5 Tahap Terbentuknya IPSI Ikatan Pencak Silat Indonesia
Zaman Kuno sebelum IPSI ada
Manusia makhluk yang beradab memegang tiga tanda yaitu Cipta, Rasa dan Karsa, Manusia sifatnya sosial agar aman, dan sejahtera dari gangguan alam, (binatang) atau manusia lain. Sejahtera berarti bahagia lahir batin lalu diciptakan sebuah sarana untuk menjaga keamanan dengan meniru Gerakan – Gerakan binatang kemudian meningkat pada pemakaian senjata.
Bela diri terdiri dari empat unsur yaitu seni, olahraga, beladiri dan kerohanian kemudian dikembangkan kepada orang lain, dan tiap perguruan sifatnya khas, Jurus ditulis pada pembelaan hal-hal yang sitatnya vital.
Zaman Kerajaan sebelum IPSI ada
Latihan belaan umumnya dipunyai oleh orang-orang yang mempunyai kehidupan pada zaman kerajaan, hal ini karena sebagai prajurit di Kerajaan. Contoh pada zaman kerajaan Majapahit ada pasukan Bhayangkara untuk melindungi kerajaan dari serangan kerajaan lain.
Zaman Penjajahan Belanda
Adanya penanaman nasionalisme untuk melakukan aksinya para pendekar tidak jera untuk mempertahankan rasa Nasionalisme Kebangsaan disamping mengembangkan seni bela diri pencak silat yang dilakukan dii perguruan. Sehingga tidak sedikit para pendekar yang gugur untuk mempertahankannya.
Zaman Penjajahan Jepang
Menghidupkan organisasi pencak silat dengan alasan untuk menghadapi musuhnya membentuk ketentaraan kemudian dengan dibom atomnya Jepang maka orang – orang yang tahu akan hal tersebut menggunakan kesempatan yang ada.
Zaman Kemerdekaan IPSI di Bentuk
Dengan kehadiran ilmu pencak silat yang dapat dilestarikan sesuai pasal 32 UUD 1945 perlu dibentuk suatu wadah yang pada tahun 1948 bulan Mei para tokoh nasional atas prakarsa Mr. Wongso Negoro, ketua pusat kebudayaan di Kedu, mendirikan IPSSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia) Ada 10 Perguruan pada saat itu, Sepuluh perguruan tersebut kemudian di sebut 10 Perguruan Historis. Kesepuluh perguruan tersebut antara lain PSHT, PD, TS, SN-dan lain-lain.
Kongres I IPSSI di Yogyakarta terjadi perubahan ke bentuk IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Tiga tujuan pokok terbentuknya IPSI adalah :
- Satukan dan bina seluruh perguruan pencak silat di Indonesia;
- Lestarikan, kembangkan dan masyarakatkan pencak silat;
- Jadikan pencak silat sebagai sarana perjuangan bangsa.
Pada PON I pencak silat sudah ditampilkan sebaga eksebisi, karena PON dari segi politik pada dunia luar oleh Indonesia mampu untuk melaksanakan itu. Pada akhirnya Mr. Wongso Negoro ditunjuk sebagai ketua IPSI dengan memutuskan suatu aturan pertandingan dan aturan Wasit serta Juri.
Pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta Pencak silat dipertandingkan di PON. Mulai PON IX, pencak silat dipertandingkan secara resmi. IPSI telah sukses pada SEAGAMES dan lima kali di tingkat dunia yaitu di Jakarta, Malaysia, Wina, dan di Jakarta, tahun 1992. dan akan diusahakan untuk masuk di Olimpiade.
Makna Lambang IPSI
Warna Dasar Putih
Berarti suci dalam amal perbuatan
Warna Merah
Berarti berada dalam kebenaran
Warna Hijau
Berarti ketenangan dalam menghadapi segala sesuatu menuju ke kemantapan jiwa, karena selalu beriman dan bertauhid kepada Tuhan Yang Maha Esa secara hikmat dan syahdu.
Warna Kuning
Berarti batwa IPSI mengutamakan keluhuran budi pekerti dan kesejahteraan lahir dan bathin dalam
menuju ke Kejayaan nusa dan bangsa.
Bentuk Perisai Segi Lima
Berarti bahwa IPSI berlandaskan Pancasila, serta bertujuan membentuk manusia pancasila sejati.
Sayap Garuda Berwarna Kuning Berototkan Merah
Berarti kekuatan bangsa Indonesia yang bersendikan kemurnian keluhuran dan dinamika.
