan jin sebagai makhluk yang memiliki kemampuan khusus menjadi salah satu sarana yang digunakan oleh Nabi Sulaiman untuk menjalankan tugas-tugasnya sebagai seorang nabi dan raja yang adil.

Tafsir ayat ini mengajarkan kita tentang kebijaksanaan dan keadilan dalam memerintah serta penggunaan kekuatan dan sumber daya yang ada dengan bijak. Keajaiban yang diberikan kepada Nabi Sulaiman adalah bentuk pengukuhan atas kenabian dan kelebihannya sebagai seorang pemimpin yang beriman.

5.1. Surah An-Naml (27:40)

Arab:

قَالَ الَّذِي عِندَهُ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُ قَالَ هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

Transliterasi Latin:
Qāla alladhī ʿindahu ʿilmun mina al-kitābi anā ʾātīka bihi qabla an yartadda ʾilayka ṭarfuka falammā rāhu mustaqirran ʿindahu qāla hādhā min faḍli rabbī liyabluwanī a-ashkuru am akfur wa-man shakara fa-innamā yashkuru li-nafsihi wa-man kafara fa-inna rabbī ghaniyyun karīm.

Artinya:
Berkatalah orang yang memiliki ilmu dari Kitab, "Aku akan membawanya kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka ketika Sulaiman melihat singgasana itu ditempatnya yang sudah tetap, ia berkata, "Ini adalah karunia dari Tuhanku untuk menguji apakah aku bersyukur atau aku mengingkari. Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia hanya bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang mengingkari, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia."

Tafsirnya:
Ayat ini mengisahkan dialog antara Nabi Sulaiman dengan seseorang yang memiliki pengetahuan dari Kitab (mungkin seorang ahli atau nabi). Orang tersebut menawarkan membawa sesuatu kepada Nabi Sulaiman sebelum matanya berkedip. Ketika Nabi Sulaiman melihat takhta yang sudah tetap di hadapannya, ia menyadari bahwa itu adalah karunia dari Allah untuk menguji apakah ia bersyukur atau mengingkari nikmat tersebut.

Tafsir ayat ini menunjukkan kehebatan dan keajaiban yang diberikan kepada Nabi Sulaiman oleh Allah. Allah memberikan karunia yang luar biasa kepada Nabi Sulaiman dalam bentuk takhta yang muncul secara ajaib di hadapannya. Hal ini juga menjadi ujian bagi Nabi Sulaiman untuk melihat apakah ia akan bersyukur atas nikmat tersebut ataukah mengingkarinya.

Nabi Sulaiman menyatakan bahwa karunia ini adalah hasil dari kemurahan Allah dan merupakan ujian bagi dirinya. Jika Nabi Sulaiman bersyukur, itu hanya akan bermanfaat bagi dirinya sendiri, karena Allah tidak membutuhkan pujian atau syukur dari makhluk-Nya. Namun, jika Nabi Sulaiman mengingkari nikmat tersebut, itu akan menjadi tindakan yang buruk dan mencerminkan ketidaktaatan.

Tafsir ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita. Kekayaan dan keistimewaan yang diberikan kepada seseorang adalah ujian dari Allah, dan sikap kita terhadapnya akan menjadi bukti iman dan ketundukan kita kepada-Nya. Jika kita bersyukur, itu akan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita, sedangkan mengingkari nikmat-Nya hanya akan membawa kerugian dan keingkaran.

5.2. Surah An-Naml (27:41)

Arab:

قَالَ نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا نَنظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ لَا يَهْتَدُونَ

Transliterasi Latin:
Qāla nakkirū lahā ʿarshahā nanzhur atahdī am takūnu mina alladhīna lā yahtadūna.

Artinya:
Mereka (jin) berkata, "Kami akan membuat takhta istananya tampak seperti miliknya, dan kita akan melihat apakah dia akan mendapatkan petunjuk (dan mengenali keasliannya), atau apakah dia termasuk orang-orang yang tidak mendapatkan petunjuk (dan tersesat)."

Tafsirnya:
Ayat ini menggambarkan reaksi para jin ketika Nabi Sulaiman memerintahkan mereka untuk membawa takhta Ratu Balqis. Para jin menyatakan bahwa mereka akan membuat takhta tersebut tampak seperti milik Ratu Balqis, untuk menguji apakah Nabi Sulaiman akan dapat membedakan keaslian takhta itu atau tidak.

Tafsir ayat ini menunjukkan kehebatan dan kekuasaan Nabi Sulaiman dalam memerintah atas jin. Jin-jin itu mampu melakukan hal-hal yang luar biasa, termasuk membuat takhta tampak seperti milik Ratu Balqis. Namun, Nabi Sulaiman memiliki pemahaman dan kecerdasan yang luar biasa, sehingga ia dapat membedakan antara keaslian dan kepalsuan.

Ayat ini juga mengandung pesan tentang pentingnya kecerdasan dan kebijaksanaan dalam memimpin. Nabi Sulaiman tidak hanya memiliki kekuasaan atas jin, tetapi juga memiliki kebijaksanaan untuk menghadapi tantangan dan mengambil keputusan yang tepat. Tafsir ayat ini mengajarkan kita untuk menggunakan akal dan pemahaman kita dalam menghadapi situasi yang kompleks, serta pentingnya memiliki petunjuk dan hidayah dari Allah dalam memimpin dan mengambil keputusan yang benar.

5.3. Surah An-Naml (27:42)

Arab:

فَلَمَّا جَاءَتْ قِيلَ أَهَٰكَذَا عَرْشُكِ ۖ قَالَتْ كَأَنَّهُ ۚ وَأُوتِينَا الْعِلْمَ مِن قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ

Transliterasi Latin:
Falammā jā'at qīla ahāka dhā ʿarshuki, qālat ka'annahū, wa-ūtinā al-ʿilma min qablihā wa-kunnā muslimīn.

Artinya:
Ketika takhta itu sampai, dikatakan, "Apakah inilah takhtamu?" Dia (Ratu Balqis) menjawab, "Seperti itu. Dan kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami telah tunduk (berserah diri)."

Tafsirnya:
Ayat ini mengisahkan kedatangan takhta Ratu Balqis yang dibawa oleh para jin atas perintah Nabi Sulaiman. Ketika takhta itu tiba, Ratu Balqis ditanya apakah itu takhtanya. Dalam jawabannya, Ratu Balqis mengakui bahwa takhta tersebut adalah miliknya, seolah-olah takhta itu benar-benar miliknya.

Tafsir ayat ini menunjukkan kecerdikan Nabi Sulaiman dalam menguji Ratu Balqis. Meskipun takhta itu tampak seperti milik Ratu Balqis, Nabi Sulaiman mengetahui kebenaran dan dapat membedakan antara yang asli dan yang palsu.

Ayat ini juga menggambarkan bahwa Ratu Balqis dan bangsanya, sebelumnya, telah memiliki pengetahuan tentang takhta tersebut dan mereka telah berserah diri kepada Allah. Meskipun mereka memiliki kekayaan dan kedudukan yang besar, mereka menyadari kekuasaan dan kebijaksanaan Nabi Sulaiman serta mengakui keesaan Allah.

Tafsir ayat ini mengajarkan pentingnya memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan dalam menghadapi situasi yang kompleks, serta pentingnya tunduk dan berserah diri kepada Allah. Kecerdikan Nabi Sulaiman dan kesadaran Ratu Balqis tentang kebesaran Allah menjadi pelajaran bagi kita untuk selalu mengakui dan tunduk kepada-Nya dalam segala hal.

5.4. Surah An-Naml (27:43)

Arab:

وَصَدَّهَا مَا كَانَتْ تَعْبُدُ مِن دُونِ اللَّهِ ۚ إِنَّهَا كَانَتْ مِن قَوْمٍ كَافِرِينَ

Transliterasi Latin:
Wa saddahā mā kānat taʿbudu min dūni-llāhi, innahā kānat min qawmin kāfirīn.

Artinya:
Dan menyekatnya (Ratu Balqis) dari menyembah selain Allah; sesungguhnya dia adalah dari golongan yang kafir.

Tafsirnya:
Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Sulaiman memerintahkan agar Ratu Balqis tidak menyembah selain Allah. Ratu Balqis sebelumnya menyembah berhala dan dewa-dewa, tetapi setelah mengenal Nabi Sulaiman dan melihat keajaiban-keajaiban yang dia tunjukkan dengan izin Allah, dia meninggalkan penyembahan berhala dan menganut keimanan yang benar.

Tafsir ayat ini mengajarkan pentingnya tauhid (keyakinan kepada Allah yang Maha Esa) dan meninggalkan penyembahan terhadap selain-Nya. Ratu Balqis, setelah melihat bukti-bukti kekuasaan Allah yang diperlihatkan oleh Nabi Sulaiman, mengakui bahwa hanya Allah yang patut disembah dan menyadari kesalahannya dalam menyembah berhala-berhala.

Ayat ini juga menggambarkan peran Nabi Sulaiman dalam menyampaikan ajaran tauhid kepada orang-orang di sekitarnya, termasuk Ratu Balqis. Nabi Sulaiman menggunakan kekuasaan dan hikmah yang diberikan Allah untuk mengajak orang lain kepada keimanan yang benar dan menjauhkan mereka dari penyembahan berhala.

Tafsir ini memberikan pelajaran tentang pentingnya mengikuti jalan yang benar, meninggalkan penyembahan terhadap selain Allah, dan mengakui keesaan-Nya sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.

5.5. Surah An-Naml (27:43)

Arab:

قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ ۖ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَن سَاقَيْهَا ۚ قَالَ إِنَّهُ صَرْحٌ مُّمَرَّدٌ مِّن قَوَارِيرَ ۗ قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Transliterasi Latin:
Qīla lahā: "Adkhulī aṣ-ṣarḥa." Falammā ra'athu hasibat-hu lujjatan wa-kashafat 'an sāqayhā. Qāla innahū ṣarḥun mumaraddun min qawārīra. Qālat rabbi innī ẓalamtu nafsī wa-aslamtu ma'a Sulaimāna lillāhi rabbil-'ālamīn.

