KeSHan PSHT

Posted on

KeSHan PSHT

KeSHan PSHT adalah materi panduan untuk mempelajari Ilmu Setia Hati Terate yang khusus diperuntukkan bagi anggota Warga Persaudaraan Setia Hati Terate, terutama untuk Warga Tingkat 1. Terdapat banyak materi KeSHan PSHT yang beredar, namun sebagian besar di antaranya merupakan hasil daur ulang dari sumber yang tidak berhubungan dengan Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate. Oleh karena itu, perlu diketahui bahwa materi KeSHan PSHT ini hanya ditujukan sebagai panduan bagi Warga Tingkat 1. Tidak tersedia panduan yang sama untuk Warga Tingkat 2 dan Tingkat 3, meskipun hanya terkait definisi dan pengantar.

Padepokan Agung Persaudaraan Setia Hati Terate

Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Serta shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita kepada jalan kebenaran dan keberkahan.
Dalam rangka memperkenalkan kepada masyarakat luas, kami dengan bangga mempersembahkan Padepokan Agung Persaudaraan Setia Hati Terate, yang beralamat di 9G28+W3 Nambangan Kidul, Madiun City, East Java. Padepokan ini merupakan tempat latihan bagi anggota Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), sebuah organisasi pencak silat yang telah tersebar di seluruh Indonesia dan diakui secara internasional.
Di Padepokan Agung PSHT, para anggota akan diajarkan berbagai ilmu dan keterampilan dalam bidang pencak silat. Selain itu, padepokan juga menyediakan berbagai fasilitas untuk memudahkan proses belajar, seperti aula, lapangan, serta perpustakaan.
Dengan adanya Padepokan Agung PSHT di Madiun ini, diharapkan masyarakat luas dapat lebih mengenal PSHT dan manfaat yang bisa didapatkan melalui keikutsertaan di dalamnya. Terlebih lagi, Padepokan ini juga merupakan sarana untuk memperkuat persatuan dan kesatuan antar anggota PSHT serta masyarakat luas.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai Padepokan Agung PSHT, kami sertakan beberapa foto dari Google Maps.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
<a href="https://www.pshterate.com/"><img src="Ke SH an PSHT Gambar Aula Gazebo di Padepokan Agung Persaudaraan Setia Hati Terate Pusat Madiun.jpg" alt="Ke SH an PSHT"></a>

Falsafah

Pengertian Umum:
Falsafah PSHT atau Persaudaraan Setia Hati Terate adalah pandangan hidup dan nilai-nilai kepercayaan yang menjadi dasar organisasi pencak silat PSHT. Falsafah ini memiliki dua poin penting yaitu kepercayaan diri, kesetiaan, kebersamaan, dan ketaatan terhadap hati nurani; serta visi jangka panjang untuk memperkuat persatuan dan kesatuan di antara anggota serta membawa manfaat positif bagi masyarakat dan bangsa secara umum.
Isi Falsafah PSHT:
Manusia Dapat Dihancurkan, Manusia Dapat Dimatikan; Akan Tetapi Manusia Tidak Dapat Dikalahkan, Selama Manusia Itu Masih Setia Pada Hatinya Sendiri atau ber-SH pada dirinya.
Selama Matahari Terbit dari Timur, Selama Bumi masih dihuni Manusia, dan Selama itu pula Persaudaraan Setia Hati Terate akan Kekal Abadi Jaya Selama-lamanya.
Artinya:
Falsafah Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) adalah suatu pandangan hidup dan nilai-nilai kepercayaan yang menjadi dasar organisasi pencak silat PSHT. Falsafah ini mengajarkan tentang kepercayaan diri, kesetiaan, kebersamaan, dan ketaatan terhadap hati nurani. Dalam falsafah PSHT, manusia tidak dapat dikalahkan selama ia masih setia pada hatinya atau ber-SH pada dirinya sendiri. Ini mengajarkan bahwa kekuatan terbesar manusia berasal dari dalam dirinya sendiri.
Selain itu, falsafah PSHT juga menyatakan bahwa selama matahari terbit dari timur dan selama bumi masih dihuni manusia, persaudaraan Setia Hati Terate akan tetap abadi dan jaya selamanya. Hal ini menunjukkan bahwa organisasi PSHT memiliki visi jangka panjang untuk memperkuat persatuan dan kesatuan di antara anggota, serta membawa manfaat positif bagi masyarakat dan bangsa secara umum.

Kata Pengantar

Salam Persaudaraan – PSHT JAYA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya kita dapat menyelesaikan materi keSHan PSHT ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan materi ini, terutama kepada guru dan pelatih Setia Hati Terate yang telah memberikan ilmu dan pengalaman berharga kepada kami.
Materi keSHan PSHT ini berisi sejarah dan perkembangan Pencak Silat Indonesia khususnya Setia Hati (SH) serta Sejarah Singkat Setia Hati Terate (SHT). Di samping itu, terdapat pula penjelasan mengenai falsafah, pedoman, dan syarat-syarat dalam mengembangkan ilmu SH Terate.
Selain itu, materi ini juga membahas mengenai retorika, pemimpin organisasi, serta hal-hal penting yang harus diketahui oleh pelatih dan warga Setia Hati Terate. Di dalamnya terdapat juga informasi mengenai arti lambang, pedoman, dan pepacuh larangan dalam Setia Hati Terate.
Kami berharap dengan adanya materi ini, dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih dalam mengenai Setia Hati Terate, serta dapat menjadi panduan dan motivasi bagi para pelatih dan warga Setia Hati Terate dalam mengembangkan ilmu dan meningkatkan kualitas diri.
Akhirnya, kami berharap agar materi ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai Setia Hati Terate, dan kami mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang ada dalam penyusunan materi ini.
Persaudaraan Setia Hati Terate “PSHT” – JAYA

Abstrak

Materi keSHan PSHT ini membahas sejarah Pencak Silat dan asal-usul berdirinya Pencak Silat. Fokus utama dari materi ini adalah pada sejarah Setia Hati (SH), yang merupakan organisasi Pencak Silat di Indonesia. Di dalam sejarah SH, terdapat banyak hal yang dijelaskan, seperti pakaian hitam-hitam dan kebatinan, pencak silat dan Setia Hati Tunggal Kecer (STK), perkawinan kedua, aktivitas di Surabaya, Pasar Malam Madiun, dan pensiun pada tahun 1933. Selain itu, terdapat juga daftar nama jurus Setia Hati (SH) yang dijelaskan secara rinci.
Selain sejarah SH, materi ini juga membahas sejarah Singkat Setia Hati Terate (SHT) dan dasar serta azaz PSHT. Arti lambang persaudaraan Setia Hati Terate juga dijelaskan, serta sifat-sifat warga Setia Hati dan arti kesetiaan dalam Setia Hati. Di dalam materi ini terdapat juga mutiara-mutiara SH atau falsafah-falsafah SH, wasiat SH Terate, dan pedoman Setia Hati Terate.
Retorika dan kepemimpinan juga menjadi fokus utama dari materi ini. Struktur pidato, fungsi kepemimpinan, serta ciri-ciri pemimpin yang baik dijelaskan secara rinci. Ada juga pembahasan tentang arti pembukaan dan pengertian gerakan tubuh, pola langkah, serta arti Mori pengesahan dalam PSHT.
Piagam, tujuan, arti lambang, falsafah, pedoman, serta pepacuh larangan Setia Hati Terate juga dijelaskan di dalam materi ini. Selain itu, terdapat juga pembahasan tentang hal-hal yang harus diketahui, riwayat Setia Hati Terate, hal penting untuk pelatih, Sospel, rahasia pukulan, ilmu kebatinan, syarat pendekar tingkat 1, manfaat dari latihan, perkataan, serta tata cara/syarat menggembangkan ilmu SH Terate.
Materi ini diakhiri dengan pembahasan tentang Ketua Umum PSHT – Setia Hati Terate.

Daftar Isi

Pendahuluan

Materi keSHan PSHT adalah panduan dasar khusus untuk anggota Warga Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dalam mengembangkan ilmu pencak silat dan mengikuti ajaran organisasi. PSHT merupakan organisasi pencak silat yang memiliki banyak pengikut di Indonesia dan memiliki sejarah yang panjang serta kaya akan nilai-nilai kebersamaan, kepercayaan, dan kesetiaan.
Materi ini mencakup berbagai topik yang berkaitan dengan ajaran PSHT, sejarah pencak silat, dan falsafah organisasi. Mulai dari sejarah berdirinya PSHT, asal-usul pencak silat, gerakan pencak silat Indonesia, sejarah Setia Hati, dan sejarah singkat Setia Hati Terate. Selain itu, materi ini juga membahas tentang falsafah, tujuan, pedoman, pepacuh larangan, sospel, rahasia pukulan, ilmu kebatinan, syarat pendekar tingkat 1, dan manfaat dari latihan PSHT.
Materi keSHan PSHT juga membahas tentang retorika dan kepemimpinan, dengan membahas struktur pidato, fungsi kepemimpinan, ciri-ciri pemimpin yang baik, dan norma-norma kepemimpinan. Di dalam materi ini, juga dibahas tentang pengertian gerakan tubuh, arti pola langkah, dan pengesahan dalam PSHT.
Dengan adanya materi ini, diharapkan para anggota PSHT dapat memperdalam ilmu pencak silat dan memahami ajaran organisasi secara lebih baik. Selain itu, materi ini juga dapat menjadi sarana untuk memperkuat persaudaraan antar anggota PSHT dan memperkenalkan ajaran PSHT dan pencak silat kepada masyarakat.