Sayap 18 lembar, bulu 5 lembar + 4 lembar + 8 lembar berarti tanggal berdirinya IPSI pada hari Rabu, pasaran Pahing, tanggal 18 bulan Mei tahun 1948, 9 Rejeb 1879, 10 Rajab 1367H.
Sayap 18 lembar terdin dari 17 + 1 yang Berarti bahwa IPSI dengan semangat proklamasi kemerdekaan bersatu pada membangun bangsa dan negara republik indonesia.
Untaian Lima Lingkaran
Melambangkan bahwa IPSI melalui olahraga merupakan ikatan perkemanusiaan antara berbagai aliran dengan memegang tegul azas kekeluargaan, persaudaraan satu 1 dan gotong royongan.
Ikatan Pita Berwarna Merah Putih
Bahwa IPS merupakan suatu ikatan pemersatu dari berbagai aliran pencak silat yang menjadi hasil budaya kokoh karena dilandasi aleh rasa berbangsa, berbahasa dan bertanah air indonesia.
Gambar Tangan Putih Didalam Dasar Hijau
Menggambarkan bahwa IPSI membantu negara dalam bidang ketahanan nasional melalui pembinaan mental fisik (phisik) agar kader-kader IPSI berkepribadian nasional, serta berbadan sehat kuat dan tegap.
Gambar Senjata Trisula
Perlambangan selalu siap siaganya IPSI didalam partisipannya dalam pembangunan negara melalui tiga usaha pokok.
- Mengusahakan keluhuran budi pekerti;
- Memelihara seni budaya bangsa indonesia;
- Menjalankan serta melestarikan budaya bangsa nusantara indonesia.
Untuk bendera dasar hijau dengan ukuran berbanding 2 : 3 Sedang untuk lambang (badge) berbentuk segi lima. Nama daerah ditulis melingkar dibawah lambang berwarna kuning.
IPSI – Ikatan Pencak Silat Indonesia
Ikatan Pencak Silat Indonesia atau dipersingkat IPSI ialah tempat organisasi untuk semua barisan pencak silat Indonesia.
IPSI dibangun di tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, Jawa tengah
IPSI dibangun bermaksud mengkoordinasikan dan melakukan pembimbingan aktivitas pencak silat dalam konservasi, peningkatan, dan kenaikan kualitas seni dan budaya dan prestasi pencak silat secara detail dan berkaitan.
IPSI mempunyai tujuan mempersatukan, membangun persaudaraan dan kesetiakawanan antara perguruan pencak silat dalam rencana tingkatkan ikut serta pencak silat untuk membuat Indonesia sepenuhnya, dan mengusung harkat dan martabat bangsa.
IPSI memiliki sifat kekerabatan, persaudaraan, kebersama-samaan, dan kesetiakawanan, dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, nirlaba, dan tidak berafiliasi, fokus, dan berperan politik.
Riwayat IPSI – Ikatan Pencak Silat Indonesia
Pencak silat sebagai olahraga seni beladiri yang dari bangsa rumpun Melayu, terhitung Indonesia. Jumlah perguruan pencak silat banyak, berdasar catatan PB IPSI s/d tahun 1993 sudah capai 840 perguruan pencak silat di Indonesia. Induk organisasi pencak silat di Indonesia ialah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). IPSI dibangun di tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, Jawa tengah.
Usaha untuk mempersatukan pencak silat sebetulnya telah diawali pada periode penjajahan Belanda. Di tahun 1922 di Sagalaherang, Subang, Jawa Barat, dibangun Perhimpoenan Pentjak Silat Indonesia untuk menyatukan saluran pencak Jawa Barat yang menyebar di semua kepulauan nusantara. Pada periode wargaan Jepang, Presiden Soekarno pernah jadi perlindungannya.
Usaha sama diselenggarakan di Yogyakarta. Di tahun 1943, beberapa pendekar pencak silat, yakni R. Brotosoetarjo (pendiri perguruan silat Budaya Indonesia Mataram), Mohamad Djoemali (pendekar pencak Setia Hati dari Sekolah Taman Pelajar), R.M. Harimoerti (pendiri saluran pencak Tejokusuman), Abdoellah (pendekar Pencak Kesehatan), R. Soekirman (pendekar pencak Rukun Kasarasaning Tubuh), Alip Poerwowarso (pendekar pencak Setia Hati Organisasi), Soewarno (pendekar pencak Setia Hati Terate), R. Soepono Mangkoepoedjono (pendiri perguruan pencak Persatuan Hati), dan R.M. Soenardi Soerjodiprodjo (pendiri perguruan pencak Tunggal Hati), membangun organisasi bernama Gaboengan Pentjak Mataram yang dipersingkat Gapema untuk bersama menggalang pencak silat yang tumbuh di Kesultanan Yogyakarta. Gapema dipimpin oleh K.P.H. Nototaruno, adik Sri Paduka Paku Alam VIII.