Artinya:
Kepada Ratu Balqis dikatakan, "Masuklah ke dalam istana." Ketika dia melihatnya, dia menganggapnya sebagai kolam yang dalam, dan dia terbuka kedua kakinya. Dia berkata, "Sesungguhnya ini adalah istana yang terbuat dari kaca." Dia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam."

Tafsirnya:
Ayat ini mengisahkan saat Nabi Sulaiman memerintahkan Ratu Balqis untuk masuk ke dalam istana yang dibangunnya. Ketika Ratu Balqis melihat istana tersebut, ia menganggapnya sebagai kolam yang dalam, dan tanpa sadar ia mengangkat kedua kakinya untuk menghindari air yang ia kira ada di dalamnya. Namun, ternyata istana tersebut terbuat dari kaca yang sangat jernih sehingga terlihat seperti kolam yang dalam.

Ketika Ratu Balqis menyadari kesalahannya dan melihat keindahan istana yang terbuat dari kaca, dia mengakui kesalahan dan mengaku bahwa dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Dia juga menyatakan bahwa dia berserah diri kepada Allah dan mengakui keesaan-Nya. Dia menyadari kekuasaan dan kebijaksanaan Nabi Sulaiman yang diberikan oleh Allah.

Tafsir ayat ini menunjukkan kecerdikan Nabi Sulaiman dalam membangun istana yang sangat indah dan menipu mata manusia. Ini juga menunjukkan bahwa kebijaksanaan dan kekuasaan Nabi Sulaiman tidak hanya terbatas pada makhluk hidup, tetapi juga mempengaruhi jin dan bahkan Ratu Balqis sendiri.

Tafsir ayat ini mengajarkan pentingnya mengakui kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki diri. Ratu Balqis memberikan contoh kesadaran dan kesal dalam mengenali kesalahan yang telah ia perbuat. Dia juga menunjukkan ketundukan dan penyerahan diri kepada Allah sebagai tanda kesadaran akan kekuasaan-Nya dan perlunya hidup dalam ketaatan kepada-Nya.

6. Ujian Nabi Sulaiman dengan Ujian Tahta

6.0. Surah Saad (38:34) 

Arab:

وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمَانَ وَأَلْقَيْنَا عَلَىٰ كُرْسِيِّهِ جَسَدًا ثُمَّ أَنَابَ

Transliterasi Latin:
Wa laqad fatannā Sulaimāna wa alqainā ʿalā kursiyyihi jasadān thumma anāba.

Artinya:
Dan sungguh, Kami telah menguji Sulaiman dan Kami letakkan badan (yang tampak seperti) tubuh di atas takhtanya, kemudian dia bertaubat.

Tafsirnya:
Ayat ini mengisahkan tentang ujian yang diberikan kepada Nabi Sulaiman. Allah SWT menguji keimanan dan kesabaran Nabi Sulaiman dengan menguji keberhasilannya dalam mempertahankan dan menggunakan kekuasaan yang diberikan kepadanya. Ujian ini berupa pengujian terhadap tahta dan kekuasaannya.

Dalam ayat ini, Allah menguji Nabi Sulaiman dengan meletakkan sebuah badan atau jasad yang tampak seperti tubuh di atas takhta Sulaiman. Hal ini dapat diartikan sebagai simbolisasi ujian terhadap kesetiaan dan keteguhan iman Nabi Sulaiman dalam menghadapi godaan kekuasaan dan kedudukan yang besar.

Nabi Sulaiman kemudian merenungkan ujian ini dengan sungguh-sungguh dan bertaubat kepada Allah. Tindakan taubat ini menunjukkan kesadaran dan ketaatan Nabi Sulaiman terhadap Allah, mengakui bahwa semua kekuasaan dan kesuksesan yang diberikan kepadanya hanyalah karunia Allah semata.

Tafsir ayat ini mengajarkan kita untuk senantiasa merenungkan ujian-ujian yang diberikan dalam kehidupan, termasuk ujian dalam menghadapi kekuasaan dan kedudukan yang besar. Kita harus tetap menjaga ketundukan, ketaatan, dan ketergantungan kita kepada Allah dalam menghadapi godaan-godaan dunia.

6.1. Surah Saad (38:35)

Arab:

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَّا يَنبَغِي لِأَحَدٍ مِّن بَعْدِيٓۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

Transliterasi Latin:
Qāla rabbi-ghfir lī wa hab lī mulkan lā yanbaghī li-ahadin min baʿdī, innaka anta al-Wahhāb.

Artinya:
Nabi Sulaiman berkata, "Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan karuniakanlah kepadaku kerajaan yang tidak layak bagi siapa pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi."

Tafsirnya:
Ayat ini merupakan doa Nabi Sulaiman setelah dia merenungkan ujian yang diberikan kepadanya dengan meletakkan jasad di atas takhta. Nabi Sulaiman memohon ampunan kepada Allah atas dosa-dosanya dan memohon karunia berupa kerajaan yang tidak layak diberikan kepada siapa pun setelahnya. Dia menyadari bahwa hanya Allah yang berkuasa memberikan kerajaan dan karunia-karunia-Nya.

Doa ini menunjukkan kerendahan hati Nabi Sulaiman, kesadaran akan kelemahan dan ketergantungan dirinya kepada Allah. Dia memohon ampunan dan memohon karunia yang berkelanjutan dalam bentuk kekuasaan dan kedudukan yang tidak ada bandingannya.

Dalam doanya, Nabi Sulaiman menyebut Allah sebagai Al-Wahhāb, yang berarti Pemberi Karunia yang melimpah. Dia menyadari bahwa semua karunia, termasuk kerajaan dan kekuasaan, datang dari Allah semata.

Tafsir ayat ini mengajarkan pentingnya kerendahan hati, tawadhu', dan kesadaran akan ketergantungan kita kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam menghadapi kekuasaan dan kedudukan. Kita harus selalu memohon ampunan, memohon karunia-Nya, dan tidak sombong dengan nikmat-nikmat yang diberikan Allah.

6.2. Surah Saad (38:36)

Arab:

وَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاءً حَيْثُ أَصَابَ

Transliterasi Latin:
Wa sakhkharnā lahū ar-riiḥa tajrī bi-amrihi rukhā'an ḥaythu aṣāba.

Artinya:
Dan Kami tundukkan angin untuknya, yang berjalan dengan perintahnya dengan lembut, di mana saja dia menghendaki.

Tafsirnya:
Ayat ini menyampaikan bahwa Allah SWT mengabulkan permohonan Nabi Sulaiman dengan menundukkan angin untuknya. Nabi Sulaiman diberi kekuasaan atas angin sehingga ia bisa mengendalikannya sesuai kehendaknya. Angin akan berhembus menurut perintahnya, membawanya ke tempat yang diinginkan, dan membantu memudahkan perjalanan atau keperluannya.

Keberadaan kekuasaan Nabi Sulaiman atas angin ini menunjukkan betapa besar dan luasnya karunia dan kekuasaan yang diberikan Allah kepadanya. Dia memiliki kontrol penuh atas elemen alam, termasuk angin, yang bisa digunakan untuk keperluan dan kepentingan kerajaannya.

Tafsir ayat ini mengajarkan tentang keajaiban kekuasaan Allah dalam mengendalikan alam semesta dan memberikan kekuasaan-Nya kepada hamba-Nya yang saleh. Hal ini juga mengingatkan kita akan pentingnya berserah diri kepada Allah dan menggunakan karunia yang diberikan-Nya dengan baik, mengikuti petunjuk-Nya, dan menggunakannya untuk tujuan yang benar dan bermanfaat.

6.3. Surah Saad (38:37)

Arab:

وَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاءٍ وَغَوَّاصٍ

Transliterasi Latin:
Wa ash-shayāṭīna kulla bannā'in wa gawwāṣin.

Artinya:
Dan setan-setan, semuanya adalah pembangun dan penyelam.

Tafsirnya:
Ayat ini menyatakan bahwa setan-setan adalah ahli dalam membuat benda-benda, bangunan, dan menyelam di dalam lautan. Ini menunjukkan bahwa setan-setan memiliki kemampuan tertentu dalam bidang-bidang tersebut. Namun, keahlian mereka bukanlah sebagai berkah atau kemuliaan, melainkan digunakan untuk memperdaya dan menyesatkan manusia.

Dalam konteks kisah Nabi Sulaiman, ayat ini mengacu pada pengaruh dan peran setan-setan dalam upaya mereka untuk menggoda dan mempengaruhi manusia. Meskipun setan-setan memiliki kemampuan tertentu, mereka menggunakan keahlian mereka untuk tujuan yang jahat dan merusak.

Tafsir yang lebih umum dari ayat ini adalah mengingatkan kita tentang keberadaan setan dan upaya mereka dalam mengganggu dan mempengaruhi manusia. Ayat ini mengajarkan pentingnya waspada terhadap godaan setan dan menjaga diri dari pengaruh mereka yang negatif.

6.4. Surah Saad (38:38)

Arab:

وَاٰخَرِيۡنَ مُقَرَّنِيۡنَ فِىۡ الۡاَصۡفَادِ

Transliterasi Latin:
Wa ākharīna muqarranīna fī al-aṣfād.

Artinya:
Dan yang lainnya, terikat dalam belenggu.

Tafsirnya:
Ayat ini menggambarkan bahwa selain setan-setan yang ahli dalam pembangunan dan penyelaman, ada juga setan-setan yang terikat dalam belenggu. Mereka tidak memiliki kebebasan seperti setan-setan yang lain dan tidak dapat melakukan kerusakan dan tipu daya mereka. Mereka ditekankan dalam belenggu sebagai hukuman atas kejahatan dan pemberontakan mereka terhadap Allah.

Dalam konteks ujian Nabi Sulaiman, ayat ini mungkin merujuk pada bagian dari setan-setan yang ditundukkan dan dikurung oleh Nabi Sulaiman, sehingga mereka tidak memiliki kebebasan untuk menyebabkan kerusakan atau mengganggu manusia.