I. Sejarah Pencak Silat

Pencak Silat adalah seni bela diri asli Indonesia yang berabad-abad umurnya dan diwariskan secara turun- temurun dari generasi satu kegenerasi berikutnya.
Pada jaman dulu ketika manusia masih hidup berdampingan dengan binatang jalan kita membedaken antara manusia dan hewan yang sama-sama mencari makan pada waktu itu maka terdapat perbedaan dan nyatatanya pada manusia terkendala tubuhnya yang sangat lemah bila dibandinghan dengan apa yang dipunyai oleh binatang. Misalnya singa, harimau, serigala, dan sebagainya.
Mereka yakni Binatang mempanyai taring yang tajam, tenaga yang besar dan kuku-kuku yang kuat sekali Kerbau, sapi dan banteng mempuryai tanduk yang besar dan kokoh, kuda dan rusa. Mempunyai kuku yang keras laksana besi, sedangkan beruang mempunyai tenaga yang besar dan luar biasa, sebaliknya manusia kukunya tumpul-tumpul gampang robek. giginya tidak tajam, tenaganya tidak besar dan kulitnya tipis, namun manusia mempunyai keistimewaan lain yaitu mahkluk yang dapat beripikir. Selebihnya tanpa otak yang baik maka manusia akan musnah dimakan binatang, tetapi dengan adanya otak manusia menjadikan keadaan berubah sebaliknya, sehingga dengan itu binatang menjadi terancam dan sebagian musnah dimakan oleh manusia.
Di jaman purba tatkala otak manusia belum berkembang dangan baik dun hidup didalam goa-goa dan dipohon dan sebagainya. Apabila bertemu dengan binatang buas maka manusia hanya dapat menggunakan tenaganya yang ada padanya untuk  melawan hewan tersebut. Karena tenaganya kalah jauh lebih besar dengan hewan maka manusia sering kalah dangan hewan tersebut, dan apabila manusia menang kondisi badanya pun tentu dalam keadaan menderita berat. Sehingga manusia membutuhkan banyak waktu untuk menyembuhkan luka-lukanya supaya pulih seperti sedia kala, dan terkait kembalinya tenaga yang telah hilang itu karena digunakan terlalu melampaui batas pada saat bertarung dengan hewan.
Manusia insaf akan kedudukan yang buruk, sehingga mereka menggunakan otak yang berisi akal untuk berfikir dan mencari cara untuk memperkecil bahaya saat keluar mencari makanan pada waktu luang. Karena manusia kalah kuat dalam bertarung dengan binatang, mereka pertama-tama menggunakan batu untuk dilemparkan ke arah lawan sebagai perkelahian jarak jauh.
Kemudian manusia mencontoh gerakan-gerakan binatang saat bertarung, seperti menyerang dan menangkis. Dari gerakan-gerakan ini, karya jurus harimau tercipta di dalam Organisasi SH Terate, seperti pada jurus 1, 2, dan 13. Selain itu, manusia mempelajari cara bertarung seperti burung merak menyerang musuhnya, lalu terciptalah permainan merak di dalam Organisasi SH Terate, seperti pada jurus 11.
Manusia juga melihat bagaimana katak melompat dari sergapan lawan, sehingga terciptalah jurus 20. Kera yang lelah bertempur mengelak dan melompat dengan cekatan, sehingga manusia meniru gerakan kera tersebut dan terciptalah jurus dasar 1-4 di dalam Organisasi SH Terate.
Sejak saat itu, manusia tidak mudah dikalahkan karena sudah dapat meloncat, menendang, memukul, dan sebagainya. Untuk mempercepat proses mengalahkan lawan-lawannya, manusia menciptakan senjata untuk melengkapi bela diri yang telah dimilikinya, mulai dari alat sederhana seperti kayu untuk pentungan, batu lancip untuk mata tombak, pisau, dan sebagainya.
Setelah peradaban lebih maju beladiri tersebut berkembang lebih sempurna dan senjata yang digunakan tambah berkembang dan lebih maju seperti toya, glati, trisula rampik dan sebagainya. Dan beladiri tersebut dinamakan pencak Silat. Kemudian dari kumpulan orang-orang yang menjuarai beladiri tersebut maka membentuk perguruan-perguruan untuk diajarkan kepada siapa saja yang membutuhkan.
Pada jaman Indonesia terdiri dari kerajaan-kerajaan, para bangsawan den kesatria berguru percak Silat, disamping mempelajari ketatanegaraan dan,kesusantraan. Pada saat itu kerajaan-kerajaan Indonesia tidak pernah ditaklukkan oleh kerajaan-kerajaan lain, hal ini Menunjukkan bahwa tingkat bela-diri yang dimiliki bangsa Indonesia sudah pada tingkat tinggi, sehingga dapat dipakai untuk mempertahankan diri dari serangan musuh.

II. Asal Usul Berdirinya Pencak Silat

Menurut Profesor Dr. Purbo Caroko dalam bukunya, Pencak Silat dapat ditinjau dari perspektif kebangsaan Indonesia. Jumali, dalam karangannya, mengungkapkan bahwa kata “pencak” berarti memasang diri, sedangkan “silat” berasal dari kata “melat” yang berarti memisahkan diri seperti bambu yang terpisah dari batangnya. Arti dari kata-kata lain dalam bahasa Jawa, seperti “cak” yang berarti injak dan “macak” yang berarti menghias diri, juga dapat ditemukan dalam penggunaan istilah Pencak Silat. Di samping itu, istilah “pancak garis” juga digunakan untuk mengatur barisan dalam Pencak Silat.
Wongso Negoro juga menulis dalam bukunya bahwa Pencak Silat merupakan gerakan seni bela diri yang melibatkan tari dengan irama tertentu yang diatur sesuai dengan aturan sopan santun adat. Namun, menurut Wongso Negoro, esensi dari Pencak Silat sebenarnya adalah kemampuan untuk mempertahankan diri dalam situasi bahaya yang sangat serius, yang tidak mungkin ditampilkan di depan umum. Oleh karena itu, Silat adalah inti dari Pencak Silat sebagai seni bela diri yang sebenarnya.
Secara umum, istilah “Pencak Silat” diartikan sebagai bahasa Indonesia yang digunakan ketika Indonesia merdeka. Namun, sebenarnya istilah tersebut berasal dari bahasa spiritual dalam pemahaman budaya Jawa, di mana “Pencak” berasal dari “Panca” yang berarti lima, dan “Silat” berasal dari “Sila” yang berarti prinsip. Oleh karena itu, “Pencak Silat” secara harfiah dapat diartikan sebagai seni bela diri yang mengandung lima prinsip dasar.
Istilah “lima prinsip dasar” dalam “Pencak Silat” merujuk pada “4 Kiblat 5 Pancer” dalam budaya Jawa. Dalam praktik spiritual Ilmu Pencak Silat, terdapat beberapa jenis pertarungan. Setelah beradu fisik serta senjata, namun tak kunjung didapati yang tumbang, maka jalan terakhir saat pertarungan berlangsung sesama pendekar adalah mengeluarkan jurus kunci yaitu jurus berupa ilmu ajian yang dengan posisi diam sejenak namun memberikan dampak yang besar. Oleh karena itu, pengertian “Pencak Silat” yang berasal dari budaya Jawa memiliki makna yang lebih luas dan dalam, serta memiliki keterkaitan erat dengan spiritualitas dan kepercayaan.
Memang banyak opini yang berbeda-beda, namun sebuah observasi penelitian dalam hal kebudayaan memang harus dilakukan secara empiris dengan memperhatikan semua aspek pendidikan di dalam Pencak Silat, sehingga dapat menyelesaikan bukan hanya hal fisik saja, melainkan juga hal spiritual. Hal ini lah yang menyebabkan perbedaan opini tersebut. Karena semua penelitian umumnya dilakukan oleh seseorang tertentu dengan hanya melakukan peninjauan lokasi dan wawancara terhadap orang yang dianggap paham. Padahal, semua hal yang berbau spiritual itu ada pagarnya yaitu tidak semua dapat diketahui dan dimengerti serta tidak mudah diterima oleh akal. Oleh karena itu, dalam istilah Jawa ada falsafah yang menyebutkan, “sepiro gedhene sengsoro yen tinompo amung dadhi coba” yang artinya “seberapa besarnya kesengsaraan, jika diterima dengan ikhlas atau legowo lan nglengono hanyalah sebuah ujian”, yang berarti seseorang harus benar-benar mengamalkan dengan mengikuti ujian dari asal falsafah tersebut yang diutarakan dan dijelaskan mengapa hingga saat ini terus menerus dijadikan parameter sebagai pengadem-adem terhadap orang yang sedang menjalani suatu kehidupan. Namun demikian, ujian sebenarnya itu tidak dapat diukur secara merata terhadap individu semua orang, karena yang Maha Kuasa memberikan ujian terhadap insan itu berbeda-beda.

III. Gerakan Pencak Silat Indonesia

Pencak Silat berkembang terpadu dalam kehidupan dan budaya rakyat dan merUpakan bagian adat istiadat tradisional suku bangsa Indonesia. Di berberapa daerah pencak Silat masih. memegang peranan penting dalam kagiatan upacara-upacara adat dan dijaga kelestariannya melalui sesepuh-sesepuh mayarakat setempat. Walaupun lerdapat berbagai aliran pencak Silat di indonesia namun pada dasarnya memiliki ciri-ciri umum yang sama yaitu:
  1. Bersifat lentur,halus dan lemas tapi tetap menggunakan tenaga pada saat- saat tertentu.
  2. Tidak membutuhkan banyak ruang.
  3. Lebih mengutamakan mengelak, memindahkan serangan lawan dan mengunci dari pada membenturkan tenaga.
  4. Banyak menggunakan tenaga lawan dengan memanfaatkan keseimbangan badan serta saat-saat dimana lawan sedang dalam posisi tidak seimbang, sehingga dapat menghemat tenaga sikap tangan selalu dekat dengan badab, kecuali saat melakukan penyerangan.
  5. Gerakan kaki, angkatan dari tendangan tidak terlalu tinggi dan tidak-banyak permainan tengah dan bawah.
  6. Pernafasan wajar dan tidak banyak menggunakan suara (dalam melakukan serangan/tangkisan tidak berteriak).
  7. Banyak tarian ringan dalam langkah dan ringan.
  8. Sikap selalu tenang dan santai tetapi tetap waspada.
  9. Mempergunakan kecepatan,ketepatan dan kelincahan.
Meskipun ada ciri-ciri umum yang disebutkan diatas setiap daerah mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh pengaruh budaya,keadaan wilayah,kepribadian dan pendidikan setempat.
Daerah pesisir mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan deerah pegunungan. Dan di daerah perkotaan banyak aliran pencak Silat yang telah imengambil unsur-unsur gerakan dasar bela diri luar negeri sehingga ciri-ciri umum yang ada pada pencak Silat asli tidak banyak terlihat lagi, sehingga gerakannya menjadi kaku dan patah-patah dan mementingkan kekuatan.
Kekasih manusia itu di wujudnya adalah masalah, sebab manusia itu tidak lepas dari masalah dan bila manusia menghadapi mansalah haruslah dihadapi dengan jiwa yang besar, tenang dan diselesuikan dengan baik pula. Seorang SH dalaM menghadapi masalah haruslah tanggap, tangguh dan tanggon.

IV. Sejarah Setia Hati (SH)

SH didirikan oleh Eyang Ki Ngabehi Soero Diwirjo yang diawali dengan berdirinya Sedulur Tunggal Kecer (STK) pada tahun 1903 dikampung Tambak Gringsing. Ngabehi Soero Diwirjo pada masa kecilnya bernama Mas Dan dengan lahir pada hari Sabtu pahing tahun 1869. Beliau keturunan bupati Gresik. dari Ayahnya yang bernama Eyang Ki Ngabehi Soero Miharjo sebagai Mantri Cacar di Daerah Ngimbang Jombang dan mempunyai 5 (lima) putra diantaranya:
  1. Mas Dan (Eyang Ki Ngabehi Soero Diwirjo)
  2. Noto/Gunadi tinggal di Surabaya
  3. Suradi/Adi tinggal di Aceh
  4. Wongso Harjo tinggal di Madiun
  5. Karto Diwirjo tinggal di Jombang
Saudara laki-laki ayahnya bernama Ki Ngabehi Soero Amiprojo sebagai Wedono di Daerah Wonokromo Kota Surabaya, saudara sepupunya adalah Raden Mas Kusumo Dinoto sebagai bupati Kediri. Seluruh keluarga ini keturunan dari Bathoro Kathong di Ponorogo (Wengker), putra raja Brawijaya di Mojopahit. Setelah itu pada tahun 1884 beliau berumur 15 th dan magang menjadi juru tulis sebagai Kontrolir diJombang,sambil belajar dan mengajar mengaji beliau belajar pencak Silat yang merupakan dasar kegemaran beliau untuk memperdalam pencak Silat dimasa-masa mendatang.
Pada Tahun 1885, beliau yakni Ki Ngabehi Soero Diwirjo pindah ke Kota Bandung dan belajar Ilmu Pengetahuan berjenis Pencak Silat dengan Gaya Olahraga dari para jajaran tokoh yang sudah banyak mengenyam Ilmu Kanugaran Pencak Silat yang berstatus Pendekar diantaranya meliputi di Daerah Periangan, yang seteleh itu beliau menghimpun Jurus – jurus terebut diantaranya Jurus:
  1. Cimande
  2. Cikalong
  3. Cipete
  4. Cibedhuyut
  5. Cimalaya
  6. Ciampas
  7. Sumedangan
Pada tahun 1886 beliau pindah ke Daerah Betawi karena pindak pekerjaan di Kota Jakarta sebagai Kontrolir. Bukan Ki Ngabehi Soero Diwirjo jika tidak memanfaat Waktu sebaiknya sembari bekerja juga memperdalam Aliran Jenis Pencak Silat disana dan mendapatkan Jurus seperti:
  1. Betawen
  2. Kwitang
  3. Monyetan
  4. Permainan toya
Tahun 1887 beliau pindah pekerjaan di kantor Kontrolir Kota Padang, dan beliau berguru pada Datuk Raja Baduo di Ampengale Kecamatan Pauh Kota Padang. Untuk diketahui bahwa Datuk Raja Baduo merupakan guru beliau di daerah Sumatera Barat, setelah Datuk Raja Baduo meninggal diganti adiknya yaitu Datuk Baduo. Terkait waktu yang ditempuh untuk mengenyam pendidikan Pencak Silat di Daerahg Kota Padang selama 10 tahun KI Ngabehi Soero Diwirjo belajar dan mendapatkan Jurus diantaranya:
  1. Bungus
  2. Sport de kock
  3. Alang Lawas
  4. Klinto
  5. Alang Lipe
  6. Sterlak