Sesudah sekian tahun, persisnya di tahun 1947, di Yogyakarta berdiri satu organisasi namanya Kombinasi Pentjak Semua Indonesia yang dipersingkat Gapensi dengan arah mempersatukan saluran pencak silat di semua Indonesia. Gapensi dibangun oleh Mohamad Djoemali (pendekar pencak Setia Hati dari Sekolah Taman Pelajar) bersama beberapa figur pencak silat yang lain, yakni R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo (pendiri perguruan silat Perisai Diri), Ki Netra Widjihartani (pendiri perguruan pencak silat Prisai Sakti Mataram), R. Brotosoetarjo (pendiri perguruan silat Bima), dan Widjaja.
Walau organisasi di Jawa Barat dan Yogyakarta ini memiliki cita-cita nasional, tetapi keanggotaannya masih bertaraf lokal. Karena itu PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia), yang selanjutnya ganti nama jadi KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), melangsungkan sebuah Pertemuan Sisi Pencak di Solo di tanggal 2 Juni 1948.[6]
Tatap muka itu awalnya sudah dengan diawali rapat pembangunan Panitia Penyiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia di Solo di awal tahun 1947 yang diprakarsai oleh Mr. K.R.M.T. Wongsonegoro, yang di masa datang beliau memegang sebagai Menteri Pengajaran dan Kebudayaan. Dari hasil pertemuan ini dibentuklah panitia IPSI (Ikatan Pentjak Semua Indonesia) di bulan Mei 1947 yang dipimpin oleh Mr. K.R.M.T. Wongsonegoro. IPSI bernaung di bawah Kementerian Negara Masalah Pemuda.
Beberapa pendiri IPSI di tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta
- Mr. K.R.M.T. Wongsonegoro, Gubernur Jawa tengah;
- Soeratno Sastroamidjojo, Sekretaris Pusat Kebudayaan Kedu;
- R. Marijoen Soedirohadiprodjo dari Setia Hati Organisasi;
- Dr. Sahar dari Silat Sumatera;
- Soeria Atmadja dari Pencak Jawa Barat;
- Soeljohadikoesoemo dari Setia Hati Madiun;
- Rachmad Soeronegoro dari Setia Hati Madiun;
- Moenadji dari Setia Hati Solo;
- Roeslan dari Setia Hati Kediri;
- Roesdi Imam Soedjono dari Setia Hati Kediri;
- S. Prodjosoemitro, Ketua PORI Sisi Pencak;
- Mohamad Djoemali dari Yogyakarta;
- Margono dari Setia Hati Yogyakarta;
- Soemali Prawiro Soedirdjo dari Persatuan Olahraga Republik Indonesia;
- Karnandi dari Kementerian Pembangunan dan Pemuda;
- Ali Marsaban dari Kementerian Pengajaran dan Kebudayaan.
Dengan dibangunnya organisasi ini diharap jika pencak silat bisa digerakkan dan ditebarluaskan sampai ke beragam penjuru di tanah air sebagai satu gestur kebudayaan nasional. Warga menginginkan jika pencak silat distandarisasi agar diberikan sebagai pengajaran jasmani di beberapa sekolah dan bisa ditandingkan dalam even-even olahraga nasional.
Sesuai kemauan itu, langkah awal yang diupayakan oleh IPSI ialah terciptanya satu mekanisme pencak silat nasional yang bisa diterima oleh semua perguruan pencak silat yang berada di tanah air. Untuk beberapa waktu, dipungutkan sebagai standaard systeem pelajaran pencak silat dasar yang telah diatur oleh R.M. S. Prodjosoemitro dan diberikan di beberapa sekolah di daerah Solo dengan support Kementerian Pengajaran dan Kebudayaan Balai Kota Surakarta. Dari hasil usaha standarisasi awalnya pencak silat ini ditampilkan oleh lebih kurang 1.000 pesilat anak-anak dalam demo senam pencak silat massal pada Pembukaan PON I tanggal 8-12 September 1948 di Solo. Semenjak PON I itu, pencak silat diperlombakan sebagai demo dalam kelompok solo dan double, baik tangan kosong atau senjata.