Secara umum, ayat ini mengajarkan bahwa selain setan-setan yang bebas bergerak dan mencoba menggoda manusia, ada juga setan-setan yang dikurung dan terikat sebagai hukuman atas kejahatan mereka. Hal ini memberikan pengertian bahwa Allah memiliki kendali penuh atas setan-setan dan mampu menghukum mereka sesuai dengan keadilan-Nya.

6.5. Surah Saad (38:39)

Arab:

هَٰذَا عَطَاؤُنَا فَامْنُنْ أَوْ أَمْسِكْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Transliterasi Latin:
Hādhā 'aṭā'unā fa-mnun aw amsik bi-ghayri ḥisābin.

Artinya:
"Inilah pemberian Kami, maka berikanlah dengan melimpah atau tahanlah tanpa batasan."

Ayat ini merupakan perintah dari Allah kepada Nabi Sulaiman (Salomo) terkait kekayaan dan kekuasaan yang diberikan kepadanya. Allah memberikan keleluasaan kepada Nabi Sulaiman untuk memilih antara memberikan dengan melimpah atau membatasi pemberian, tanpa adanya perhitungan atau batasan yang kaku.

Tafsirnya:
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memberikan keleluasaan kepada Nabi Sulaiman dalam penggunaan kekayaan dan kekuasaan yang diberikan-Nya. Nabi Sulaiman diberikan kebebasan untuk menggunakan karunia tersebut dengan murah hati dan bermurah hati dalam memberikan kepada orang lain, atau dia bisa membatasi pemberian tersebut tanpa mempertimbangkan secara terperinci atau membatasi diri dalam memberi.

Ayat ini juga mengajarkan pentingnya sikap dermawan dan kemurahan hati dalam menggunakan kekayaan dan kekuasaan yang diberikan oleh Allah. Nabi Sulaiman diajarkan untuk menggunakan karunia tersebut dengan sebaik-baiknya, baik itu dalam memberikan kepada orang lain maupun dalam kepentingan umum, tanpa terikat pada perhitungan yang kaku.

6.6. Surah Saad (38:40)

Arab:

وَإِنَّ لَهُۥ عِندَنَا لَزُلۡفَىٰ وَحُسۡنَ مَـَٔابٍ

Transliterasi Latin:
Wa-inna lahu 'indanā la-zulfan wa ḥusna ma'ābin.

Artinya:
"Dan sesungguhnya baginya di sisi Kami kedudukan yang dekat dan kebaikan tempat kembali."

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memberikan Nabi Sulaiman kedudukan yang tinggi di sisi-Nya dan memberikan balasan yang baik bagi kebaikan dan amal perbuatannya. Nabi Sulaiman diberikan keistimewaan oleh Allah dalam mendapatkan kedudukan yang mulia dan pahala yang luar biasa di akhirat.

Tafsirnya:
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memberikan pahala yang besar kepada Nabi Sulaiman atas kesabaran, keteguhan iman, dan ketaatannya dalam menghadapi ujian tahta dan ujian kekayaan yang diberikan kepadanya. Meskipun Nabi Sulaiman diberikan kekayaan, kekuasaan, dan kesenangan duniawi, dia tetap mempergunakan semua itu dengan cara yang baik dan sesuai dengan kehendak Allah.

Allah menjanjikan Nabi Sulaiman kedudukan yang dekat di sisi-Nya, yang menggambarkan keridhaan dan kasih sayang-Nya terhadap Nabi Sulaiman. Selain itu, Allah memberikan kebaikan sebagai balasan di akhirat, yaitu kenikmatan dan pahala yang abadi bagi Nabi Sulaiman.

Ayat ini juga mengajarkan kita pentingnya menjaga hati dan niat kita dalam menghadapi ujian kekayaan dan kekuasaan. Sebagai hamba Allah, kita harus selalu mengingat bahwa segala karunia yang kita terima adalah pemberian dari-Nya, dan kita harus menggunakan kekayaan dan kekuasaan tersebut dengan cara yang baik, bermanfaat bagi orang lain, dan sesuai dengan petunjuk-Nya. Dengan demikian, kita dapat mengharapkan balasan dan kebaikan dari Allah di dunia dan akhirat.

6.7. Surah Saad (38:41)

Arab:

وَٱذۡكُرۡ عَبۡدَنَآ أَيُّوبَ إِذۡ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلشَّيۡطَـٰنُ بِنُصۡبٍ۬ وَعَذَابٍ

Transliterasi Latin:
Wa ʾudhkur ʿabdana Ayyūba idh nādā Rabbahu ʾannī massaniya ash-Shayṭānu binusbin wa ʿadhābin.

Artinya:
"Dan ingatlah hamba-hamba Kami, Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: 'Sesungguhnya syaitan telah mendatangkan kesengsaraan kepadaku dengan sentuhan dan siksaan.'"

Ayat ini mengisahkan tentang Nabi Ayyub (Ayub) yang memohon kepada Allah ketika dia ditimpa cobaan berupa penyakit dan kesengsaraan yang disebabkan oleh syaitan. Nabi Ayyub merasa tertimpa musibah yang sangat berat dan dia berdoa kepada Allah untuk menghilangkan kesengsaraan yang ia alami.

Tafsirnya:
Ayat ini mengajarkan tentang ketabahan, kesabaran, dan keteguhan iman Nabi Ayyub dalam menghadapi ujian yang berat. Meskipun dia ditimpa penyakit yang melumpuhkan tubuhnya dan kehilangan harta serta keluarganya, Nabi Ayyub tetap berpegang teguh pada imannya kepada Allah dan berdoa kepada-Nya.

Nabi Ayyub merasa bahwa penyakitnya dan kesengsaraan yang dia alami adalah akibat dari campur tangan syaitan. Dia berdoa kepada Allah untuk membebaskannya dari cobaan ini dan menghilangkan kesakitan yang dia alami.

Ayat ini mengingatkan kita tentang pentingnya bersabar dan bertahan dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup. Seperti Nabi Ayyub, kita perlu mengingat Allah dalam setiap situasi dan berdoa kepada-Nya untuk mendapatkan kekuatan dan pertolongan-Nya. Allah adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dan Dia akan memperhatikan doa hamba-hamba-Nya yang tulus.

Ujian yang dihadapi oleh Nabi Ayyub juga mengajarkan kita bahwa kesengsaraan dan musibah adalah bagian dari kehidupan dan dapat menjadi sarana pengujian dan pembersihan iman kita. Dengan kesabaran dan tawakal kepada Allah, kita dapat melewati ujian-ujian tersebut dengan baik dan mendapatkan balasan yang baik di akhirat.

6.8. Surah Saad (38:42)

Arab:

اُرۡكُضۡ بِرِجۡلِكَ‌ ۚ هٰذَا مُغۡتَسَلٌ ۢ بَارِدٌ وَّشَرَابٌ

Transliterasi Latin:
Urkuḍ bi-rijlika, hādhā mughtasalun bāridun wa sharābun.

Artinya:
"Berlari-lah dengan kakimu. Ini adalah air untuk mandi yang sejuk dan minuman."

Dalam konteks ayat ini, Allah memberikan perintah kepada Nabi Sulaiman (Salomo) untuk berlari dengan kakinya. Kemudian Allah menyebutkan bahwa apa yang dihadapkan kepadanya adalah air untuk mandi yang sejuk dan minuman. Ayat ini merujuk pada ujian yang diberikan kepada Nabi Sulaiman oleh Allah.

Tafsirnya:
Ayat ini merupakan bagian dari kisah tentang ujian yang diberikan kepada Nabi Sulaiman oleh Allah. Allah menguji Nabi Sulaiman dengan memberinya perintah untuk berlari dengan kakinya. Ini merupakan bentuk ujian yang menguji kesabaran, ketaatan, dan keteguhan iman Nabi Sulaiman.

Selanjutnya, Allah menjelaskan bahwa apa yang ada di hadapan Nabi Sulaiman adalah air untuk mandi yang sejuk dan minuman. Tafsir dari ayat ini bisa bermakna bahwa ujian yang dihadapi oleh Nabi Sulaiman sebenarnya tidaklah berat atau melelahkan seperti berlari jauh dalam keadaan yang sulit, melainkan lebih mirip dengan kesegaran dan kenikmatan yang terkandung dalam air yang dingin dan minuman yang menyegarkan.

Dalam tafsir yang lebih luas, ayat ini mengajarkan bahwa setiap ujian yang Allah berikan kepada hamba-Nya memiliki hikmah dan tujuan yang baik. Meskipun pada awalnya ujian tersebut mungkin terasa sulit atau melelahkan, sebenarnya di dalamnya terdapat kebaikan dan kemudahan yang Allah sediakan sebagai bagian dari rencana-Nya.

Ujian-ujian ini memperkuat iman, menguji kesabaran, dan membangun karakter seseorang. Allah tidak memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan hamba-Nya, dan Dia juga memberikan kemudahan dan kenikmatan di tengah ujian tersebut. Oleh karena itu, dalam menghadapi ujian, kita perlu menjalankannya dengan kesabaran, tawakal, dan keyakinan bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya.

6.9. Surah Saad (38:43)

Arab:

وَوَهَبۡنَا لَهٗۤ اٰيَةً۬ مِّنۡ عِندِنَاۤ‌ۚ اَصۡبَحَ الَّذِيۡٓ اُوۡتِيَ سُلَيۡمٰنُ عَلٰٓى كُرۡسِيِّهٖ شَكِرًاۙ وَّمَنۡ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشۡكُرُ لِنَفۡسِهٖ‌ۚ وَمَنۡ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِىٌّ حَمِيۡدٌۚ

Transliterasi Latin:
Wa wahabnā lahu āyatan min 'indinā. Asbaḥa al-ladhī ūtiya Sulaimānu 'alā kursiyyihi shakiran. Wa man shakara fa innamā yashkuru li nafsīhi. Wa man kafara fa innallāha ghanīyun hamīdun.