A. Pakaian Hitam-hitam dan Kebatinan

Pendiri Pencak Silat Setia Hati Tunggal Kecer (STK) adalah seorang pria yang lulus dari Padang pada abad ke-19. Dia memberikan pakaian hitam-hitam komplit pada gurunya sebagai tanda kelulusan. Di Padang, ia bertemu dengan Nyoman Ida Gempol, seorang guru kebatinan asal Bali yang dideportasi ke Padang oleh penguasa Belanda yang saat itu sedang melakukan eksploitasi di seluruh Indonesia. Pendiri Setia Hati Tunggal Kecer (STK) belajar ilmu kebatinan dari Nyoman Ida Gempol yang juga mengajarkan ilmunya kepada KI Ngabehi Soero Diwirjo.

B. Pencak Silat dan Setia Hati Tunggal Kecer (STK)

Tahun 1897, pendiri Setia Hati Tunggal Kecer (STK) menikah dengan seorang gadis di Padang. Kemudian, pada tahun 1898, ia dan istrinya pindah ke Aceh bersama adiknya untuk belajar pencak Silat pada Tengku Achmad Ibrahim. Di Aceh, ia mempelajari jurus-jurus seperti:
  1. Langsa
  2. Simpangan
  3. Kucingan
  4. Ginjai
  5. Taruntung
Pada tahun 1903, pendiri Setia Hati Tunggal Kecer (STK) mendirikan aliran pencak silat dengan nama Joyo Gendilo C.M. di kampung Tambak Gringsing dengan hanya 8 orang siswa yang didahului oleh 2 orang saudara yaitu Noto/Gunadi (adik Ki Ngabehi Soero Diwirjo sendiri) dan Kenevel (orang belanda). Namun, pada tahun 1905, ia bercerai dengan istrinya yang berasal dari Padang.

C. Perkawinan Kedua dan Aktivitas di Surabaya

Tahun 1902, pendiri Setia Hati Tunggal Kecer (STK) pindah ke Jakarta sebagai masinis stumbals sebelum akhirnya pindah ke Bandung. Pada tahun 1905, ia menikah untuk kedua kalinya dengan ibu Sariati dan memiliki 5 orang anak/putra. Namun, sayangnya, semuanya meninggal dunia saat masih kecil.
Tahun 1902 hingga 1912, ia bekerja sebagai Polisi Dinnar di Surabaya dan mencapai pangkat sersan mayor. Ia terkenal dengan keberaniannya karena sering berkelahi dengan pelaut-pelaut asing. Pada tahun 1912, ia memutuskan untuk berhenti dari polisi.

D. Pencak Silat Setia Hati Tunggal Kecer (STK) dan Pasar Malam Madiun

Tahun 1917, pendiri Setia Hati Tunggal Kecer (STK) bekerja di DKA di Surabaya sebelum akhirnya dipindahkan ke DKA Madiun. Di Madiun, ia tinggal menetap di Winongo dan tetap aktif melatih Pencak Silat Setia Hati Tunggal Kecer (STK) dan Pasar Malam Madiun
Tahun 1917, pendiri Setia Hati Tunggal Kecer (STK) bekerja di DKA di Surabaya sebelum akhirnya dipindahkan ke DKA Madiun. Di Madiun, ia tinggal menetap di Winongo dan tetap aktif melatih pencak Silat. Pada tahun yang sama, di Madiun, terdapat sebuah pasar malam yang dihadiri oleh siswa-siswa dari Joyo Gendilo Cipto Mulyo yang melakukan demonstrasi di alun-alun. Banyak orang yang terkesan dan kagum dengan gerakan pencak Silat yang dipertunjukkan. Nama Setia Hati Tunggal Kecer (STK) pun semakin populer dan semakin banyak pula siswa yang bergabung dengan aliran ini.
Pada saat itu, saudara Osvia dan Mulo menyarankan untuk mengganti nama Joyo Gendilo menjadi Setia Hati. Pendiri Setia Hati Tunggal Kecer (STK) menyetujui saran tersebut karena lebih serasi dengan tujuan kekeluargaan, keluhuran budi, dan kemanusiaan. Dengan semangat yang lebih besar, Setia Hati terus berkembang hingga menjadi salah satu aliran pencak Silat terbesar di Indonesia.
Pada awalnya, Setia Hati Tunggal Kecer (STK) hanya memiliki delapan orang siswa, yang terdiri dari dua orang saudara yaitu Noto dan Gunadi (adik Ki Ngabehi Soero Diwirjo sendiri) serta Kenevel, seorang orang Belanda. Namun, seiring berjalannya waktu, Setia Hati semakin berkembang dan mencetak para pendekar pencak Silat yang handal.
Setia Hati Tunggal Kecer (STK) merupakan aliran pencak Silat yang dikenal dengan gerakan yang lincah, elegan, dan indah. Gerakan-gerakan tersebut menjadi ciri khas aliran ini dan membuat Setia Hati semakin dikenal oleh masyarakat. Dalam mengajarkan pencak Silat, Setia Hati Tunggal Kecer (STK) lebih mengedepankan nilai-nilai kekeluargaan, kesederhanaan, dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam perjalanannya, Setia Hati Tunggal Kecer (STK) juga telah banyak berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dan kompetisi pencak Silat baik tingkat nasional maupun internasional. Prestasi-prestasi yang berhasil diraih oleh Setia Hati Tunggal Kecer (STK) membuktikan bahwa aliran ini benar-benar terkenal di Indonesia dan diakui di dunia internasional.

E. Tahun 1933 Beliau Pensiun

Tahun 1944 beliau wafat di Desa Winongo Kota Madiun yang mana untuk Waktu Spesifik dari bukti yang Empiris ialah tepatnya pada waktu jam 14:00 WIB (siang menjelang sore) di hari Jumat pasaran Legi tanggal 10 bulan November tahun 1944 (10/11/1994)  di kala itu beliu tutup usia terakhir di usia 75 tahun yang sudah berkepala 7,5. Selain itu beliau yakni Ki Ngabehi Soero Diwirjo meninggalkan sebuah Wasiat supaya tempat tinggal dari sebuah Bangunan jenis Rumah meliputi Pekarangannya untuk di Wakafkan kepada Lembaga organisasi Pencak Silat SH (Setia Hati) dan selama mendian Ibu Ngabehi Soero Diiryo yang kala itu  masih hidup tetap berdomisili dengan menetap disana, selain itu beliau menikmati pensiunan beliau dari Almarhum Ki Ngabegi Soero Diwirjo. Almarhum Ki Ngabehi Soero Diwirjo dikebumikan atau dimakamkan berada di daerah Desa Winongo Kota Madiun dengan diberi sebuah tanda diatas Makam Pandoso dengan sebuat Batu Nisan jenis Batu Geranit dan di sekelilingnya ditanami sebuah tetumbuhan bunga seperti Bunga Melati dan Bunga Kamboja.

F. Daftar Nama Jurus Setia Hati (SH)

  1. Jurus 01 : Betawen
  2. Jurus 02 : Betawen II
  3. Jurus 03 : Cimande I
  4. Jurus 04 : Cimande II
  5. Jurus 05 : Cikalong
  6. Jurus 06 : Ciampas I
  7. Jurus 07 : Ciampas II
  8. Jurus 08 : Tanah baru 1
  9. Jurus 09 : Tanah baru 1.1
  10. Jurus 10 : Tionghoa Minangkabau
  11. Jurus 11 : Cimande III
  12. Jurus 12 : Cimande IV
  13. Jurus 13 : Cimande V
  14. Jurus 14 : Cibedhuyut / Toya
  15. Jurus 15 : Padang Panjang I
  16. Jurus 16 : Padang Panjang II
  17. Jurus 17 : Cipete
  18. Jurus 18 : Padang Siranti
  19. Jurus 19 : Sumedhangan I
  20. Jurus 20 : Sumedhangan II
  21. Jurus 21 : Kinlho
  22. Jurus 22 : Cimande VI
  23. Jurus 23 : Alang Lawas I.
  24. Jurus 24 : Alang Lawas II
  25. Jurus 25 : Minangkabau I Kucingan
  26. Jurus 26 : Solok Minangkabau
  27. Jurns 27 : Cipecut
  28. Jurus 28 : Cimande VII
  29. Jurus 29 : Sterlak
  30. Jurus 30 : Padang Ale I
  31. Jurus 31 : Padeng Ale II
  32. Jurus 32 : Fort De Kock/Silat dari Bukit Tinggi Padang
  33. Jurus 33 : Padang Ale III
  34. Jurus 34 : Padang Ale IV
  35. Jurus 35 : Kuda Batak
  36. Jurus 38 : Sphai Minangkabau III
Dari daftar Jurus 1 hingga 36 tersebut diatas telah diketahui bahwa hanya Jurus ke 29 yang tidak diajarkan, hal ini dengan pertimbingan bahwa Jurus 29 tersebut hanya diberikan Sandata Noto / Gundhi Adik Alhmarhum Ki Ngabehi Soero Diwirjo yang berdomisili di Kota Surabaya. Hal ini dikarenakan terkait Jurus ke 29 tersebut sangat berbahaya bagi pendekar yang mana jika sedang mempelajari dan selain itu juga membahayakan jikalau pendekar telah menguasi betul Jurus ke 29, pada dasarnya sebuah Ilmu Berbudi Luhur ini juga harus dilakoni dengan pengeceran atau disumpah lagi dan harus menyediakan mahar sebuah hewan jenis Kera Kukang (menurut mitos spiritual minyak kukang, serta tulang kukang biasa digunakan untuk menyalahi orang lain). Sehingga dari penjabaran terkait Jurus 29 tersebut dan Jurus lainnya juga tidak serta merta dipelajari tanpa Lelaku Spiritual seperti Berpuasa, Menyediakan Mahar setiap Jurus dan Selamat dari setiap Keterikatan Jurus yang berpasangan.
Oleh karena itu semua maka bagi Individu Pribadi Manusia yang berisinial Lelaki dan Wanita jika ingin mengamalkan sebuah Ilmu di jalur Budi Luhur harus sabar dan selalu nglengono serta legowo dari setiap keadaan yang dialami ketika berkesinambungan menjalani kehidupan di Dunia.
<a href="https://www.pshterate.com/"><img src="Ke SH an PSHT SH Sinandi.jpg" alt="Ke SH an PSHT"></a>