Pro dan Kontra Pembentukan IPSI
Tidak seluruhnya saluran dan perguruan pencak silat setuju berkenaan pentingnya organisasi nasional. Ada yang cemas jika dengan pengaturan mekanisme pencak silat nasional karena itu persatuan aliran-aliran pencak silat tidak terwujud, bahkan juga akan ada pemecahan karena setiap saluran atau perguruan pencak silat akan mengeklaim dianya yang terbaik.
Sebelumnya Gapensi turut menampik karena anggota panitia IPSI dipandang dikuasai oleh anggota perguruan pencak silat Setia Hati. Disamping itu, beberapa perguruan pencak silat di wilayah Kauman, yang sekarang ini dikenali bernama Tapak Suci, turut menampik karena Mr. K.R.M.T. Wongsonegoro yang jadi Ketua IPSI dikenali sebagai salah seorang figur saluran spiritual. Salah satunya anggota Gapensi, yakni Soeko Winadi, selanjutnya membangun organisasi yang namanya PerPI (Persatuan Pentjak Indonesia) yang memayungi perguruan pencak silat Benteng Mataram, Mustika, Bayu Manunggal, Bima Sakti, dan Trisno Murti. Organisasi baru ini disokong oleh Phashadja Mataram dan Tapak Suci.
Persatuan dan kesatuan barisan pencak silat di Indonesia belum juga betul-betul diwujudkan karena ada beragam organisasi pencak silat tertentu di luar IPSI seperti Gapensi, PerPI, Putra Betawi, dan lain-lain. Ditambahkan lagi di tahun 1950 saat terjadi gejolak perlawanan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sudah dilakukan oleh barisan pergerakan separatis DI/TII. Panglima Instruksi Tentara dan Teritorium III Siliwangi, Kolonel R.A. Kosasih, ditolong oleh Kolonel Hidajat dan Kolonel Haroen, di bulan Agustus 1957 membangun PPSI (Persatuan Pentjak Silat Indonesia) di Bandung yang mempunyai tujuan menggalang kemampuan barisan pencak silat untuk hadapi DI/TII yang berkembang di daerah Lampung, Jawa Barat, Jakarta, Jawa tengah sisi barat, dan Yogyakarta. Sesuai daerah pembimbingannya, yang masuk dalam PPSI ialah perguruan pencak silat saluran wilayah Pasundan.
Karena dibuatnya PPSI memunculkan dualisme pembimbingan dan pengaturan pencak silat di Indonesia. Pendekar-pendekar Jawa Barat berasa jika aktivitas yang diprakarsai IPSI dikuasai Jawa tengah dan Jawa Timur, tidak capai Jawa Barat. Menurut pendekar Jawa Barat masih tetap dibutuhkan satu organisasi khusus untuk menaungi dan meningkatkan perguruan-perguruan pencak silat yang beraliran Jawa Barat. Di tahun 1950-an IPSI dan PPSI berkompetisi berebutan dampak di dunia persilatan dengan sama-sama banyak membangun cabang di semua propinsi di Indonesia. PPSI berkembang di wilayah Jawa Barat, Lampung, dan Jawa Timur sisi timur.
Konferensi IPSI II
Di tanggal 21-23 Desember 1950 di Yogyakarta diselenggarakan Konferensi IPSI II yang memilih untuk kukuhkan organisasi dan membuat Pengurus Besar IPSI di mana Mr. K.R.M.T. Wongsonegoro diangkat sebagai Ketua Umum, Sri Paduka Paku Alam VIII sebagai Wakil Ketua Umum, dan Rachmad sebagai Sekretaris Umum. Gapensi dan PerPI turut tergabung dengan IPSI. Beberapa tokoh Gapensi dan PerPI menempati kedudukan penting dalam keorganisasian IPSI.
Di tahun 1952 dibuat Instansi Pencak Silat di bawah Kementerian Pengajaran dan Kebudayaan. Di tahun 1953 kegiatan pencak silat dipindah dari Jabatan Pengajaran Warga ke Jabatan Kebudayaan. Di tahun itu diselenggarakan Konferensi IPSI III di Bandung. Demo pencak silat yang memiliki sifat internasional dalam visi kebudayaan Indonesia dilaksanakan di tahun 1955 di Praha, Leningrad, Budapest, dan Kairo.