Artinya:
"Dan Kami berikan kepadanya (Sulaiman) suatu tanda yang tersembunyi dari sisi Kami. Pagi-pagi hari, tatkala Sulaiman mendapati kursinya telah berada di sisinya, dia mengucapkan syukur dan berkata, 'Ini adalah karunia dari Tuhanku untuk menguji aku apakah aku bersyukur atau mengingkari. Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia hanya bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Terpuji.'"

Dalam ayat ini, Allah SWT menyebutkan bahwa Dia memberikan kepada Nabi Sulaiman suatu tanda yang tersembunyi dari sisi-Nya. Pada pagi harinya, ketika Sulaiman melihat bahwa kursinya berada di sisinya, dia bersyukur kepada Allah dan menyadari bahwa itu adalah sebuah karunia dari Tuhannya. Sulaiman menyadari bahwa ujian yang dia alami adalah untuk menguji apakah dia akan bersyukur atau mengingkari nikmat yang diberikan kepadanya. Allah kemudian menjelaskan bahwa orang yang bersyukur hanyalah memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, sedangkan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.

Tafsir dari ayat ini mengajarkan pentingnya bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan-Nya. Nabi Sulaiman, dengan kesadaran dan rasa syukur yang tinggi, mengakui bahwa karunia tersebut berasal dari Allah. Dia tidak menyombongkan diri atau menganggap dirinya pantas mendapatkan segala kebaikan yang Allah berikan. Nabi Sulaiman mengambil kesempatan ini sebagai pengingat bagi dirinya dan umat manusia lainnya akan pentingnya sikap bersyukur dan rendah hati dalam menghadapi nikmat-nikmat yang diberikan Allah SWT. Nabi Sulaiman menunjukkan contoh yang baik dengan menyampaikan rasa syukurnya kepada Allah dan tidak memperlihatkan sikap sombong atau merasa pantas atas segala kebaikan yang diterimanya.

7.0. Surah Saad (38:44)

Arab:

وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِهِ وَلَا تَحْنَثْ ۗ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا ۚ نِعْمَ الْعَبْدُ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ

Transliterasi Latin:
"Wakhudh biyadika dighsan fa'idhrib bihi wa la tahnas, inna wajadnahu sabiran, ni'ma al-'abd, innahu aw-wab."

Artinya:
"Dan ambillah dengan tanganmu seikat daun kering, lalu pukullah dengannya dan janganlah engkau mengingkari (perjanjian-Ku).' Sesungguhnya Kami dapati dia bersabar. Sungguh, dia adalah hamba yang sangat taat. Sesungguhnya dia adalah seorang yang selalu bertaubat."

Tafsir:
Ayat ini merupakan perintah dari Allah kepada Nabi Sulaiman untuk mengambil seikat daun kering (dighsan) dengan tangannya dan memukulinya sebagai bagian dari ujian dan peringatan. Hal ini merupakan perintah khusus yang diberikan kepada Nabi Sulaiman untuk mengingatkannya agar tidak sombong dengan kekuasaan dan kemewahan yang Allah berikan kepadanya. Dia diminta untuk menguji kesabaran dan ketaatannya dengan tugas yang tampak sederhana dan rendah.

Nabi Sulaiman melaksanakan perintah Allah dengan taat dan sabar. Dia tidak mengeluh atau menolak tugas tersebut, melainkan menjalankannya dengan rendah hati dan ketaatan yang tinggi. Allah menyebut Nabi Sulaiman sebagai "hamba yang sangat taat" (ni'ma al-'abd) dan menyatakan bahwa dia adalah seorang yang selalu bertaubat (aw-wab), artinya selalu kembali kepada Allah dalam taubat dan ketaatan.

Ayat ini mengandung pelajaran tentang kesabaran, ketaatan, rendah hati, dan kerendahan hati dalam menghadapi ujian dan tugas yang Allah berikan. Nabi Sulaiman menjadi contoh teladan bagi kita dalam menjalani ujian dan tugas dengan sabar, ketaatan, dan rendah hati, serta selalu bertaubat kepada Allah.

7. Nabi Sulaiman dan Semut

7.0. Surah An-Naml 27:18

Arab:

"حَتَّىٰ إِذَا أَتَوْا عَلَىٰ وَادِي النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ"

Transliterasi Latin:
"Hatta idza ataw 'ala wadi annamli qalat namlatun ya ayyuhan namlu adkhuloo masakina kum la yahthimannakum sulaimanu wa junuduhu wa hum la yash'urun."

Artinya:
"Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, 'Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.'"

Ayat ini mengisahkan peristiwa ketika pasukan Nabi Sulaiman (Sulayman) mendekati lembah semut. Seekor semut memberi peringatan kepada sesamanya agar masuk ke dalam sarang-sarang mereka untuk menghindari diinjak oleh Nabi Sulaiman dan tentaranya, yang tidak menyadari keberadaan mereka.

Peristiwa ini menunjukkan keajaiban dan keistimewaan yang diberikan Allah kepada Nabi Sulaiman, di mana bahasa hewan dan kemampuan komunikasi dengannya diberikan kepadanya. Semut tersebut memberikan peringatan kepada sesamanya untuk melindungi diri mereka sendiri dari kemungkinan bahaya yang mungkin timbul dari kehadiran pasukan Nabi Sulaiman.

Ayat ini juga mengandung pesan moral tentang pentingnya perhatian dan kepedulian terhadap makhluk lain, bahkan yang terlihat sepele seperti semut. Hal ini mengajarkan pentingnya menghormati dan menjaga kehidupan semua makhluk ciptaan Allah. Meskipun Nabi Sulaiman memiliki kekuatan dan tentara yang besar, ia tetap tidak menyakiti semut-semut tersebut karena mereka adalah ciptaan Allah yang juga layak mendapatkan perlindungan dan penghargaan.

7.1. Surah An-Naml 27:19

Arab:

"فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ"

Transliterasi Latin:
"Fatabassama daahikan min qawliha wa qala rabbi awzi'ni an ashkura ni'mataka allati an'amta 'alayya wa 'ala walidayya wa an a'mala shalihan tardahu wa adkhilni birahmatika fi 'ibadika as-shalihin."

Artinya:
"Maka Nabi Sulaiman tersenyum tertawa mendengar perkataan semut itu dan dia berdoa, 'Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku tetap bersyukur atas nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, serta agar aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.'"

Ayat ini melanjutkan kisah tentang peristiwa Nabi Sulaiman dengan semut-semut. Setelah semut memberikan peringatan kepada sesamanya, Nabi Sulaiman merespons dengan tawa dan senyuman. Kemudian, ia berdoa kepada Allah, memohon petunjuk untuk tetap bersyukur atas nikmat-nikmat yang Allah berikan kepadanya dan kepada orang tuanya. Nabi Sulaiman juga memohon kemampuan untuk melakukan amal saleh yang mendapatkan ridha Allah. Ia berharap agar Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadanya dan mengikutsertainya dalam golongan hamba-hamba-Nya yang saleh.

Doa Nabi Sulaiman ini mengungkapkan rasa syukur yang tinggi dan niat yang tulus dalam menjalani kehidupan yang saleh. Ia menyadari bahwa segala nikmat yang diterimanya berasal dari Allah, dan ia berusaha mempertahankan kesyukurannya melalui perbuatan baik yang mendapatkan ridha Allah. Nabi Sulaiman juga mengharapkan kasih dan rahmat Allah dalam menjalani kehidupan dan bergabung dengan hamba-hamba-Nya yang saleh.

8. Sulaiman Mendengarkan Ular

8.0. Surah An-Naml 27:16

Arab:

"وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُودَ ۖ وَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِن كُلِّ شَيْءٍ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ"

Transliterasi Latin:
"Wa waritha Sulaimanu Dawuda wa qala ya ayyuha an-nasu 'ullimna mantiqa at-tairi wa utina min kulli shay'in, inna hadha lahuwa al-fadlu al-mubinu."

Artinya:
"Dan Sulaiman mewarisi (takhta) dari Daud. Dia berkata, 'Hai manusia, kepada kami diajarkan bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya ini adalah karunia yang nyata.'"

Ayat ini menggambarkan pemberian Allah kepada Nabi Sulaiman, di mana ia mewarisi takhta dari ayahnya, Nabi Daud. Nabi Sulaiman kemudian menyampaikan kepada manusia bahwa Allah telah memberikan kepadanya pengetahuan unik, yaitu bahasa burung. Dia juga diberi kekayaan dan nikmat yang melimpah, sebagai bukti karunia Allah yang jelas dan nyata.

Pada ayat ini, Nabi Sulaiman menunjukkan kemampuan istimewanya dalam memahami dan berkomunikasi dengan burung-burung. Karunia ini memberikan kelebihan dan kebijaksanaan kepada Nabi Sulaiman dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dan hamba Allah yang taat. Ayat ini juga menegaskan kekuasaan Allah yang mampu memberikan karunia dan kenikmatan kepada hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya.

8.1. Surah An-Naml 27:17

Arab:

"وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ"

Transliterasi Latin:
"Wa husyira lisulaimana junuduhu minal jinni wal insi watta'iri fahum yuzaoon."

Artinya:
"Dan dikumpulkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung, lalu mereka diatur dalam barisan."

Ayat ini menggambarkan kekuasaan dan keistimewaan Nabi Sulaiman, di mana Allah mengumpulkan untuknya pasukan yang terdiri dari jin, manusia, dan burung. Pasukan ini diatur dengan tertib dan disiplin dalam barisan yang terorganisir.

Karunia ini diberikan kepada Nabi Sulaiman sebagai bentuk kekuasaan dan kemampuan istimewa yang diberikan oleh Allah kepadanya. Pasukan yang terdiri dari makhluk-makhluk tersebut menjadi alat bantu dalam menjalankan tugas-tugas Nabi Sulaiman, termasuk dalam membangun dan memperluas kerajaannya, menjaga keamanan, serta menegakkan keadilan.

Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah memiliki kekuasaan atas segala ciptaan-Nya, termasuk jin, manusia, dan burung. Allah memberikan kuasa dan perintah kepada Nabi Sulaiman untuk mengendalikan pasukan tersebut sebagai ujian dan tugas yang harus dilaksanakan dengan bijaksana dan taat kepada Allah.