V. Sejarah Singkat Setia Hati Terate (SHT)

Gambaran PSHT dimulai dari Sejarah Setia Hati Terate yang didirikan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo di Desa Pilangbangu, Kota Madiun. Ki Hadjar Hardjo Oetomo, seorang tokoh yang terkenal sebagai pahlawan perintis kemerdekaan Republik Indonesia, telah secara empiris membuktikan sepak terjangnya dalam memajukan perjuangan bangsa. Melalui pendiriannya, PSHT menjadi bukti nyata dari semangat kebangsaan dan kesetiaan terhadap negara.
Dalam sejarahnya, PSHT didirikan pada tanggal 2 September 1922. Penetapan tanggal ini menjadi tonggak awal bagi perkembangan dan eksistensi PSHT sebagai sebuah organisasi yang kuat dan berpengaruh. Sejak berdirinya, PSHT terus berkembang dan menjadi wadah bagi individu-individu yang ingin mengembangkan diri dalam bidang kepribadian, kedisiplinan, serta bela diri. Dengan prinsip dan ajaran yang diterapkan, PSHT telah melahirkan banyak generasi yang memiliki jiwa ksatria, berintegritas, dan siap berkontribusi bagi masyarakat dan negara.
Dengan demikian, PSHT tidak hanya menjadi bagian penting dalam sejarah perjuangan bangsa, tetapi juga terus menjadi kekuatan yang menginspirasi dan membentuk karakter para anggotanya. Pendirian PSHT oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo telah meninggalkan jejak yang kuat dalam perjalanan bangsa Indonesia, dan perjuangan serta semangatnya terus diwarisi oleh generasi penerus dalam menjaga dan memperjuangkan nilai-nilai luhur kebangsaan.

A. Kisah perjalanan Ki Hadjar Hardjo Oetomo

Cerita tentang beliau berikut ini dimulai dari Tahun 1905 beliau lulus dari Pendidikan Sekolah Rakyat atau Kelas Dua di (HIS), setelah itu beilau magang sebagai Guru di Daerang Bateng Kota Madiun, namun pada saat magang terjadi suatu kejadian karena beliau tidak cocok dengan bakatnya lalu beliau memutuskan untuk pindah kerja di SS (PJKA) sebagai Leering Bempte di Daerah Bondowoso, Panarukan dan Tapen. Namun karena adanya Ketimpangan Sosial di PJKA beliau selanjutnya mengambil keputusan dengan memberikan sikap yang berselisih dengan pimpinan atasan PJKA sehingga mengakibatkan beliau harus meninggalkan pekerjaan dan setelah itu beliau menuju Kampung Halaman di Kota Madiun.
Selanjutnya pada Tahun 1906 beliau yakni Ki Hadjar Hardjo Oetomo menjadi seorang Mantri Pasar di Kota Madiun, dan selama kurun waktu 4 tahun setelah itu beliau ditempatkan di Oasar Mlilir Kota Madiun, yang mana saat di Pasar Mlilir belaiu mendapatkan sebuah promosi karena saat bertugas beliau dapat meminimalir keadaan dengan sebuah keadaan dan kejadian terhadap pemungutan pleser dari orang dari sebuah transaksi jual beli Kayu, yang mana hal tersebut karena saat awal mulanya seseorang tidak mau menaati peraturan yang harus membayar pleser, dan karena itulah pada akhirnya beliau naikan jabatannya menjadi Ajuned Opsioner yang berada di Pasar Dolopo Millir dan Pagotan (Pabrik Tebu) namun hanya bertahan beberapa bulan saja yang belum menjelang waktu 1 tahun beliau memutuskan untuk keluar dari sebuah kegiatan dengan pekerjaan tersebut.
Pada tahun 1916, beliau menikah dan bekerja di pabrik Gula Redjo Agung Madiun. Setahun kemudian, beliau mengikuti ujian Beombte rumah gadai dan lulus. Lalu, beliau keluar dari pabrik gula dan menunggu panggilan kerja di Rumah Gadai. Selama setahun menganggur, beliau bekerja sebagai pekerja harian di stasiun Kereta api Madiun. Pada tahun itu juga, beliau mendirikan perkumpulan “HARTA JAYA” yang bertujuan untuk memberantas rentenir. Selanjutnya, beliau nyantrik pada Ki Ngabehi Soero Diwirjo dan menjadi orang yang disayang oleh Ki Ngabehi Soero Diwirjo.
Pada tahun 1922, atas izin Ki Ngabehi Soero Diwirjo, beliau mendirikan pencak Silat SH di Pilang bangau Madiun dengan nama PENCAK SPORT CLUB. Tujuan didirikannya klub ini adalah untuk melawan penjajah Belanda. Beliau sering keliling ke daerah Kediri, Nganjuk, Kertosono, Lamungan, Jombang, dan Solo. Dalam kegiatan tersebut, beliau sering masuk tahanan karena sering ditangkap oleh Belanda dengan tuduhan SH Pilang bangau dicurigai sebagai tempat berkumpulnya para Patriot Indonesia untuk melawan Belanda. Tempat-tempat latihan SH juga sering dibubarkan oleh Belanda, sehingga latihan sering juga berpindah-pindah tempat. Untuk mengelabuhi Belanda, nama SH diganti dengan nama PSC (Pemuda Sport Club). Namun, akhirnya beliau ditangkap lagi oleh Belanda dan ditahan di Madiun.
Pada tahun 1923, beliau masuk serikat Islam dan mengadakan kegiatan politik. Namun, Belanda menangkap beliau dan menahan beliau di Madiun. Pada saat yang sama, ayah beliau meninggal.
Pada tahun 1925, setelah dibebaskan dari tahanan, putrinya yang bernama Harsini meninggal dunia pada usia 1 tahun 6 bulan. Tahun berikutnya, pada tahun 1926, beliau ditangkap lagi oleh Belanda. Saat itu, ibu dari Harjo Utomo sedang mengandung. Karena terlibat dalam pemberontakan yang terjadi di dalam penjara Madiun, masa tahanannya diperpanjang menjadi 5 tahun. Beliau kemudian dipindahkan ke Buih Cipinang Jakarta selama 2 bulan sebelum dipindahkan lagi ke Buih Pandang Panjang Sumatera.
Setelah pulang dari masa pembuangan pada tahun 1932, keluarga Harjo Utomo mengalami banyak penderitaan. Oleh karena itu, beliau tidak lagi mengajar pencak silat secara keliling dan hanya mengajar di Pilang Bangau, Madiun. Penghidupannya tidak pernah tetap, dan beliau pernah ditolong oleh orang lain, termasuk menjadi redaktur harian dan pengacara.
Pada masa pendudukan Jepang pada tahun 1942, atas usulan dari saudara SH PSC yaitu Suratno Surengpati, nama PSC diubah menjadi Setia Hati Terate. Nama tersebut hingga sekarang tetap digunakan tanpa organisasi yang resmi.
“Pada tahun 1948 atas prakarsa Soetomo Mangkudjojo, Darsono dan kawan-kawan, diadakan konferensi di Pilang Bangau yaitu berada di kediaman rumah tempat tinggal almarhum Ki Hadjar Hardjo Oetomo, dengan hasil konferensi tersebut menyetujui bahwa Warga SH Terate yang bersifat perguruan dirubah menjadi Organisasi Persaudaraan Setia Hati Teraqte yang hingga sampai saat ini, dengan ketua yang pertama ialah Soetomo Mangkudjojo, dan Darsono sebagai Wakilnya.”
Pada tahun 1948, atas usulan dari Soetomo Mangku Joyo, Jendro Darsono, dan Soemaji, diadakan konferensi Setia Hati Terate di Pilang Bangau, rumah Bapak Hardjo Utomo. Hasil dari konferensi tersebut adalah organisasi Setia Hati Terate yang diatur secara formal dengan pengurus sebagai berikut:
  • Ketua Pusat yaitu Soetomo Mangku Jaya,
  • Wakil Ketua yaitu Jendro Darsono,
  • Sekretaris yaitu Soemaji.
Pada tahun 1950, karena saudara Mangku Joyo pindah ke Surabaya dan saudara Jendro Darsono pindah ke Kediri, pimpinan pusat dipegang oleh Sdr. Ersad, dengan sekretaris Bambang Soedarsono.
Kemudian, pada tahun 1952, Ki Hadjar Hardjo Oetomo meninggal dunia karena sakit darah tinggi. Sdr. Ersad adalah pencipta senam Toya 1-20 dan senam dasar 1-90.

Nama-nama Jurus SH Terate lama adalah sebagai berikut:

  • Jurus 1-4 adalah permainan Kera (kaukun)
  • Jurus 5-8 adalah permainan Cimande
  • Jurus 9-10 adalah permainan Gunting
  • Jurus 11 adalah permainan Merak
  • Jurus 12-13 adalah permainan Harimau
  • Jurus 14-15 adalah permainan Tinju Thailand
  • Jurus 16-20 adalah permainan Dobel
  • Jurus 21-24 adalah permainan Pedangan
  • Jurus 25 adalah permainan Bawah
  • Jurus 26 adalah permainan B Dobel
  • Jurus 27 adalah permainan Buat
  • Jurus 28-34 adalah permainan Katak
  • Jurus 35 adalah permainan Ular (Liongkun)

B. Dasar dan Azaz PSHT

Pendidikan dalam SH Terate adalah pendidikan budi pekerti atau kerohanian yang mencakup pelajaran jasmani dan rokhani.
  • Pendidikan jasmani mencakup pelajaran pencak Silat, yang diajarkan melalui senam, jurus, kripen, dan toya.
  • Pendidikan rohani mencakup pelajaran ke-SH-an.

Hal-hal yang diajarkan mengenai SH meliputi:

Persaudaraan SH Terate didirikan pada tahun 1922 di Madiun sebagai pusat organisasinya. Cabang-cabang dan ranting didirikan di tempat lain.

Dasar dan azas persaudaraan SH Terate:

  1. Berdasarkan Idiil PancaSHa dan UUD 1945 negara RI.
  2. Berazaskan persaudaraan atau kekeluargaan yang kekal, keolahragaan, kesenian, beladiri pencak Silat, dan kerohanian.
  3. Tidak berafiliasi/memihak pada aliran politik manapun.
Hampir seluruh pencak Silat di Jawa menganut aliran SH. Gerakan pencak Silat di seluruh nusantara juga memperoleh pengaruh dari SH karena KI AGENG SURO sebelum mendirikan pencak Silat SH telah belajar pencak Silat hampir di seluruh Nusantara. Gerakan tersebut, misalnya berasal dari:
  • Cimande (jurus 9)
  • Banten (senam 50)
Persaudaraan adalah ikatan batin yang kuat yang tidak membedakan antara kaya dan miskin.