Mekanisme pencak silat nasional yang sudah distandarisasi oleh IPSI rupanya tidak bisa penuhi keinginan warga, hingga perubahan pencak silat dari fasilitas beladiri jadi semacam senam jasmani memerlukan waktu yang lumayan lama. Team pakar tehnik IPSI yang terbagi dalam pakar-pakar dari beragam saluran dan perguruan pencak silat pelajari beberapa ratus aturan dan gerak selanjutnya coba menggabungkannya tanpa hilangkan beragam warna yang unik. Mereka sesuaikan mekanisme pelajaran tradisionil pencak silat yang berpatok ke jurus (seri atau kelompok pergerakan) dengan konsep olahraga kekinian.
Rumusan Peraturan Pertandingan IPSI
Di tahun 1960, PB IPSI membuat Laboratorium Pencak Silat yang mempunyai tujuan untuk membuat ketentuan laga pencak silat yang baku dan penuhi persyaratan satu laga olahraga yang bisa ditandingkan pada tingkat nasional. Anggota laborat itu terbagi dalam R. Arnowo Adji H.K.P. dari Perisai Diri, Janoearno dan Imam Soejitno dari Setia Hati Terate, Mohamad Hadimoeljo ditolong dr. Rachmadi Djoko Soewignjo dan dr. Mohamad Djoko Waspodo dari Nusantara.
Selainnya alami kesusahan tehnis dalam meningkatkan sistem dan klasifikasi olahraga yang bisa diterima oleh seluruh pihak, IPSI mendapatkan kekebalan dari kelompok pendekar tradisionil yang malas terima pemikiran-pemikiran baru karena tidak inginkan reduksi pencak silat cuma ke satu memiliki bentuk, yakni olahraga. Mereka cemas jika faktor integral lainnya, terutamanya faktor seni dan faktor religius, akan diacuhkan dan tidak bisa dirasa kembali sebagai beberapa unsur yang sama-sama berkaitan pada sebuah totalitas sosiokosmik.
Kesusahan tiba di luar dunia pencak silat, karena kompetisi yang ketat dari beladiri import. Di antara tahun 1960 s.d. 1966, di saat terjadi penurunan ekonomi dan politik negara yang ikut berpengaruh pada IPSI, beladiri karate dari Jepang dengan cara resmi masuk Indonesia dan dengan tangkasnya masuk kelompok siswa dan militer. Sebelumnya, karate dan judo diterapkan sebagai olahraga dan ditandingkan di muka umum. Akseptasi yang positif pada beladiri asing, memaksakan kelompok pencak silat untuk berpikiran dan melakukan perbuatan lebih bagus dalam usaha meningkatkan pencak silat olahraga. Kedatangan karate di Indonesia sebagai pecut yang betul-betul efisien untuk menggugah kelompok pencak silat dari tidurnya.
Konseptual IPSI dari Kebudayaan menjadi Pengajaran Jasmani
Penggeseran konseptual pada akhirnya terjadi, walau beberapa pendekar pencak silat berkeberatan jika arti pencak silat sebagai elemen kebudayaan dalam makna luas dipersempit supaya faktor olahraga bisa diprioritaskan. Di bulan Januari 1961 IPSI dipindah dari Jabatan Kebudayaan ke Jabatan Pengajaran Jasmani. Selanjutnya di tanggal 31 Desember 1967 IPSI ikut aktif dalam membangun KONI. Jabatan Pengajaran Jasmani mengadakan Seminar Pencak Silat Semua Indonesia yang mengulas permasalahan pengaturan langkah laga pencak silat nasional. Selanjutnya dilaksanakan eksperimen laga bebas full bodi kontak di Solo dan Madiun. Di tahun yang serupa berjalan PON V di Bandung yang menandingkan pencak silat.
Di tahun 1970-an ada rangka konseptual di mana induk-induk olahraga beladiri dipandang seperti alat pertahanan nasional. Sebagai mengakibatkan cabang-cabang pengetahuan beladiri mulai ditaruh di bawah pimpinan beberapa tokoh militer.