9. Pengadilan Nabi Sulaiman

9.0. Surah An-Naml 27:32

Arab:

"قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَفْتُونِي فِي أَمْرِي مَا كُنْتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّىٰ تَشْهَدُونِ"

Transliterasi Latin:
"Qālat yā ayyuhā al-malā'u aftūnī fī amrī mā kuntu qāṭiʿatan amran ḥattā tashhadūn."

Artinya:
"Dia (ratu) berkata: 'Hai pembesar-pembesar, berilah pendapatku mengenai urusanku. Aku tidak memutuskan suatu urusan pun sebelum kamu hadir (dan memberi kesaksian).'"

Ayat ini menggambarkan kebijaksanaan dan kecerdasan ratu dari negeri Saba yang mengajak para pembesar dan penasihatnya untuk memberikan pendapat mengenai suatu masalah atau keputusan penting yang akan diambil. Ratu tersebut menunjukkan sikap kepemimpinan yang bijaksana dengan mengumpulkan dan meminta masukan dari orang-orang yang memiliki pengalaman dan pengetahuan.

Dalam konteks ayat ini, kebijaksanaan dan kepemimpinan ratu Saba ini digunakan sebagai perbandingan dengan kebijaksanaan dan kepemimpinan Nabi Sulaiman. Ayat-ayat sebelumnya dalam Surah An-Naml mengisahkan tentang kehebatan dan keistimewaan Nabi Sulaiman dalam memerintah, termasuk memiliki kendali atas jin, manusia, dan burung. Ayat ini menunjukkan bahwa kebijaksanaan Nabi Sulaiman bahkan melebihi orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi seperti ratu Saba.

Ayat ini juga mengandung pesan penting tentang pentingnya mengambil pendapat dan konsultasi dalam pengambilan keputusan yang penting. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin yang bijaksana adalah mereka yang bersedia mendengarkan masukan dan pendapat dari orang lain sebelum membuat keputusan yang tepat.

9.1. Surah An-Naml 27:33

Arab:

"قَالُوا نَحْنُ أُولُو قُوَّةٍ وَأُولُو بَأْسٍ شَدِيدٍ وَالْأَمْرُ إِلَيْكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَأْمُرُ"

Transliterasi Latin:
"Qālū naḥnu ulū quwwatin wa ulū basin shadīd, wal-amru ilayka faonẓur mādhā ta'mur."

Artinya:
"Mereka (jin) berkata, 'Kami memiliki kekuatan dan keberanian yang besar, dan urusan (mu) adalah kepada kamu, maka lihatlah apa yang kamu perintahkan.'"

Ayat ini merupakan respons dari sekelompok jin yang diperintahkan oleh Nabi Sulaiman untuk membawa singgasana dari Saba ke hadapannya. Jin-jin ini menyatakan bahwa mereka memiliki kekuatan dan keberanian yang besar, dan mereka bersedia melaksanakan perintah Nabi Sulaiman. Mereka mengakui bahwa keputusan dan pengarahan ada pada Nabi Sulaiman, sehingga mereka menunggu perintah dan petunjuk lebih lanjut.

Ayat ini menunjukkan kewibawaan dan pengaruh Nabi Sulaiman yang mampu memerintah dan mengendalikan jin dengan kekuasaan yang dimiliki-Nya. Nabi Sulaiman memiliki kemampuan unik untuk berkomunikasi dengan makhluk-makhluk gaib seperti jin, dan ia menggunakan kebijaksanaan dan kekuasaannya untuk menjalankan tugas-tugasnya sebagai seorang nabi dan pemimpin.

Ayat ini juga mengandung pesan bahwa kekuatan dan keberanian tidak cukup dalam menghadapi tantangan atau melaksanakan tugas yang diberikan. Penting bagi kita untuk memiliki kepemimpinan yang bijaksana dan mengarahkan kekuatan yang dimiliki dengan baik agar dapat menghasilkan hasil yang baik dan membawa manfaat bagi orang lain.

10. Nabi Sulaiman dan Angin yang Melalui Jarak Jauh

Surah Al-Anbiya' (21:81)

Arab:

وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ عَاصِفَةً تَجْرِي بِأَمْرِهِ إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۚ وَكُنَّا بِكُلِّ شَيْءٍ عَالِمِينَ

Transliterasi Latin:
Wa li-Sulaymāna al-riḥa 'āṣifatan tajrī bi-amrihi ilā al-arḍi allatī bāraknā fīhā wa kunnā bi-kulli shay'in ʿālimīn.

Artinya:
Dan bagi Sulaiman (kami tundukkan) angin yang berhembus dengan perintahnya menuju negeri yang telah Kami berkati di dalamnya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.

Tafsirnya:
Ayat ini sama dengan ayat sebelumnya yang juga berbicara tentang Nabi Sulaiman. Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa Nabi Sulaiman memiliki kekuasaan untuk mengendalikan angin. Ia dapat mengatur angin agar berhembus sesuai dengan kehendaknya, termasuk perjalanan yang jauh dengan cepat.

Nabi Sulaiman menggunakan kekuasaannya ini untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin dan nabi. Misalnya, ia dapat mengatur angin untuk membantu perjalanan pasukan atau pengiriman pesan dengan cepat ke tempat yang jauh. Kemampuan ini adalah salah satu karunia khusus yang diberikan Allah kepada Nabi Sulaiman sebagai bukti kekuasaan dan keajaiban-Nya.

Tafsir ayat ini mengajarkan kepada kita tentang kekuasaan dan kendali Allah atas alam semesta. Allah memiliki kontrol penuh atas segala sesuatu, termasuk angin dan perjalanan jarak jauh. Pemberian kekuasaan ini kepada Nabi Sulaiman menunjukkan betapa besar dan luar biasa kuasa Allah. Selain itu, ayat ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menggunakan kekuasaan dan kemampuan yang diberikan Allah dengan bijaksana dan untuk kebaikan umat manusia.

11. Nabi Sulaiman Menghukum Jin Pembangkang

Surah Saba' (34:12)

Arab:

وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَرَوَاحُهَا شَهْرٌ ۖ وَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ ۖ وَمِنَ الْجِنِّ مَن يَعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ وَمَن يَزِغْ مِنْهُمْ عَنْ أَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ

Transliterasi Latin:
Wa li-Sulaymāna al-riḥa ghudūwuhā shahrun warawāḥuhā shahrun wa-asalnā lahu ʿayna al-qitri wa mina al-jinni man yaʿmalu bayna yadayhi bi-idhni rabbihī wa man yazigh minhum ʿan amrinā nuḍiqhu min ʿadhābi al-saʿīr.

Artinya:
Dan bagi Sulaiman (kami tundukkan) angin, yang berhembus dalam perjalanan pagi sebulan dan perjalanan petang sebulan. Dan Kami curahkan untuknya mata air tembaga yang terus mengalir. Dan di antara jin, ada yang bekerja di bawah pengawasannya dengan izin Rabbnya. Dan barangsiapa di antara mereka yang menyimpang dari perintah Kami, maka Kami akan rasakan kepadanya siksa neraka yang menyala-nyala.

Tafsirnya:
Ayat ini menyatakan bahwa Nabi Sulaiman diberikan kendali atas angin yang berhembus pada waktu pagi dan petang. Selain itu, Allah memberikan kepadanya sumber air tembaga yang terus mengalir. Selanjutnya, di antara jin, ada yang bekerja di bawah pengawasannya dengan izin Allah. Mereka membantu Nabi Sulaiman dalam tugas-tugasnya.

Namun, jika ada jin yang menyimpang dari perintah Allah atau menolak bekerja untuk Nabi Sulaiman, maka mereka akan dihukum dengan siksaan neraka yang menyala-nyala.

Tafsir ayat ini menunjukkan bahwa kekuasaan Nabi Sulaiman juga meliputi pengendalian terhadap jin. Jin-jin tersebut tunduk kepada perintah Allah dan Nabi Sulaiman sebagai hamba dan nabi-Nya. Mereka bekerja untuk Nabi Sulaiman dan membantunya dalam tugas-tugasnya.

Hukuman terhadap jin pembangkang tersebut adalah bentuk penegakan ketertiban dan keadilan dalam kekuasaan Nabi Sulaiman. Allah memberikan kekuasaan ini kepada Nabi Sulaiman untuk melaksanakan kehendak-Nya dan mempertahankan otoritas yang diberikan-Nya. Tafsir ini juga mengingatkan kita akan pentingnya taat dan patuh kepada perintah Allah serta menjaga ketaatan terhadap pemimpin yang adil dan bijaksana.

13. Ujian Nabi Sulaiman dengan Ratu Balqis

13.0. Surah An-Naml 27:38

Arab:

"قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ"

Transliterasi Latin:
"Qāla yā ayyuhā al-malāu ayyukum ya'tīnī bi'arshiha qabla an ya'tūnī muslimīn."

Artinya:
"Dia (Nabi Sulaiman) berkata, 'Wahai para pemuka, siapakah di antara kamu yang dapat membawa singgasananya ke hadapan saya sebelum mereka datang kepadaku dalam keadaan tunduk?'"

Ayat ini mengisahkan saat Nabi Sulaiman meminta para pemuka atau pemimpin suku-suku bangsa yang hadir untuk membawa singgasana Ratu Balqis (Ratu Saba) ke hadapannya sebelum mereka datang dalam keadaan tunduk dan berserah diri. Nabi Sulaiman ingin menguji mereka, apakah mereka memiliki kepatuhan dan ketaatan yang sesuai dengan kehendak Allah.

Dalam ayat ini, Nabi Sulaiman menunjukkan kekuasaan dan kewibawaannya sebagai seorang pemimpin yang adil dan bijaksana. Ia ingin melihat apakah mereka mampu memenuhi tuntutan dan memperlihatkan ketaatan kepada-Nya sebelum mereka menghadapinya. Hal ini juga menjadi salah satu bentuk pengujian keimanan dan ketundukan mereka kepada perintah Allah yang diwakili oleh Nabi Sulaiman.