Aliran adalah ciri khas gerakan. Tujuan SH Terate adalah:

  1. Meningkatkan rasa ke-Tuhanan yang maha esa.
  2. Mengembangkan seni budaya pencak silat dengan berpedoman pada ajaran dan wasiat Persaudaraan SH Terate.
  3. Memperkuat rasa kasih sayang pada sesama atau “Asih sepadha padhane tumitah”.
  4. Menanamkan jiwa kesatria, cinta tanah air, dan bangsa.
  5. Meningkatkan aspek mental/spiritual dan fisik bangsa Indonesia secara umum dan warga SH Terate secara khusus.
  6. Meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri berdasarkan kebenaran.
  7. Terlibat dalam mendidik manusia menjadi baik dan luhur yang tahu benar dan salah serta memiliki jiwa Pancasila.

Manusia yang berbudi luhur artinya:

  1. Mengenal Tuhan.
  2. Bisa memperhatikan kepentingan orang lain/kepentingan umum.
  3. Orang SH dalam hal-hal yang remeh mengalah, tetapi dalam hal yang prinsip dipertahankan.
  4. Memayu huyuning bawana.
  5. Empan papan.

SH singkatan dari Setia Hati:

SH merupakan singkatan dari Setia Hati. Arti tersurat dari Setia Hati adalah setia pada hati sendiri atau percaya pada diri sendiri dengan keyakinan bahwa kekuatan tertinggi ada di tangan Tuhan. Mengapa manusia harus percaya pada dirinya sendiri? Karena jika manusia tidak percaya pada dirinya, maka manusia akan selalu gagal dalam mencapai cita-citanya.
Pepatah SH mengatakan bahwa manusia bisa dihancurkan, bisa dimatikan, tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu masih berpegang teguh pada dirinya atau tetap setia pada hati nuraninya sendiri atau ber-SH pada hatinya sendiri. Artinya lebih baik mati daripada kalah. Semboyan menghadapi lawan:
  1. “Cilik ora kurang bakal gede ora turah bakal, waton keno dak ingeti ora ilang tak kedhepi, isih ujud manungso ora bakal mundur”  dengan terjemahan (Kecil tidak kurang, besar tidak berlebihan, usia tidak boleh dilupakan, tidak hilang diingatan, tetap ada manusia tidak akan mundur)
  2. “Kewan gelut, kalah gede kalalah, nanging manungso gelut kalah gede durung mesti yen kalah amarga manungso iku duwe akal lan budi” dengan terjemahan (Teman berkelahi, kalah besar kalah, tetapi manusia yang berkelahi kalah besar belum tentu jika dia kalah karena manusia itu memiliki akal dan budi)

Urutan sabuk PSHT dari Siswa hingga Warga

Untuk menjadi anggota warga Persaudaraan Setia Hati Terate haru melewati Tahap pendidikan jasmani dan rohani, yang dimulai sejak menjadi siswa Pra Polos hingga Warga Tingkat 3.

D. Azas SH Terate meliputi:

  1. Persaudaraan.
  2. Olahraga.
  3. Kesenian.
  4. Beladiri.
  5. Kerohanian.

1. Persaudaraan

Arti Persaudaraan: ikatan batin yang sangat kuat antara sesama warga SH Terate sehingga seperti saudara sekandung. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam Terate tidak perduli itu kaya atau miskin, pangkat atau tidak, besar atau kecil. Kalau sudah menjadi warga SH, harus saling menganggap sebagai saudara kandung dengan tujuan guyub rukun. Agar rasa persaudaraan guyuh rukun kekal dan abadi, harus didasari oleh:
  • Saling pengertian.
  • Saling menyayangi.
  • Saling bertanggung jawab.

2. Olah Raga

Olah raga dalam SH adalah gerakan badan yang teratur dan direncanakan dengan tujuan menguatkan otot dan menyehatkan tubuh. Jadi, anggota SH sudah berolah raga sehingga dapat memperoleh tubuh yang sehat dan jiwa yang sehat pula.

3. Kesenian

Yang dimaksud di sini adalah seni tari, yaitu gerakan badan yang indah, teratur, dan berirama yang dapat diiringi bunyi-bunyian tertentu seperti gamelan dan sebagainya, sehingga akan menimbulkan kenikmatan tertentu bagi yang melihatnya. Di dalam Terate, anggota diharapkan menguasai materi yang sudah dipelajari seperti senam, jurus, dan lain-lain, kecuali sebagai sarana olahraga. Selain itu, anggota juga dapat memainkan seni tari yang indah dengan menggunakan gerakan bela diri, atau yang disebut “pencak”, yang biasanya ditampilkan untuk pertunjukan umum dengan peraturan adat dan kesopanan tertentu.

4. Bela Diri

Bela diri adalah usaha untuk melepaskan, menghindari, atau mempertahankan diri dari keadaan yang mengancam. Di dalam Terate, anggota diajarkan pencak Silat, bukan hanya sebagai sarana olahraga dan kesenian, tetapi juga sebagai sarana untuk membela diri. Hal ini perlu diingat oleh anggota Terate, bahwa pencak Silat yang dimiliki bukanlah untuk mencari lawan, tetapi hanya untuk membela diri bila menghadapi bahaya yang menyerang dirinya. Seperti pepatah Terate yang mengatakan “kami tidak mencari pedang bermerah darah, tapi bila ada kami tidak akan lari meninggalkannya” atau “musuh tidak dicari, tapi kalau ada jangan lari”.

5. Kerohanian

Kerohanian adalah pendidikan budi pekerti/akhlak yang bertujuan untuk mengajarkan warga SH untuk menjadi baik dan berbudi luhur dengan memahami benar dan salah. Pendidikan budi pekerti dalam SH sangatlah penting sehingga di dalam SH terdapat istilah “lebih baik menjadi warga SH yang matang ke-SH-annya tapi mentah pencaknya, daripada matang pencaknya tapi mentah ke-SH-annya.” Ibarat pagar ke-SH-an ini adalah sarana untuk memagari warga SH tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ke-SH-an ini sebagai alat pengontrol bagi warga SH dalam bertindak atau berperilaku di masyarakat.
Dalam SH, diajarkan pencak Silat karena pencak Silat merupakan senjata yang tersembunyi bagi seseorang, jika penggunaannya tidak pada tempatnya, dapat membahayakan orang lain. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, SH mengikat warganya dengan ke-SH-an tersebut, seperti halnya sebuah pistol yang jika dimiliki oleh seorang penjahat, maka pistol itu akan menjadi alat pembunuh yang membahayakan. Sebaliknya, jika pistol tersebut dimiliki oleh seorang polisi, maka pistol itu akan menjadi alat pembasmi kejahatan yang baik.
Penilaian benar dan salah/baik buruk menurut SH adalah sebagai berikut:
  1. Jika seseorang memiliki lebih banyak perilaku baik daripada perilaku buruk, maka orang tersebut dianggap baik.
  2. Sebaliknya, jika seseorang memiliki lebih banyak perilaku buruk, maka orang tersebut dianggap buruk.
Pola hubungan pergaulan manusia dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Saya baik, dia baik.
  2. Saya baik, dia jelek.
  3. Saya jelek, dia baik.
  4. Saya jelek, dia jelek.
Benarnya sendiri dan umum dari kedua pendapat tersebut yang sering dipakai adalah benarnya sendiri yang tidak bertentangan dengan umum.
Benar adalah sesuatu yang memenuhi syarat-syarat atau norma-norma tertentu pada saat dan waktu yang telah ditentukan.
Salah adalah semua orang yang melanggar syarat-syarat atau norma-norma tertentu pada saat dan waktu yang telah ditentukan.
Adil adalah semua orang yang mendapatkan haknya masing-masing secara sah sesuai dengan ketentuan.

Berbudi luhur menurut SH:

Berbudi luhur menurut SH adalah tujuan yang harus dicapai. Untuk mencapai berbudi luhur, SH menetapkan kriteria sebagai berikut:
  1. Keimanan kepada Tuhan adalah hal yang mutlak. Keyakinan dan pengabdian kita kepada-Nya harus selalu menjadi prioritas utama dalam hidup. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih agama dan keyakinan yang mereka anut, dan kita harus saling menghormati perbedaan tersebut.
  2. Kepentingan umum seharusnya selalu didahulukan di atas kepentingan pribadi. Hal ini penting untuk memastikan kesejahteraan bersama dan membangun masyarakat yang adil dan harmonis. Namun, bukan berarti kita harus mengorbankan hak dan kebutuhan pribadi secara tidak adil. Keseimbangan antara kepentingan umum dan pribadi harus selalu dijaga.
  3. Berbudi bahasa dan mengalah dalam hal-hal kecil atau remeh adalah tanda kebijaksanaan dan kedewasaan. Namun, ketika kita berhadapan dengan masalah yang melibatkan prinsip atau hal-hal besar yang sangat penting bagi kita, kita harus tetap berpegang teguh pada prinsip tersebut dan berani mengambil tindakan yang diperlukan.
  4. Asih sepadha phudane tumithah atau cinta kasih kepada sesama adalah nilai yang sangat penting dalam kehidupan kita. Kita harus selalu berusaha untuk membantu dan menyayangi orang lain tanpa memandang suku, agama, atau status sosial mereka.
  5. Ikut memayu hayuning bawana berarti ikut serta dalam membangun kehidupan yang baik dan harmonis di dunia ini. Hal ini meliputi upaya untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, memperjuangkan hak asasi manusia, serta mendukung program-program yang memajukan masyarakat dan lingkungan.
  6. Empan papan adalah pepatah yang mengajarkan kita untuk hidup sederhana dan tidak sombong. Kita harus selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki dan tidak terlalu ambisius dalam mengumpulkan harta atau status sosial. Yang terpenting adalah menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan dan kepuasan dari apa yang kita lakukan.
 