Pada Konferensi IPSI IV tahun 1973 di Jakarta, Ketua Umum PB IPSI Mr. K.R.M.T. Wongsonegoro yang umurnya sangat tua ditukar oleh Letjen TNI Tjokropranolo, yang di masa datang beliau memegang sebagai Gubernur DKI Jakarta. Letjen TNI Tjokropranolo atau yang dekat dengan panggilan Bang Nolly ini dahulunya ialah ajudan individu Panglima Besar Jenderal Soedirman pada periode revolusi nasional Indonesia menantang wargaan penjajah Belanda. Di tanggal 20-24 Nopember 1973 diselenggarakan Seminar Pencak Silat III di Bogor, nama Ikatan Pentjak Semua Indonesia diganti jadi Ikatan Pencak Silat Indonesia.
Beliau dengan ditolong oleh beberapa perguruan pencak silat lakukan pendekatan ke pimpinan PPSI yang pada akhirnya dalam keputusan Konferensi IPSI IV ini PPSI tergabung ke IPSI. Kebenaran ke-3 pimpinan PPSI satu korps dengan beliau di Corps Polisi Militer. Perguruan-perguruan itu dipandang sudah sukses mempersatukan kembali semua barisan pencak silat ke organisasi IPSI.
Pada periode kepimpinan Mayjen TNI Eddie Mardjoeki Nalapraya, perguruan-perguruan yang turut aktif dalam perjuangkan kesatuan IPSI itu dikasih istilah Perguruan Bersejarah Pencak Silat dan jadi Anggota Khusus IPSI. Mereka dilihat memengaruhi riwayat dan perubahan IPSI dan pencak silat secara umum di antara tahun 1948 dan 1973 dengan memberi kontributor ke kesatuan pertimbangan dalam pembangunan organisasi nasional tunggal pencak silat Indonesia yang dinamakan IPSI, kesatuan kemauan untuk menjaga IPSI sebagai salah satu organisasi nasional pencak silat di Indonesia, kesatuan support untuk jadikan IPSI sebagai anggota KONI, dan kesatuan support untuk masukkan pencak silat dalam PON sebagai cabang olahraga yang ditandingkan.
- Persaudaraan Setia Hati Terate | PSHT;
- Persatuan Pencak Silat Putra Betawi;
- Persaudaraan Setia Hati | PSH;
- Perguruan Pencak Indonesia Harimurti;
- Perguruan Pencak Silat Phashadja Mataram;
- Perguruan Seni Bela Diri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah;
- Persatuan Pencak Silat Indonesia;
- Keluarga Pencak Silat Nusantara;
- Perguruan Silat Nasional Perisai Putih;
- Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri | PD.
Keputusan Konferensi IPSI IV ini menetapkan ketentuan laga pencak silat untuk dipakai dalam PON VIII tahun 1973 di Jakarta. Pada PON itu cabang pencak silat dituruti oleh 15 wilayah dengan 106 olahragawan putra dan 22 olahragawan putri. Di tanggal 27 April s/d 1 Mei 1975 diadakan Kejuaraan Nasional Pencak Silat I di Semarang yang dituruti oleh 18 propinsi.
Dengan usaha keras PB IPSI di bawah kepimpinan Mayjen TNI Eddie Mardjoeki Nalapraya dan support pemerintahan dan Presiden Soeharto sebagai Pembimbing Khusus waktu itu, IPSI secara cepat menebar luas dalam negeri atau ke luar negeri. Kedatangan IPSI menjadi sisi dari pemda.
IPSI Liga Internasional
Di tanggal 7-11 Maret 1980 di Jakarta sudah berjalan tatap muka antara negara, yakni Indonesia, Malaysia, dan Singapura, dan peninjau dari Brunei Darussalam, untuk pembangunan liga internasional pencak silat. Permufakatan dilaksanakan di Anjungan Jawa Barat, Taman Mini Indonesia Cantik, Jakarta. Hasil permufakatan ini ialah pengesahan berdirinya Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa). Sebagai Ketua Presidium Persilat dipilih Mayjen TNI Eddie Mardjoeki Nalapraya yang waktu itu memegang sebagai Ketua Umum PB IPSI. Dan untuk menolong beliau, sebagai Sekretaris Jenderal dipilih Oyong Karmayudha, S.H. Pada Munas IPSI tahun 2003, Ketua Umum PB IPSI yang dijabat oleh Mayjen TNI Eddie Mardjoeki Nalapraya diganti oleh Letjen TNI Prabowo Subianto. Baru di tahun 2018, pencak silat sukses jadi cabang olahraga sah yang ditandingkan di Asian Game.