Ayat ini mengajarkan pentingnya kesetiaan dan ketaatan kepada Allah dan pemimpin yang adil. Nabi Sulaiman menegaskan bahwa kepatuhan dan ketaatan yang benar adalah prasyarat dalam mendapatkan keberkahan dan pengakuan dari Allah.

13.0. Surah An-Naml 27:44

Arab:

"قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ ۖ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَا ۚ قَالَ إِنَّهُ صَرْحٌ مُّمَرَّدٌ مِّن قَوَارِيرَ ۗ قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ"

Transliterasi Latin:
"Qīla lahā adkhulī aṣ-ṣarḥa, falammā ra'athu ḥasibathu lujjatan wakashafat 'an sāqayhā. Qāla innahu ṣarḥun mumarradun min qawārīra. Qālat rabbi innī ẓalamtu nafsī waaslamtu ma'a Sulaimāna lillāhi rabbi al-'ālamīn."

Artinya:
"Kepada hud-hud itu dikatakan, 'Masuklah ke dalam istana itu.' Maka tatkala hud-hud itu melihat istana itu, dianggapnya istana itu kolam air yang dalam, lalu ia mengangkat kedua sayapnya. (Lalu Salomo berkata), 'Sesungguhnya istana itu terbuat dari kaca bening.' Ia (ratu Saba) berkata, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim kepada diriku sendiri, dan aku berserah diri bersama Salomo kepada Allah, Tuhan semesta alam.'"

Ayat ini menceritakan tentang kedatangan Hud-Hud (burung hoopoe) yang diutus oleh Nabi Sulaiman (Salomo) untuk memeriksa keadaan Ratu Balqis (Ratu Saba) dan kerajaannya. Ketika Hud-Hud masuk ke dalam istana Ratu Balqis, ia terkejut dan mengira bahwa istana tersebut adalah kolam air yang dalam. Hud-Hud mengangkat sayapnya untuk melindungi diri dari air, namun kemudian Nabi Sulaiman menjelaskan bahwa istana itu sebenarnya terbuat dari kaca bening.

Setelah mengetahui kebenaran itu, Ratu Balqis menyadari kesalahan dan kesombongannya. Ia merasa bersalah dan menyadari bahwa ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri dengan tidak mengakui kebesaran Allah dan berserah diri kepada-Nya. Akhirnya, Ratu Balqis memutuskan untuk tunduk dan berserah diri kepada Allah, Tuhan semesta alam, bersama dengan Nabi Sulaiman.

Ayat ini mengandung pesan tentang pentingnya pengakuan terhadap kebenaran dan kesalahan, serta pentingnya berserah diri kepada Allah sebagai bentuk taat dan penghormatan. Ratu Balqis mengambil pelajaran dari pengalaman ini dan mengakui kesalahan serta mengubah sikapnya menjadi tunduk dan berserah diri kepada Allah.

14. Sulaiman Menciptakan Angin yang Membawa Awan

Surah Al-Anbiya' (21:81)

Arab:

"وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ عَاصِفَةً تَجْرِي بِأَمْرِهِ إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۚ وَكُنَّا بِكُلِّ شَيْءٍ عَالِمِينَ"

Transliterasi Latin:
"Wa lisulaimana al-riha 'asifatan tajri bi-amrihi ila al-ardhi allati barakna fiha wa kunna bikulli shayin 'alimin."

Artinya:
"Dan kepada Sulaiman (Kami tundukkan) angin yang bertiup kencang dengan seizin-Nya menuju negeri yang telah Kami berkati di dalamnya. Dan Kami adalah Yang Maha Mengetahui tentang segala sesuatu."

Tafsirnya:
Ayat ini menyatakan bahwa Nabi Sulaiman diberikan kekuasaan untuk mengendalikan angin sesuai dengan kehendaknya. Ia memiliki kontrol atas angin yang berhembus dan dapat mengarahkannya ke tempat yang dikehendakinya. Keistimewaan ini diberikan oleh Allah kepada Nabi Sulaiman sebagai tanda kekuasaan dan keberkahan-Nya.

Dalam sejarah, dikisahkan bahwa Nabi Sulaiman menggunakan kekuasaannya atas angin dan jin untuk melaksanakan tugas-tugasnya, termasuk dalam pembangunan Bait Suci di Yerusalem dan menjaga kerajaannya. Pengendalian angin dan jin merupakan salah satu karunia Allah kepada Nabi Sulaiman yang menunjukkan kebesaran dan keajaiban kekuasaan-Nya.

Tafsir ayat ini mengajarkan kepada kita tentang kekuasaan Allah yang tak terbatas dan kemampuan-Nya untuk memberikan karunia-karunia khusus kepada hamba-hamba-Nya yang dipilih. Hal ini juga menekankan bahwa kekuasaan dan otoritas yang dimiliki Nabi Sulaiman berasal dari Allah semata, dan ia menggunakan kekuasaan tersebut dengan adil dan bijaksana untuk memenuhi tugas-tugasnya sebagai pemimpin dan nabi.

15. Sulaiman Menyembuhkan Penyakit

15.0. Surah Saba' 34:12

Arab:

"وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَرَوَاحُهَا شَهْرٌ ۖ وَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ ۖ وَمِنَ الْجِنِّ مَن يَعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ وَمَن يَزِغْ مِنْهُمْ عَنْ أَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ"

Transliterasi Latin:
"Wa li Sulaimāna ar-riḥa ghudūwuhā shahrun wa rawāḥuhā shahrun, wa asalnā lahu 'ayna al-qitri, wa mina al-jinni man ya'malu bayna yadayhi bi-idhni Rabbihī, wa man yazigh minhum 'an amrinā nudhiqhu min 'adhābi as-sa'īr."

Artinya:
"Dan untuk Sulaiman diperintahkan angin pagi berjalan sebulan perjalanan dan angin petang sebulan perjalanan. Dan Kami adakan mata air tembus batu untuknya. Dan di antara jin ada yang bekerja untuknya dengan izin Tuhannya, dan barang siapa di antara mereka yang menyimpang dari perintah Kami, niscaya Kami rasakan kepadanya siksa neraka."

Ayat ini mengisahkan tentang keistimewaan Nabi Sulaiman (Salomo) dalam menguasai alam, termasuk kendali atas angin dan jin. Allah memberikan perintah kepada angin untuk mengikuti perintah Sulaiman, sehingga angin pagi dan angin petang berjalan sejauh satu bulan perjalanan masing-masing. Allah juga menciptakan mata air yang dapat menembus batu untuk Nabi Sulaiman.

Selain itu, Allah juga memberikan kuasa kepada beberapa jin untuk bekerja di bawah perintah Sulaiman dengan izin-Nya. Mereka membantu Nabi Sulaiman dalam berbagai tugas dan pekerjaan. Namun, bagi jin yang menyimpang dari perintah Allah dan mengingkari perintah-Nya, Allah akan memberikan siksaan neraka yang pedih.

Ayat ini menunjukkan keagungan dan kekuasaan yang diberikan Allah kepada Nabi Sulaiman serta pengendalian yang dimilikinya terhadap alam semesta, baik angin, mata air, maupun jin. Hal ini merupakan salah satu bukti kebesaran dan kekuasaan Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang saleh.

15.0. Surah Saba' 34:13

Arab:

"يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِن مَّحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَّاسِيَاتٍ ۚ اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا ۚ وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ"

Transliterasi Latin:
"Ya'malūna lahu mā yashā'u min maḥārība wa tamāthīla wa jifānin kal-jawābi wa qudūrin rāsiyātin, a'malū āla Dāūda shukran wa qalīlun min 'ibādīya ash-shakūr."

Artinya:
"Mereka membuat untuknya apa yang dikehendaki dari istana-istana, patung-patung, dan pemandangan-pemandangan, serta bejana-bejana yang tetap. Bekerjalah, hai keluarga Daud, dengan bersyukur. Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang benar-benar bersyukur."

Ayat ini mengisahkan tentang kemampuan Nabi Sulaiman (Salomo) dalam membangun istana-istana megah, patung-patung, dan pemandangan-pemandangan yang indah. Allah memberikan keistimewaan kepada Nabi Sulaiman dalam menguasai berbagai bahan dan sumber daya untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya.

Allah memerintahkan keluarga Daud (termasuk Nabi Sulaiman) untuk bekerja dengan rasa syukur atas nikmat dan karunia yang diberikan-Nya. Ini menunjukkan pentingnya bersyukur kepada Allah atas segala karunia dan kebaikan yang diberikan-Nya kepada hamba-Nya yang saleh.

Ayat ini juga mengingatkan bahwa hanya sedikit dari hamba-hamba Allah yang benar-benar bersyukur. Syukur adalah tindakan mengakui nikmat dan karunia Allah serta menggunakan karunia-Ku untuk kebaikan dan ketaatan kepada-Nya.

16. Sulaiman dan Kuda-Kuda Perangnya

16.0. Surah Sad 38:31

Arab:

"إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ"

Transliterasi Latin:
"Idh qāla lahu rabbuhu aslim. Qāla aslamtu lirabbil 'ālamīn."

Artinya:
"Ketika Tuhan-Nya berfirman kepadanya, 'Berserah dirilah!' Ia menjawab, 'Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.'"

Ayat ini merujuk pada peristiwa ketika Nabi Daud (David) diperintahkan oleh Allah untuk berserah diri kepada-Nya. Allah memerintahkan Nabi Daud untuk tunduk dan berserah diri sepenuhnya kepada-Nya dengan penuh keikhlasan dan keyakinan.

Nabi Daud, sebagai seorang nabi yang taat, dengan rendah hati dan sungguh-sungguh menyadari kekuasaan dan kebesaran Allah, langsung mematuhi perintah tersebut. Ia menjawab dengan tegas bahwa ia berserah diri kepada Tuhan seluruh alam, mengakui bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Pemilik dan Maha Kuasa atas segala sesuatu di alam semesta.

Ayat ini mengajarkan pentingnya sikap tunduk dan berserah diri kepada Allah. Nabi Daud memberikan contoh yang baik dalam merespons perintah Allah dengan ketaatan dan penuh keimanan. Sikap tunduk dan berserah diri kepada Allah adalah ciri seorang hamba yang saleh dan taat kepada-Nya.