Keimanan dapat diukur dalam 4 tingkatan:

Iman adalah keyakinan yang tumbuh dalam hati manusia tentang ke-Esaan Tuhan yang maha kuasa. Keyakinan ini diucapkan melalui lidah dan diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan yang baik. Namun, dalam mengukur seberapa kuat iman seseorang, terdapat 4 (empat) tingkatan yang dapat menjadi patokan:
  1. Tingkatan pertama adalah seseorang yang melaksanakan semua perintah Tuhan dan tidak melanggar larangan-Nya. Orang yang berada di tingkatan ini menunjukkan kesetiaan dan ketaatan yang tinggi terhadap perintah dan larangan Tuhan.
  2. Tingkatan kedua adalah seseorang yang melaksanakan semua perintah Tuhan dan juga melanggar beberapa larangan-Nya. Meski demikian, orang yang berada di tingkatan ini tetap menunjukkan keinginan untuk memperbaiki diri dan menunjukkan kesediaan untuk meminta ampun atas kesalahan-kesalahannya.
  3. Tingkatan ketiga adalah seseorang yang tidak melaksanakan semua perintah Tuhan dan juga tidak melanggar larangan-Nya. Orang yang berada di tingkatan ini menunjukkan ketidakpedulian atau keengganan untuk memenuhi perintah Tuhan.
  4. Tingkatan keempat adalah seseorang yang tidak melaksanakan perintah Tuhan namun tidak melanggar larangan-Nya. Orang yang berada di tingkatan ini menunjukkan ketidaksepakatan atau ketidaksetujuan terhadap perintah Tuhan, meskipun ia tidak menunjukkan ketidaktaatan dengan melanggar larangan-Nya.
Dalam mengukur tingkatan iman, tentu saja setiap orang memiliki standar yang berbeda-beda. Namun, semakin tinggi tingkatan iman seseorang, semakin kuat pula keyakinannya dan semakin baik pula amal perbuatannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai seorang SH, kita harus mampu:

Sebagai seorang Setia Hati (SH), seseorang harus memiliki kualitas tertentu agar mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang SH antara lain:
  1. Menjadi seorang yang taat kepada Tuhan karena keyakinan yang mutlak. Seorang SH harus senantiasa berkiblat kepada Tuhan dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat menghasilkan keputusan yang adil dan bijaksana.
  2. Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Seorang SH harus selalu mempertimbangkan kepentingan masyarakat secara keseluruhan sehingga dapat membangun hubungan pergaulan yang harmonis dan terjalin dengan baik.
  3. Menjunjung tinggi prinsip dan siap mengambil tindakan yang tepat. Sebagai seorang yang memegang amanah dalam menegakkan keadilan, seorang SH harus siap mengambil tindakan yang sesuai dengan prinsip yang dianut, termasuk apabila diperlukan untuk mengambil tindakan yang keras.
  4. Menghindari tindakan yang menyebabkan penderitaan pada orang lain. Sebagai seorang yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi, seorang SH harus senantiasa berusaha untuk menghindari tindakan yang menyebabkan orang lain menderita atau tidak merasa nyaman.
  5. Menjaga ketenteraman dan kelestarian dunia. Seorang SH harus senantiasa berusaha untuk menjaga ketertiban dan keamanan di lingkungannya, serta berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan.
  6. Bersikap fleksibel dalam menempatkan masalah. Seorang SH harus dapat menempatkan masalah yang dihadapi pada tempatnya dan memiliki keterbukaan dalam menghadapi perbedaan pendapat atau sudut pandang.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, seorang SH dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan menjadi panutan bagi masyarakat dalam menjaga keadilan dan kebenaran.

E. Arti Lambang Persaudaraan Setia Hati Terate

Lambang persaudaraan Setia Hati Terate mengandung makna yang sangat dalam, diawali dengan bentuk lambang segi empat yang memiliki arti sebagai berikut:

1. Bentuk lambang segi empat, artinya:

Empat sisi lambang melambangkan empat kiblat dan lima pancer (dihati) yang dimiliki manusia, yaitu:
  • Cipta,
  • Rasa,
  • Karsa,
  • Jiwa, dan
  • Badan.
Kelima unsur tersebut, apabila seimbang, maka manusia akan dapat berkarya dengan optimal, yaitu:
  • Cipta: daya pikir
  • Rasa: perasaan
  • Karsa: kemauan
  • Jiwa: rohani
  • Badan: jasmani.

2. Dasar warna hitam:

Dasar warna hitam melambangkan bahwa persaudaraan dalam Setia Hati Terate adalah kekal abadi, seperti saudara kandung.

3. Hati berwarna putih tepi berwarna merah:

  • Hati berwarna putih melambangkan kesucian hati orang Setia Hati Terate, yang tidak ingin memiliki barang yang tidak halal.
  • Tepi hati yang berwarna merah melambangkan kasih sayang yang tak terbatas, yang dapat diberikan kepada siapa saja, bahkan kepada orang yang melakukan kesalahan.

4. Hati yang bersinar:

  • Setiap anggota Setia Hati Terate harus memancarkan kasih sayang dan menjunjung tinggi semboyan “sepadha padhane tumitah” (saling membantu tanpa mengharapkan balasan).
  • Anggota Setia Hati Terate percaya pada hukum karma atau hukum timbal balik. Sinar kasih sayang tersebut menunjukkan bahwa mereka tidak ingin menzalimi orang lain atau terlibat dalam konflik.
  • Sebagaimana pepatah “Manunggaling kawula Gusti”, manusia akan memetik hasil dari perbuatan yang dilakukannya.

5. Bunga Terate

Bunga Terate dapat hidup di segala tempat, hal ini melambangkan bahwa orang Setia Hati Terate harus dapat hidup di semua lapisan masyarakat. Bunga Terate memiliki tiga tahap:
  • Kuncup
  • Setengah mekar
  • Mekar sekali
Semua anggota Setia Hati Terate berasal dari berbagai lapisan masyarakat, tetapi tetap bersatu seperti saudara kandung.

6. Pita sebelah kanan: putih dengan garis tengah merah:

Artinya anggota Setia Hati Terate harus berdiri tegak di tengah-tengah keadilan dan kebenaran.

7. Senjata:

Setia Hati Terate memberikan pelajaran bela diri berupa Pencak Silat. Pencak Silat dipilih karena merupakan bela diri asli dari budaya bangsa Indonesia. Menurut pepatah Setia Hati Terate, bangsa yang kehilangan kebudayaannya adalah bangsa yang terjajah jiwanya.

8. Tulisan “PERSAUDARAAN”

Pada lambang Setia Hati Terate, tulisan “PERSAUDARAAN” diletakkan di atas gambar bunga Terate. Hal ini dilakukan karena persaudaraan merupakan nilai yang diutamakan di Setia Hati Terate, sedangkan Pencak Silat hanya merupakan tali pengikat yang memperkuat persaudaraan.

F. Janji Setia Warga PSHT

Dengan hatı yang tulus dan penuh kesadaran kamı berjanji:
  1. Sebagai anggota Persaudaraan Setia Hati Terate, saya akan senantiasa berbaktı kepada Tuhan Yang Maha Esa, orang tua dan guru.
  2. Persaudaraan Setia Hati Terate bagiku adalah sarana untuk mendewasakan jasmani maupun rohani, oleh karena itu perlu dijaga dan diselamatkan keharuman namanya.
  3. Sebagai anggota Persaudaraan Seta Hati Terate, kami akan senantiasa berdisiplin, patuh dan setia kepada peraturan-peraturan, tata tertib dan kewajiban-kewajibai yang diinstruksikan oleh pimpinan.
  4. Sebagai anggota Persaudaraan Sctia Hatı Terate, kami akan saling kasih mengasihi antara anggota dengan penuh persaudaraan.
  5. Sebagai anggota Persaudaraan Setia Hati Terate, kamı akan patuh dan berdisiplin dalam berlatih.
  6. Sebagai anggota Persaudaraan Setia Hati Terate, kami akan memupuk rasa rendah hati dan penuh cinta kasih terhadap sesama manusia umumnya dan kepada Persaudaraan Şetia Hati Terate khususnya.
  7. Kami tidak akan sombong dan mempergunakan pengetahuan Persaudaraan Setia Hati Terate disembarang tempat.
Demikianlah janji kami, biarlah saudara-saudara tua kami yang hadir pada saat ini menjadi saksi dan biarlah Tuhan Yang Maha Esa memberkati dan memberi tuntunan.

G. Lagu Mars PSHT

Cipta: Kang Mas Adi Pracihno/ Adi Jasco
Setia Hati Terate Pembina Persaudaraan
Semboyan Kami Bersama Bersatu Teguh Jaya
Mengabdi Nusa dan Bangsa Dengan Tulus Ikhlas
Menjunjung Tinggi Pancasila Demi Indonesia Raya
Jayalah Setia Hati Terate Sepanjanglah Masa
Jayalah Setia Hati Terate Sepanjanglah Masa

H. Memelihara Persaudaraan

Persaudaraan adalah pergaulan antar umat manusia untuk mencapai hidup yang saling bahu-membahu dan rukun satu sama lainnya. Dalam persaudaraan, sangat diperlukan adanya sikap tanpa pamrih dengan pandangan yang sama-sama sederajat, tidak ada menang-menangan, dan lebih mengutamakan:
  1. Saling mempercayai
  2. Saling membutuhkan
  3. Saling menghargai
  4. Saling mengutamakan kebersamaan daripada pertemuan yang hanya sekedar berkumpul.

Di dalam PSHT berdasarkan suatu prinsip:

Pelajaran SHT kita hayati dan kita amalkan, pepacuh dan wasiat kita tidak dilanggar. PSHT bukan persaudaraan awut-awutan tetapi ada peraturannya dan kaedahnya:
  1. Tidak boleh sawenang-wenung bagi warga senior terhadap warga yunior.
  2. Bagi warga yunior tidak boleh bertindak semaunya terhadap warga senior.
  3. Persaudaraan tidak boleh meninggalkan tertib organisasi atau administrasi persaudaraan.
  4. Persaudaraan tidak boleh meninggalkan disiplin.
  5. Di sini persaudaraan SHT adalah persaudaraan yang menghargai martabat sesama saudara yang dijiwai hati yang tulus untuk saling bantu-membantu, tolong-menolong dalam mengarungi samudra kehidupan ini.

Dalam PSHT tersebut pastilah ada hambatan-hambatan persaudaraan antara lain:

  1. Kalau ada warga SH Terate yang merasa hebat sendiri dan menghendaki warga lainnya tunduk dan mengikuti kehendaknya.
  2. Persaudaraan Setia Hati Terate bisa terganggu apabila dalam kegiatan-kegiatan ada pemimpin yang kurang memiliki kepribadian yang dewasa.

I. Sifat-sifat Warga Setia Hati

  1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Berbudi luhur, pemberani dan tidak takut mati, mengalah pada hal-hal kecil, tetapi teguh pada prinsip dan hal-hal besar. Mengalah pada hal-hal kecil artinya warga SH Terate suka memberi maaf kepada orang lain, tetapi pada masalah yang besar dan prinsip, warga SH Terate bertindak tanpa meninggalkan tanggung jawab.
  3. Sederhana, suka memayu hayuning bawana. Sederhana artinya bertingkah laku kita disesuaikan dengan keadaan di mana kita berada, misalnya:
    • Saat menghadiri pemakaman, kita bisa ikut berbelasungkawa.
    • Saat mengunjungi orang yang kurang mampu, kita tidak perlu memakai perhiasan yang mencolok.
  4. Saat berbicara, kita tidak menambah-nambahi sehingga tidak menimbulkan kesombongan.
  5. Sikap memayu hayuning bawana berarti kita senang melihat kebahagiaan orang lain. Sifat-sifat di atas dapat disingkat menjadi 3 hal:
    • Bisa menghilangkan keegoisan.
    • Bisa menghilangkan rasa iri.
    • Siap menjalankan tugas dan kewajiban dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, ilmu Setia Hati Terate merupakan sumber pondasi dari cara berpikir, tindak tanduk, tingkah laku, dan pengambilan keputusan dalam suatu permasalahan. Oleh karena itu, persaudaraan Setia Hati Terate mampu atau bisa menjaga keharmonisan yang abadi. Semua ini berkaitan dengan keberlangsungan persaudaraan yang didasari oleh saling pengertian, saling sayang menyayangi, dan tanggung jawab. Artinya, persaudaraan kita didasarkan oleh:
  • Saling menghargai
  • Saling membutuhkan
  • Saling mempercayai
Uraian di atas adalah syarat-syarat bagi kita sebagai warga Setia Hati Terate untuk menjaga persaudaraan yang abadi. Ilmu yang dinamakan ilmu Setia Hati, merupakan ilmu untuk mengenal diri pribadi sebaik-baiknya. Karena warga yang sudah mengenal diri pribadinya sendiri, maka ia tidak sulit untuk mengenal diri pribadi orang lain. Siapa yang bisa menasehati diri sendiri, maka ia tidak sulit untuk menasehati orang lain. Siapa yang bisa memimpin diri sendiri, maka ia tidak sulit untuk memimpin orang lain.