Anggota IPSI ialah Perguruan Pencak Silat
Keanggotaan IPSI terbagi dalam :
- Keanggotaan IPSI Pusat;
- Keanggotaan IPSI Propinsi;
- Keanggotaan IPSI Kabupaten/Kota;
- Keanggotaan IPSI Kecamatan.
Menjadi anggota IPSI Kecamatan, perguruan pencak silat yang berkaitan harus memiliki anggota aktif sekurangnya 25 orang dan mempunyai domisili dan/atau sekretariat yang terang.
Menjadi anggota IPSI Kabupaten/Kota, perguruan pencak silat yang berkaitan harus memiliki jumlah pengurus tingkat kecamatan yang semuanya sudah jadi anggota IPSI Kecamatan, sekurangnya seperempat dari jumlahnya IPSI Kecamatan yang ada di daerah kerja IPSI Kabupaten/Kota berkaitan. Ketetapan ini tidak berlaku untuk Kabupaten/Kota yang belum memiliki IPSI Kecamatan dan cuma ada satu perguruan pencak silat di daerahnya, perguruan pencak silat berkaitan bisa langsung mendaftarkan jadi anggora IPSI Kabupaten/Kota yang berkaitan.
Menjadi anggota IPSI Propinsi, perguruan pencak silat yang berkaitan harus memiliki jumlah pengurus tingkat cabang yang semuanya sudah jadi anggota IPSI Kabupaten/Kota sekurangnya 1/2 dari jumlahnya IPSI Kabupaten/Kota yang ada di daerah kerja IPSI Propinsi berkaitan.
Menjadi anggota biasa IPSI Pusat, perguruan pencak silat yang berkaitan harus memiliki jumlah daerah dan/atau cabang yang semuanya sudah jadi anggota IPSI Propinsi sekurangnya 1/2 ditambahkan satu IPSI Propinsi.
Untuk Memperoleh Keanggotan IPSI
Untuk memperoleh keanggotaan IPSI, perguruan pencak silat harus ajukan surat permintaan dengan isi formulir yang bisa didapat dari pengurus IPSI di tempat dan memberikan kembali bersama dengan tambahan-lampiran lain, yakni :
- Bujet Dasar dan Bujet Rumah Tangga perguruan yang sejiwa dan sesuai dengan Bujet Dasar dan Bujet Rumah Tangga IPSI;
- Keterangan mengenai sumber saluran dan riwayat berdirinya perguruan pencak silat berkaitan;
- Struktur pengurus dan jumlah anggota;
- Surat pengakuan kesiapan junjung tinggi nama dan kehormatan IPSI dan memberikan dukungan dan berperan serta aktif dalam penerapan peraturan dan program IPSI.
Formulir Pengurusan IPSI
Formulir yang sudah diisi dan tambahan-lampirannya diberikan ke pengurus IPSI yang berkaitan, yakni :
- Untuk keanggotaan IPSI Kecamatan ke Pengcam IPSI;
- Untuk keanggotaan IPSI Kabupaten/Kota ke Pengkab/Pengkot IPSI;
- Untuk keanggotaan IPSI Propinsi ke Pengprov IPSI;
- Untuk keanggotaan IPSI Pusat ke PB IPSI.
Pengurus IPSI yang berkaitan lakukan penilaian pada kebenaran persyaratan dan pengisian formulir keanggotaan IPSI dan tambahan-lampiran yang sudah ditetapkan.
Jika semua persyaratan dan formulir keanggotaan IPSI dan tambahannya dipandang betul, karena itu perguruan pencak silat yang berkaitan dikasih sertifikat atau surat info keanggotaan IPSI. Duplikat sertifikat itu dikirimkan ke pengurus IPSI satu tingkat di atasnya dan ke PB IPSI.
AD/ART IPSI
Berdasar AD/ART IPSI IPSI hasil Munas XIV tahun 2016, ada 16 perguruan pencak silat yang tercatat sebagai anggota IPSI Pusat, yang terbagi dalam 10 anggota khusus dan 6 anggota biasa seperti berikut :
- Persaudaraan Setia Hati Terate | PSHT;
- Persaudaraan Setia Hati | PSH;
- Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri | PD;
- Perguruan Silat Nasional Perisai Putih;
- Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah;
- Perguruan Pencak Silat Phashadja Mataram;
- Perguruan Pencak Indonesia Harimurti;
- Persatuan Pencak Silat Indonesia;
- Persatuan Pencak Silat Putra Betawi;
- Perguruan Silat Keluarga Pencak Silat Nusantara (KPS Nusantara);
- Perguruan Pencak Silat Bela Diri Tangan Kosong Merpati Putih;
- Perguruan Pencak Silat Satria Muda Indonesia;
- Perguruan Silat Nasional ASAD (Persinas ASAD);
- Pencak Silat Tenaga Dasar Indonesia;
- Instansi Peningkatan Pengetahuan Therapy Tenaga Dalam Kalimasada;
- Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa;
- Ikatan Keluarga Silat Putra Putri Indonesia (Ikspi Kera Sakti).