16.1. Surah Sad 38:32

Arab:

"فَقَالَ إِنِّيْ أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَن ذِكْرِ رَبِّي حَتَّى تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ"

Transliterasi Latin:
"Faqāla innī aḥbabtu ḥubba al-khairi 'an dhikri Rabbī ḥattā tawārat bil-ḥijāb."

Artinya:
"Maka dia (Sulaiman) berkata, 'Sesungguhnya aku mencintai kebaikan yang diiringi dengan mengingat Rabb-ku hingga (matahari) terbenam dengan tersembunyi di balik tabir.'"

Ayat ini menggambarkan ucapan Nabi Sulaiman (Salomo) dalam konteks menjelaskan alasan di balik kecintaannya terhadap kebaikan dan amal shaleh. Nabi Sulaiman menyatakan bahwa cintanya terhadap kebaikan terkait erat dengan pengingatannya kepada Rabb-nya. Dia mencintai perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan dalam pengabdian kepada Allah dan untuk mencari keridhaan-Nya.

Kata "hubb" dalam ayat ini mengandung makna "cinta" yang dalam konteks ini merujuk pada cinta terhadap kebaikan dan amal yang bermanfaat. Nabi Sulaiman menyatakan bahwa cintanya terhadap kebaikan melekat pada keinginannya untuk senantiasa mengingat dan mengabdikan dirinya kepada Allah. Ia berusaha agar perbuatan-perbuatan baiknya senantiasa dilandasi dengan kesadaran akan kehadiran dan kebesaran Allah.

Ucapan Nabi Sulaiman ini juga menunjukkan tingkat ketakwaan dan kecintaannya yang tulus kepada Allah. Ia mencintai kebaikan dan melakukan amal shaleh dengan sungguh-sungguh, dan kesadaran akan kehadiran Allah dalam hatinya begitu kuat sehingga dia merasa seperti matahari yang terbenam dan tersembunyi di balik tabir ketika berada di luar cahayanya.

Ayat ini mengajarkan pentingnya menjalin cinta kepada Allah dan kebaikan yang diiringi dengan pengingatan akan-Nya. Cinta terhadap kebaikan dan kesadaran akan kehadiran Allah menjadi motivasi dalam melakukan amal shaleh dan menjalankan ibadah dengan sepenuh hati.

16.2. Surah Sad 38:33

Arab:

"رُدُّوۡهَا عَلَىَّ فَطَفِقَ مَسۡحًا بِالسُّوۡقِ وَ الۡاَعۡنَاقِ"

Transliterasi Latin:
"Rudduhaa 'alayya faṭafiqa masḥan bis-suq wal-a'naaq."

Artinya:
"Kembalikan kepadaku (singa itu).' Maka dia berbalik sambil memisahkan jari-jari tangannya dengan gerakan mengusap-usapnya di belakang leher."

Ayat ini mengisahkan tentang Nabi Daud yang menunjukkan kekuasaannya kepada para menteri kerajaan dan melatih burung-burung untuk berperang. Ketika Nabi Daud menunjukkan mukjizatnya dengan menghadirkan singa yang berada di antara para menteri, dia memerintahkan agar singa itu dikembalikan kepadanya. Singa tersebut kemudian berbalik dan kembali kepada Nabi Daud dengan tenang, sambil menggerakkan jari-jari tangannya seperti mengusap-usap leher.

Tafsirnya menjelaskan bahwa gerakan mengusap-usap leher tersebut menunjukkan kelembutan dan kedamaian yang ditunjukkan oleh singa tersebut. Singa tersebut mengikuti perintah Nabi Daud dengan patuh dan tunduk, menunjukkan kekuasaan dan pengaruh Nabi Daud atas hewan-hewan. Ini merupakan salah satu mukjizat dan tanda kebenaran kenabian Nabi Daud.

Ayat ini memberikan gambaran tentang kekuasaan dan pengaruh Nabi Daud sebagai seorang nabi dan raja yang diberkahi oleh Allah. Dia memiliki kemampuan untuk memerintahkan dan mengendalikan hewan-hewan, termasuk singa. Kelembutan dan kedamaian yang ditunjukkan oleh singa tersebut menggambarkan harmoni yang ada dalam pengaruh dan otoritas Nabi Daud.

Ayat ini juga mengandung pesan bahwa kekuasaan dan otoritas yang diberikan oleh Allah kepada seorang pemimpin atau nabi harus digunakan dengan bijaksana, tanpa penyalahgunaan atau penindasan terhadap makhluk lain. Nabi Daud menunjukkan kelembutan dan perawatan terhadap hewan-hewan yang berada di bawah pengaruhnya, sehingga menjadi teladan bagi kita untuk menggunakan kekuasaan dan otoritas yang diberikan kepada kita dengan bijaksana dan bertanggung jawab.

17. Sulaiman Mengajarkan Tentara Burung

Surah An-Naml (27:17)

Arab:

وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ

Transliterasi Latin:
Wa ḥushira li-Sulaymāna junūduhu mina al-jinni wal-insi wal-ṭayri fahum yūzaʿūn.

Artinya:
Dan dikumpulkan untuk Sulaiman tentaranya, dari jin, manusia, dan burung-burung, lalu mereka diatur dengan baik.

Tafsirnya:
Ayat ini menyatakan bahwa Nabi Sulaiman memiliki tentara yang terdiri dari jin, manusia, dan burung-burung. Ia mengajarkan burung-burung tersebut bagaimana membentuk barisan dan berperang untuk melindungi kerajaannya.

Nabi Sulaiman memiliki keistimewaan dan kekuasaan yang luar biasa yang diberikan Allah kepadanya. Ia mampu berkomunikasi dengan makhluk-makhluk lain, termasuk burung-burung. Dalam hal ini, Nabi Sulaiman mengajarkan burung-burung tersebut bagaimana membentuk barisan dan berperang untuk melindungi kerajaannya dari ancaman.

Tafsir ayat ini mengajarkan kepada kita tentang kekuasaan Nabi Sulaiman dan kemampuannya dalam memanfaatkan berbagai jenis makhluk untuk tujuan tertentu. Nabi Sulaiman tidak hanya diberikan kebijaksanaan dan kekuasaan atas manusia dan jin, tetapi juga memiliki kendali terhadap burung-burung. Hal ini menunjukkan betapa besar karunia dan keajaiban kekuasaan Allah yang diberikan kepada Nabi Sulaiman.

Selain itu, ayat ini juga menekankan pentingnya pengaturan dan organisasi dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan. Nabi Sulaiman mengatur tentaranya dengan baik, memastikan bahwa setiap bagian dari tentara tersebut memiliki peran dan tugas yang jelas dalam melindungi kerajaannya.

Tafsir ini mengajarkan kepada kita untuk memanfaatkan sumber daya yang ada dengan baik dan mengatur segala hal dengan tertib dan efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

18. Nabi Sulaiman Menyembuhkan Orang yang Tuli

18.0. Surah An-Naml 27:80

Arab:

"إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَىٰ وَلَا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ"

Transliterasi Latin:
"Innaka la tusmi'u almawta wa la tusmi'u assumma ad-du'a a idha wallaw mudbirin."

Artinya:
"Sesungguhnya engkau tidak dapat membuat orang mati mendengar dan tidak dapat membuat orang tuli mendengar seruan ketika mereka berpaling."

Ayat ini merupakan bagian dari Surah An-Naml (27), ayat ke-80. Ayat ini merupakan pernyataan dari Nabi Sulaiman (Salomo) kepada kuda tunggangannya saat dia menginginkan agar kudanya dapat membawa kabar berita dengan cepat. Nabi Sulaiman menyadarkan kudanya bahwa meskipun dia memiliki kekuasaan besar, tetapi tidak mampu membuat orang mati mendengar atau orang tuli mendengar seruan ketika mereka berpaling.

Ayat ini menggambarkan kekuasaan Allah yang Maha Kuasa. Meskipun Nabi Sulaiman memiliki kekuasaan dan mukjizat yang luar biasa, dia menyadari bahwa hanya Allah yang memiliki kendali mutlak atas kehidupan dan kematian, serta atas pendengaran dan ketulian seseorang. Ini merupakan pengingat bagi Nabi Sulaiman dan bagi kita semua bahwa kita sebagai manusia memiliki keterbatasan dan ketergantungan kepada Allah dalam segala hal.

Ayat ini juga mengandung pesan penting bahwa dalam mencari pertolongan atau berdoa, kita harus mengarahkan doa kita kepada Allah yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan, bukan kepada makhluk yang tidak berdaya seperti orang mati atau orang tuli. Kita diajarkan untuk memiliki keyakinan penuh bahwa Allah lah yang mendengar dan mengabulkan doa-do kita.

18.1. Surah An-Naml 27:81

Arab:

"وَمَا أَنْتَ بِهَادِي الْعُمْيِ عَنْ ضَلَالَتِهِمْ ۚ إِنْ تُسْمِعُ إِلَّا مَن يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُم مُّسْلِمُونَ"

Transliterasi Latin:
"Wa mā anta bihādī al-'umyi 'an ḍalālatihim. In tusmi'u illā man yu'minu biāyātinā fahum muslimūn."

Artinya:
"Dan engkau tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang buta terhadap kesesatan mereka. Engkau tidak dapat membuat orang mendengar, kecuali orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami; maka mereka itulah orang-orang yang tunduk."

Ayat ini merupakan ayat ke-81 dari Surah An-Naml (27). Ayat ini adalah respons Allah kepada Nabi Sulaiman (Salomo) terkait dengan permintaannya untuk memberikan petunjuk kepada orang-orang yang telah tersesat.

Dalam ayat ini, Allah memberitahukan kepada Nabi Sulaiman bahwa dia tidak dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah tertutup oleh kebutaan rohani mereka sendiri. Tidaklah ada yang bisa mengubah hati mereka atau membuat mereka mendengar kecuali orang-orang yang memiliki keimanan kepada ayat-ayat Allah dan bersedia tunduk kepada-Nya.