J. Arti Kesetiaan dalam Setia Hati

Setelah kita memahami arti persaudaraan dan makna ilmu SH, maka timbul kesetiaan di dalam hati kita yang disebut setia hati. Orang yang memiliki setia hati memiliki sifat “jumbuh njobo njerono”, artinya jika perasaan di hatinya bersih, maka yang keluar dari dirinya juga bersih, begitu juga sebaliknya. Ini berarti bahwa orang yang memiliki ilmu SH tidak memiliki sifat munafik.
Oleh karena itu, dalam perguruan persaudaraan SH Terate, terdapat pertemuan hati ke hati yang menghasilkan kecocokan perasaan. Kita tidak akan merasa nyaman dalam bergaul jika hati kita belum bertemu dengan hati orang lain, seperti yang digambarkan dalam ilmu SH (suruh temu rose).
Orang yang tidak memiliki sifat munafik adalah orang yang tidak suka menipu dirinya sendiri. Sedangkan orang yang suka menipu dirinya sendiri adalah orang yang telah menipu kepribadiannya sendiri. Orang yang memiliki pendirian yang teguh adalah orang yang memiliki kepribadian yang kuat. Orang yang memiliki pendirian yang teguh tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang buruk, bahkan ia bisa memimpin lingkungan tersebut menuju kebaikan yang tahu benar dan salah.
Manusia yang tahu apa yang benar adalah manusia yang memahami apa yang dikerjakannya. Oleh karena itu, kita harus merasa terlibat dalam persaudaraan Setia Hati Terate yang kita cintai. Karena kita terlibat, kita harus berani mengambil bagian dalam tugas dan kewajiban kita. Setelah kita dapat mengambil bagian, kita harus mampu menempatkan diri dengan tepat dan memahami tugas dan kewajiban yang harus kita lakukan. Ilmu yang baik tidak berguna jika tidak diamalkan, karena itu kita harus menghindari dosa.
Dalam pelajaran SH, manusia dapat berdosa tanpa melakukan tindakan apa pun. Oleh karena itu, ilmu SH harus diamalkan dan disebarkan kepada masyarakat. Tanpa melakukannya, kita juga turut serta dalam kerusakan yang terjadi di masyarakat dan lingkungan tempat kita tinggal. Persaudaraan SH Terate harus tetap berdiri dan berkembang.
Sebuah pepatah mengatakan, “Kardiyo Westro lungset ing sampiran”, yang artinya orang yang memiliki ilmu tetapi tidak mengembangkannya seperti daun telinga yang tidak bergerak.

Mengapa seorang SH tidak boleh terlalu sedih?

Karena orang yang paling sedih biasanya terkait dengan dua hal:
  • Gagal mencapai cita-cita
  • Kehilangan barang yang dicintai

Ad.1. Jangan terlalu sedih jika gagal mencapai cita-cita. Dalilnya:

  1. Tidak semua cita-cita manusia akan tercapai karena jika semua cita-cita manusia tercapai, dunia akan menjadi tidak seimbang.
  2. Jika memiliki cita-cita, sesuaikan dengan kemampuan dan usaha yang dilakukan.
  3. Jika cita-cita gagal, segera beralih ke cita-cita yang lain.

Ad.2. Jangan terlalu sedih jika kehilangan barang yang dicintai. Dalilnya:

  1. Barang yang dicintai pasti akan hilang, jika tidak dimiliki, maka tidak akan hilang.
  2. Jika harus kehilangan, lebih baik yang hilang adalah barang tersebut daripada orang yang kita cintai.

K. Kata Mutiara atau Falsafah SH Terate

Dalam kehidupan, seringkali kita dihadapkan dengan berbagai situasi yang menuntut kita untuk berpikir secara bijak dan memiliki prinsip yang kuat. Oleh karena itu, kata-kata mutiara dan falsafah Setia Hati (SH) dapat menjadi inspirasi bagi kita dalam menghadapi berbagai tantangan. Dalam SH, terdapat berbagai kata-kata bijak yang diwariskan dari para pendekar dan tokoh yang memiliki kepribadian yang kuat, tegas, dan penuh semangat. Melalui kata-kata ini, kita dapat belajar tentang keberanian, kejujuran, kesederhanaan, serta nilai-nilai luhur lainnya. Dengan menerapkan falsafah SH dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan kita dapat menjadi manusia yang lebih baik, berbakti kepada bangsa dan negara, serta dapat memberikan inspirasi bagi orang lain.
  1. “Menangis dalam kebahagiaan itu banyak, tapi orang yang tertawa dalam penderitaan itu tidak banyak. Maka dari itu, siapa yang bisa menyelesaikan penderitaannya dengan senang hati adalah orang hebat.”
  2. “Menunda pekerjaan berarti memperpanjang pekerjaan.”
  3. “Seseorang tidak akan berhasil dalam segala hal tanpa didahului oleh disiplin.”
  4. “Lebih baik lebih dulu 3 jam daripada terlambat 3 menit.”
  5. “Orang bodoh bisa dipintarkan, tapi jika malas, sulit untuk diajak maju.”
  6. “Orang yang cerdas belum tentu cerdik, tapi orang cerdik pasti cerdas.”
  7. “Tingginya ilmu seseorang bukan jaminan suatu kemenangan. Tingginya keberanian pun juga bukan jaminan suatu kemenangan. Namun dari rangkaian keberanian, tinggi ilmu, ketabahan, dan taktik lah yang akan menentukan.”
  8. “Seorang pendekar harus mempunyai jiwa yang kuat, ulet, dan tangguh dalam menghadapi cobaan di dunia ini, ibarat batu karang yang kokoh yang ada di tengah samudera tidak runtuh oleh deburan ombak, namun menjadi tambah kukuh dan perkasa.”
  9. “Sepiro gedhene sengsoro yen tinompo amung dadi cobo.” (Artinya: “Setiap kejadian yang besar pasti ada hikmah di baliknya.”)
  10. “Cik tak ocak acik, Mrico Polo tak Gawe Dakon karepku tak gawe becik/apik, dene mbok tampa ala mangga sak kersa.” (Artinya: “Saya tidak merasa takut jika lawan saya hebat, seperti Marco Polo yang main dakon (suatu permainan tradisional) karena saya akan berusaha melakukan yang terbaik, namun tanpa merugikan pihak lain.”)
  11. “Cilik ora kurang bakal gede ora turah bakal, waton keno dak ingeti ora ilang tak kedhepi isih ujud manungso jalok opo bakal tag ladeni.” (Artinya: “Sebuah pengalaman yang didapat sejak kecil akan terus diingat dan tidak akan hilang, sehingga dapat membantu seseorang dalam menghadapi apapun di masa depan.”)
  12. “Kewan gelut kalah gedhe kalah, manungsa gelut kalah gedhe durung karuan.” (Artinya: “Hewan yang besar dalam pertarungan bisa kalah, tetapi manusia yang kecil dalam pertarungan belum tentu kalah.”)
  13. “Sing sopo menang sa wenang-wenang ora bakal lestari anggone menang.” (Artinya: Siapa saja yang menang dengan seenaknya, tidak akan bertahan lama)
  14. Sing sopo salah ora ngakoni kalah bakal lestari anggone salah. (Siapa saja yang tidak mau mengakui kekalahan, tidak akan bertahan lama dalam kesalahannya)
  15. Manungso iku bakal ngunduh wohing pekerti. (Seseorang akan diukur dari perbuatannya)
  16. Klabang iku wisane ana ing endase, kalajeng king iku wisane ana ing pucuking buntute, yen ulo wisane dumunung ana untune, nanging uwong kang munafik wisane dumunung ana ding sak kujur awake. (Arti: Seekor klabang biasanya hidup di bawah daun, tetapi kadang-kadang hidup di ujung batang, jika kepalanya dipegang, ia akan menekuk ke belakang, tetapi orang munafik akan menekuk ke depan)
  17. Pendekar SH Terate iku kudu bisa:
    • Menang tanpa ngasorake (Menang tanpa merugikan pihak lain)
    • Ngluruk perang tanpa bala (Menyelesaikan masalah tanpa kekerasan)
    • Sugih tanpa bandha (Makmur tanpa merugikan orang lain)
    • Dekdaya tanpa aji-aji (Berprestasi tanpa bantuan sihir atau kekuatan gaib)
  18. Yen siro dibeciki dening liyan tulisen ing watu supoyo ora ilang lan tansah kelingan, yen siro gawe kabecikan tulisen ing lemah ben ilang lan tansah ora kelingan. (Jika kebaikan yang dilakukan oleh seseorang ditulis pada batu, maka tidak akan hilang dan selalu diingat, tetapi jika keburukan yang dilakukan ditulis pada air, maka akan hilang dan tidak akan diingat)
  19. Wong linuwih iku sugih welas lan cekak pengapurane. (Orang yang berbudi pekerti baik akan kaya raya dalam kebahagiaan dan kepuasan hati)
  20. Wong kang ora gelem ngudi kabecikan iku prasat setan. (Orang yang tidak mau menerima nasihat baik, dianggap setara dengan setan)
  21. Ojo seneng gawe gendro jalaran gawe gendro iku sipating demit. (Jangan senang melakukan kejahatan karena itu sama dengan memelihara setan)
  22. Ojo pisan-pisan nyacat dening liyan, amarga ora ono wong kang tanpo cacat. (Jangan terlalu merasa diri lebih baik dari orang lain, karena tidak ada manusia yang sempurna)
  23. Wong linuweh iku kudu biso ngepek ati lan ngepenakake liyan. (Orang yang berbudi pekerti baik harus bisa memahami hati orang lain dan mampu menghibur mereka)
  24. “Wong golek iku yen wes oleh weweh, yen wes weweh ngengeh.”Artinya, jika seseorang mencari sesuatu, setelah mendapatkannya ia harus memberi, tetapi juga harus meninggalkan sesuatu untuk orang lain. Kata “weweh” dalam bahasa Jawa berarti memberi atau memberikan, sedangkan “ngeneh” berarti meninggalkan atau menyisakan. Dalam konteks ini, ungkapan tersebut mengajarkan tentang pentingnya berbagi dengan orang lain dan tidak egois dalam mencari atau memiliki sesuatu.

L. Wasiat SH Terate

Wasiat ini sering disebut pepacuh atau larangan-larangan.

Pasal 1: Menyatakan Bahwa Warga Setia Hati Terate Harus:

  1. Berbakti kepada Tuhan, orang tua, dan gurunya.
  2. Menjaga kebaikan nama SH Terate pada umumnya.
  3. Bersikap ksatria dan tetap pada pendiriannya.
  4. Berdiri di atas keadilan, kebenaran, dan tidak boleh memihak sebelah.
  5. Berani karena benar, dan takut karena salah.
  6. Bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
  7. Menjaga ketentraman dan menjunjung tinggi nusa dan bangsa.
  8. Membuktikan sebagai bangsa yang merdeka.
  9. Melenyapkan sikap mementingkan diri sendiri.
  10. Kekal dalam persaudaraan, dan menguatkan semangat tolong-menolong di antara sesama bangsa Indonesia, terutama sesama anggota SH Terate.