Posisi sebagai anggota biasa pada tingkat IPSI Pusat dan anggota pada tingkat IPSI Propinsi bisa dilaksanakan penilaian mengenai tercukupinya persyaratan menjadi anggota.
Ringkasan IPSI
1922 Perhimpunan Pencak Silat Indonesia
Usaha untuk mempersatukan pencak silat sebenarnya telah diawali pada periode penjajahan Belanda. Di tahun 1922 di Segalaherang, Subang, Jawa Barat, dibangun Perhimpunan Pencak Silat Indonesia untuk menyatukan saluran pencak Jawa Barat yang menyebar di semua kepulauan nusantara. Pada periode wargaan Jepang, Presiden Soekarno pernah jadi perlindungannya. Usaha sama diselenggarakan di Yogyakarta.
1943 Kombinasi Pencak Mataram
Beberapa pendekar pencak silat, yakni R.Brotosoetarjo dari Budaya Indonesia Mataram, Mohamad Djoemali dari Taman Pelajar, R.M.Harimurti dari Krisnamurti, Abdullah dari Pencak Kesehatan, R.Soekirman dari Rukun Kasarasaning Tubuh, Alip Purwowarso dari Setia Hati Organisasi, Suwarno dari Setia Hati Terate, R.Mangkupujono dari Persatuan Hati dan R.M.Sunardi Suryodiprojo dari Reti Ati, membangun organisasi yang namanya Kombinasi Pencak Mataram (GAPEMA) untuk bersama menggalang pencak silat yang tumbuh di Kesultanan Yogyakarta.
GAPEMA sebuah gagalyon yang semua anggotanya ialah pesilat dan ikut berusaha dalam perang kemerdekaan Republik Indonesia.
1947 Kombinasi Pentjak Semua Indonesia
Di Yogyakarta berdiri satu organisasi namanya Kombinasi Pentjak Semua Indonesia(Gapensi) yang mempunyai tujuan mempersatukan saluran pencak silat di semua Indonesia. Gapensi dibangun oleh Mohamad Djoemali dari Taman Pelajar bersama beberapa figur pencak silat, yakni R.M.Soebandiman Dirdjoatmodjo dari Perisai Diri, Ki Widji Hartani dari Prisai Sakti Mataram, R.Brotosoetarjo dari Budaya Indonesia Mataram dan Widjaja. Walau organisasi di Jawa Barat dan Yogyakarta ini memiliki cita-cita nasional, keanggotaannya masih bertaraf lokal.
1948 Ikatan Pentjak Seloeroeh Indonesia
Di tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, beberapa figur pencak silat lewat Panitia Penyiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPPPSI), mengumumkan berdirinya Ikatan Pentjak Seloeroeh Indonesia (IPSI) yang bernaung di bawah Kementerian Pembangunan dan Pemuda dan menunjuk Mr. Wongsonegoro sebagai Ketua Umum.
Konggres I IPSI diadakan sesaat sesudah maklumat, kukuhkan Mr.Wongsonegoro sebagai Ketua Umum PB IPSI, yang bekedudukan di ibu-kota RI waktu itu, Yogyakarta.
1973 Cabang Olahraga sah PON
Pencak Silat ditandingkan pertama kalinya pada PON VIII th 1973 di Jakarta, di tanggal 4-15 Augustus 1973 di Jakarta. Jumlah wilayah yang turut berlaga 15 dalam jumlah 128 pesilat terbagi dalam 106 putra dan 22 putri. Kesuksesan ini akan diulang kembali setelah 2 tahun, dengan diselenggarakan kejuaraan nasional pencak silat olah raga untuk pertama kalinya di Semarang, di tanggal 27 April 1975. System laga yang memakai perlindungan dada ini, di beberapa tahun selanjutnya akan ditingkatkan sampai di tahun 1980 akan dianggap di dunia internasional dan masih tetap dipakai sampai saat ini.
Prabowo Subianto dan Tarmadji Boedi Harsono