Ayat ini mengandung pelajaran tentang batas kekuasaan seorang nabi atau rasul. Meskipun Nabi Sulaiman memiliki kebijaksanaan dan kekuatan yang luar biasa, tetapi dia tidak dapat mengubah keyakinan seseorang yang telah memilih untuk mempertahankan kesesatannya. Hanya Allah yang memiliki kekuasaan untuk membuka hati seseorang dan memberi petunjuk kepada mereka.

Ayat ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya iman dalam menerima petunjuk dan hidayah Allah. Orang-orang yang beriman dan tunduk kepada-Nya akan mendengarkan ayat-ayat Allah dan siap untuk mengikuti petunjuk-Nya. Mereka akan bersedia menerima kebenaran dan hidayah yang Allah berikan.

Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa sebagai manusia, kita harus selalu bergantung pada Allah dalam mencari petunjuk dan hidayah-Nya. Kita perlu membuka hati dan memperkuat iman kita agar dapat mendengarkan dengan baik dan tunduk kepada-Nya sebagai bentuk ketundukan dan ketaatan kita sebagai hamba-Nya yang taat.

19.20. Menghukum Iblis, Waktu Meninggal dan Diketahui Melalui Toongkatnya

Surah Saad 38:34 sampai 40.

Arab:

"وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمَانَ وَأَلْقَيْنَا عَلَىٰ كُرْسِيِّهِ جَسَدًا ثُمَّ أَنَابَ. قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَّا يَنبَغِي لِأَحَدٍ مِّن بَعْدِي ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاءً حَيْثُ أَصَابَ. وَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاءٍ وَغَوَّاصٍ. وَآخَرِينَ مُقَرَّنِينَ فِي الْأَصْفَادِ. هَـٰذَا عَطَاؤُنَا فَامْنُنْ أَوْ أَمْسِكْ بِغَيْرِ حِسَابٍ. وَإِنَّ لَهُ عِندَنَا لَزُلْفَىٰ وَحُسْنَ مَآبٍ" 

Transliterasi Latin:
"Wa laqad fatannā Sulaimāna wa alqainā 'alā kursiyyihi jasadāan thumma anāba. Qāla Rabbi-ghfir lī wa hab lī mulkan lā yanbaghī li-ahadin min ba'dī. Innaka anta al-Wahhāb. Fasakhkharnā lahu ar-riha tajrī bi-amrihi rukhā'an ḥaythu aṣāba. Wa ash-shayāṭīna kulla bannā'in wa ghawwāṣin. Wa ākharīna muqarranīna fī al-aṣfād. Hādha 'aṭā'unnā fa-amnun aw amsik bi-ghayri ḥisāb. Wa innahu 'indanā la-zulfā wa ḥusna ma'āb."

Artinya:
"Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami letakkan di atas takhtanya sebuah badan (mayat), kemudian dia bertaubat. Dia berkata: 'Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak layak bagi seorang pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.' Maka Kami tundukkan untuknya angin yang berhembus dengan kekuasaannya menerbangkan ke mana saja yang dikehendakinya. Dan juga setan-setan, yang semuanya pembangun dan penyelam. Dan yang lainnya yang diikat dalam belenggu. Inilah pemberian Kami, maka berikanlah atau tahanlah dengan tidak terhitung. Dan sesungguhnya dia memiliki kedudukan yang dekat pada Kami dan tempat yang baik kembali."

Ayat-ayat ini bercerita tentang ujian yang diberikan kepada Nabi Sulaiman (Salomo) dan rasa taubatnya setelahnya. Allah menguji Sulaiman dengan meletakkan sebuah badan (mayat) di atas takhtanya. Hal ini bertujuan untuk mengingatkannya akan kerentanan dan keterbatasan manusia, serta untuk menguatkan rasa taqwa dan ketaatan dalam dirinya. Sulaiman segera bertaubat kepada Allah dan memohon ampun serta memohon anugerah berupa kerajaan yang tidak akan diberikan kepada siapa pun setelahnya.

Allah mengabulkan doa Nabi Sulaiman dan memberinya kerajaan yang luar biasa. Allah juga menundukkan angin sehingga Sulaiman dapat mengendalikannya sesuai dengan kehendaknya. Selain itu, Sulaiman juga memiliki kendali terhadap setan-setan yang menjadi pembangun dan penyelam.

Ayat-ayat ini menunjukkan keagungan dan kekuasaan Allah serta kemurahan-Nya terhadap Nabi Sulaiman. Allah memberikan pemberian-Nya kepada Sulaiman tanpa batas dan tanpa perhitungan. Sulaiman juga memiliki kedudukan yang dekat dengan Allah dan tempat yang baik kembali kepadanya.

Pelajaran dari ayat-ayat ini adalah pentingnya taubat, ketaatan, dan kerendahan hati dalam menghadapi ujian dan anugerah yang diberikan oleh Allah. Nabi Sulaiman adalah contoh yang baik dalam bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah serta bersyukur atas karunia yang diberikan-Nya. Kekuasaan dan keberhasilan yang dimiliki manusia seharusnya tidak membuat kita sombong, tetapi harus dijalankan dengan ketaatan kepada Allah dan pengabdian kepada-Nya.

Doa Nabi Sulaiman merupakan warisan spiritual yang tak ternilai harganya. Kekuatan dan efektivitasnya telah terbukti dalam sejarah dan menjadi inspirasi bagi umat Islam hingga saat ini. Meski demikian, penting bagi kita untuk menghayati dan mengamalkan doa ini dengan niat yang tulus dan keikhlasan yang mendalam. Dengan menjalin hubungan yang erat dengan Allah melalui doa, kita bisa merasakan keajaiban dan kemurahan-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga artikel ini memberikan wawasan dan pemahaman yang bermanfaat tentang kekuatan doa Nabi Sulaiman, dan menginspirasi kita untuk terus meningkatkan kualitas doa kita dalam rangka mendapatkan berkah dan kesuksesan di dunia maupun akhirat.

FAQs

6 pertanyaan terkait Doa Nabi Sulaiman:

  1. Bolehkah mengamalkan doa nabi sulaiman?
  2. Doa Nabi Sulaiman adalah doa yang diajarkan oleh Nabi Sulaiman, seorang nabi yang terkenal dalam agama Islam. Sebagai umat Muslim, saudara boleh mengamalkan doa-doa yang diajarkan oleh Nabi Sulaiman.
  3. Bagaimana cara mengamalkan doa nabi sulaiman?
  4. Cara mengamalkan doa Nabi Sulaiman adalah dengan mempelajari doa-doa yang diajarkan oleh beliau, menghafalkannya, dan berdoa dengan sungguh-sungguh dan penuh keyakinan. Saudara dapat mencari sumber-sumber yang dapat memberikan informasi tentang doa-doa Nabi Sulaiman, seperti kitab-kitab hadis atau literatur agama Islam.
  5. Doa nabi sulaiman memanggil burung walet!
  6. Tidak ada catatan yang sahih dalam agama Islam yang menyebutkan bahwa doa Nabi Sulaiman digunakan untuk memanggil burung walet secara khusus. Nabi Sulaiman memiliki keistimewaan dalam berkomunikasi dengan burung dan binatang lainnya, tetapi hal tersebut bukanlah aspek yang umum atau terkait dengan doa-doa beliau.
  7. Doa nabi sulaiman untuk meluluhkan hati seseorang!
  8. Tidak ada doa khusus dari Nabi Sulaiman yang diketahui untuk meluluhkan hati seseorang secara spesifik. Namun, dalam Islam terdapat berbagai doa dan dzikir yang dianjurkan untuk memohon kepada Allah SWT agar memberikan kebaikan, kemudahan, dan memperbaiki hubungan antara sesama manusia. Saudara dapat mencari doa-doa tersebut yang sesuai dengan kebutuhan saudara.
  9. Bagaimana tata cara mengamalkan doa nabi sulaiman menundukan wanita!
  10. Penting untuk diingat bahwa Islam mengajarkan sikap saling menghormati, kesetaraan, dan tidak ada ruang untuk memaksa atau mendominasi orang lain. Tidak ada tata cara khusus dari doa Nabi Sulaiman yang ditujukan untuk menundukkan wanita atau mengendalikan kehendak mereka. Sikap yang baik dalam hubungan antar-gender adalah saling menghormati, saling mendukung, dan memperlakukan dengan adil.
  11. Doa nabi sulaiman untuk mengobati orang kesurupan!
  12. Islam memiliki doa-doa umum yang bisa diamalkan untuk memohon perlindungan Allah dan kesembuhan bagi orang yang mengalami kesurupan atau gangguan jiwa. Namun, penting untuk diingat bahwa dalam situasi seperti ini, sebaiknya juga mencari bantuan dari tenaga medis atau profesional kesehatan yang kompeten. Mereka dapat memberikan bantuan dan saran yang tepat untuk mengatasi kondisi tersebut.

Penutup

Menutup pembahasan ini, penting untuk diingat bahwa dalam agama Islam, doa adalah bentuk ibadah yang harus dilakukan dengan niat yang tulus, keyakinan yang kuat, dan mengikuti ajaran yang benar. Mengamalkan doa-doa Nabi Sulaiman atau doa-doa lainnya adalah suatu kebaikan, namun penting juga untuk memahami konteks dan hukum-hukum agama yang terkait.

Selain berdoa, penting juga untuk mencari ilmu dan pemahaman yang benar mengenai ajaran agama Islam dari sumber-sumber yang terpercaya. Membaca kitab-kitab hadis, Al-Qur'an, dan berkonsultasi dengan ulama yang terpercaya dapat membantu memperdalam pemahaman agama dan praktik ibadah yang benar.

Jadikanlah doa sebagai sarana untuk memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT, memohon rahmat dan petunjuk-Nya, serta memperbaiki diri kita sendiri sebagai hamba yang bertakwa. Semoga doa-doa kita dikabulkan dan kita dapat hidup sebagai manusia yang berbakti kepada Allah dan berguna bagi sesama.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url