Pasal 2: Warga SH Tidak Boleh:

  1. Memberikan pelajaran pencak silat tanpa surat kuasa dari pengurus pusat atau cabang.
  2. Bersikap sombong dan membuat sakit hati sesamanya.
  3. Menunjukkan kepandaiannya di muka umum, yang dapat membuat sakit hati orang lain.
  4. Menunjukkan kepandaiannya di tempat yang tidak berguna.
  5. Menerima segala sesuatu yang tidak sah.

Pasal 3: Warga Setia Hati Terate Dilarang:

  1. Bertengkar dengan sesama warga SH Terate.
  2. Merusak Pager Ayu.
  3. Merusak Purus Hijau (sesuatu yang masih dalam keadaan hijau).
  4. Merampas dan memiliki hak orang lain.

Pasal 4: Warga Setia Hati Terate Harus Memegang Teguh Wasiat Setia Hati Terate.

VI. Retorika

Arti retorika disebut juga teknik berpidato. Pidato adalah penyampaian pikiran dan informasi dari pembicara kepada khalayak ramai. Pidato yang baik adalah yang mampu meyakinkan pendengarnya.

A. Struktur Pidato

1. Syarat seorang pembicara yang baik adalah:

  1. Memiliki pengetahuan yang luas
  2. Bertekad untuk meyakini kebenaran pidatonya
  3. Memiliki perbendaharaan kata yang memadai
  4. Sering berlatih dalam tata cara berpidato
  5. Berpakaian rapi dan sopan (tidak berlebihan)
  6. Ramah dan rendah hati (tidak sombong)
  7. Menggunakan kata-kata yang menarik
  8. Diselingi dengan humor yang tepat
  9. Isi dan tema pidato disesuaikan dengan audiens yang hadir (tokoh masyarakat, wanita, anak-anak, dan lain-lain).

2. Sistematika Berpidato:

  • Salam pembukaan: Assalamualaikum, selamat pagi, siang, dan sebagainya.
  • Pendahuluan: ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, ucapan terima kasih kepada hadirin, ucapan kegembiraan, dan lain-lain.
  • Materi pidato: hal-hal yang dipidatokan sesuai dengan acara, harus jelas, mudah diikuti oleh pendengar.
  • Kesimpulan: menyimpulkan isi pidato.
  • Harapan/ajakan.
  • Penutup.

3. Faktor Penunjang:

  • Faktor moral: pembicara harus bermoral baik sehingga pendengar mempunyai kepercayaan.
  • Faktor fisik: pembicara harus sehat, gagah, simpatik, dan rapi.

4. Faktor sarana:

  • Waktu dan tempat harus tepat.
  • Pengeras suara.
  • Kondisi panggung dan podium harus baik.

5. Faktor keamanan penguasaan masa:

  • Volume suara: suara harus sesuai dengan kondisi masa.
  • Kondisi pendengar masa harus diketahui untuk menyesuaikan bahan pidato.
  • Pembicara harus pandai dan cerdas.
  • Waktu pembicaraan jangan terlalu lama dan membosankan.

6. Penutup:

  • Siapa saja yang naik ke atas podium tanpa persiapan yang matang, maka ia akan turun dari podium tanpa penghormatan yang pantas.
  • Seorang pembicara harus bermoral baik dan jujur pada diri sendiri. Sebab, jika seorang pembicara tidak memiliki moral yang baik, maka pesannya tidak akan didengarkan oleh pendengar.

B. Fungsi Kepemimpinan dan Ciri-cirinya

Pengertian kepemimpinan secara umum adalah proses mempengaruhi, membina, dan mengontrol pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Menurut Dewan Pusat Setia Hati Terate (MAS IMAM), kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan membimbing orang lain dengan cara yang tulus dan menghargai, serta mendapatkan dukungan dan kerja sama yang tulus, yang semuanya dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas pokok.
Sedangkan menurut Mas BAMBANG, kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain atau sekelompok orang untuk mengikuti kehendaknya dalam mencapai sasaran yang disepakati bersama.
Untuk menjadi pemimpin yang baik, seseorang harus mengenal dirinya sendiri, sifatnya, situasi, dan lingkungannya di mana organisasi berada. Beberapa cara yang dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang antara lain:

1. Peniruan

Tujuannya adalah menjadikan seseorang sebagai tokoh dalam organisasi dengan meniru tingkah lakunya. Misalnya, tokoh Werkudoro dalam pewayangan yang memiliki tingkah laku terpuji, seperti berani, jujur, bersikap kesatria, dan tindak tanduknya baik.
Pengaruh peniruan seperti ini dapat secara tidak langsung merubah tingkah laku seseorang agar berbuat seperti tokoh yang ditiru, sehingga orang lain akan mengikuti dan meneladani tokoh yang digambarkan tersebut.

2. Sugesti

Caranya dengan menyajikan ide-idenya yang meyakinkan sehingga orang lain terpengaruh dan mengikuti kehendaknya. Cara ini belum langsung memaksa seseorang untuk mengikuti atau tidak mengikuti.

3. Persuasi

Persuasi lebih luas daripada sugesti karena seseorang diyakinkan atau didorong untuk melakukan tindakan tertentu. Hal ini dapat disertai janji-janji yang diinginkan, berhadiah, pujian, sehingga orang tersebut bersedia mengikuti kehendaknya. Cara ini adalah cara mempengaruhi secara langsung dan dapat mengubah sifat serta tingkah laku orang secara langsung pula. Hal ini akan terlihat dari tindakan orang lain, seperti rajin masuk bekerja, bersemangat, dan lain-lain.

4. Paksaan

Cara paksaan adalah cara paling keras dari pengaruh, yaitu tekanan-tekanan terhadap diri seseorang agar ia mengikuti kehendak orang lain. Tekanan ini dapat berupa pemakaian alat-alat untuk melaksanakan tekanan tersebut sehingga orang terpaksa mengikuti pengaruh orang yang mempengaruhi atau pemimpin. Pemimpin dapat memilih salah satu kombinasi dari sarana tersebut di atas tergantung pada situasi yang dihadapi.

C. Type Pemimpin Organisasi

  1. Tipe Otokratis
    • Mempunyai sifat:

    • Menganggap organisasi sebagai milik pribadi.
    • Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
    • Menganggap bahwa bawahan hanya sebagai alat semata-mata.
    • Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat bawahannya.
    • Dalam tindakan penggerakannya sering menggunakan cara paksaan dan menghukum.
  2. Tipe Militeris
    • Mempunyai sifat:

    • Dalam menggerakkan bawahannya, menggunakan sistem perintah.
    • Senang dengan formalitas yang berlebihan dan memperhatikan status pangkat dan golongan.
    • Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan.
    • Sulit menerima kritik dari bawahannya.
  3. Tipe Paternalistis
    • Mempunyai sifat:

    • Dalam menggerakkan bawahannya, selalu bertitik tolak dari pandangan bahwa manusia adalah mahluk mulia dan menghargai hak asasi manusia.
    • Selalu berusaha mensinkronkan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi bawahan.
    • Senang dan mau menerima saran dari bawahan.
    • Selalu berusaha mengutamakan kerja sama dalam tim untuk mencapai tujuan.
    • Ikhlas memberikan kebebasan yang luas pada bawahannya untuk berbuat salah, dan kemudian dibimbing untuk diperbaiki agar lebih berani dalam melaksanakan tugas, program kerja, dan kegiatan lainnya.
    • Berusaha mengembangkan kapasitas dan kemampuan pribadinya sebagai pemimpin dan bawahannya.

D. Azas dan Fungsi Kepemimpinan

Asas kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mengandung kebenaran fundamental yang digali dari kepribadian atau kebudayaan bangsanya. Oleh karena itu, azas kepemimpinan di Indonesia haruslah berlandaskan falsafah bangsa Indonesia, yaitu Panca SH (mencerminkan nilai-nilai luhur Panca Dasar Setia Hati).

1. 11 Azas dan Fungsi Kepemimpinan

Manifestasi kepemimpinan Pancasila dijabarkan dalam 11 Azaz, yaitu:
  1. Taqwa
  2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan sungguh-sungguh sehingga ikhlas dalam menjalani perintah dan larangan-Nya. Dengan taqwa ini, seorang pemimpin dapat menjadi tuntunan bahagia, bergairah, dan bergembira yang sekaligus dapat memenuhi kewajibannya dan amanah dari Allah serta amanah dari manusia yang memberikan kepercayaannya. Ciri-ciri orang taqwa adalah tentram, damai, gembira, bahagia, tabah, sabar, dan tawakal.

  3. Ing Ngarso Sung Tulodho
  4. Seorang pemimpin harus berdiri di depan dan bisa memberikan contoh suri tauladan yang baik, menjauhkan diri dari perilaku yang tidak hormat.

  5. Ing Madyo Mangun Karso
  6. Seorang pemimpin harus mampu menggugah semangat anak buahnya melalui hubungan dan dialog yang akrab, kekeluargaan, terbuka, obyektif, dan saling pengertian.

  7. Tut Wuri Handayani
  8. Seorang pemimpin harus mampu memberikan dorongan pada anak buahnya agar tidak sewenang-wenang dan agar berprestasi.

  9. Waspodho Purbawasesa
  10. Seorang pemimpin harus selalu waspada serta sanggup dan berani memberikan koreksi yang benar pada anak buahnya. Selain itu, ia harus selalu mencegah pengaruh-pengaruh negatif yang dapat merusak mental dan moral maupun disiplin anggota, serta harus dapat melihat anak buahnya yang mempunyai dedikasi yang tinggi dan prestasi yang baik.

  11. Ambek Parumarto
  12. Seorang pemimpin harus mampu memilih dengan tepat tindakan mana yang harus didahulukan dalam melaksanakan program kerjanya. Prinsip ini mengandung prinsip ekonomis efektif dan efisien untuk dapat mengambil tindakan yang tepat dan mengurangi risiko.

  13. Prasojo
  14. Seorang pemimpin harus memiliki perilaku yang lebih baik, kreatif dalam berpikir, dan mampu menangani segala permasalahan yang dihadapi dengan kemampuan berpikir kritis dan inovatif.

  15. Setia
  16. Seorang pemimpin harus memiliki sikap yang loyal dan rela demi kepentingan bawahan dan organisasi. Sikap ini akan memperkuat hubungan antara pemimpin dan bawahan serta membentuk rasa saling percaya yang baik dalam organisasi.

  17. Gemi Nastiti
  18. Seorang pemimpin harus dapat mengatur pengeluaran dan penggunaan keuangan organisasi pada kepentingan yang benar-benar diperlukan agar dapat menghemat pengeluaran organisasi.

  19. Bloko
  20. Seorang pemimpin harus memiliki kerelaan, berani menanggung tanggung jawab, keberanian mempertanggungjawabkan segala tindakan, berani mengakui kesalahan, dan memiliki watak satria dengan tidak menutupi kekurangan dan kesalahan yang ada.

  21. Legowo
  22. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk merelakan jabatannya pada saat yang tepat dan mempersiapkan generasi berikutnya untuk mengambil alih kepemimpinan. Sebagai seorang pemimpin, tidak ada garansi bahwa jabatannya akan dipertahankan secara abadi.

2. Norma atau Ciri-ciri Pemimpin yang Baik

Untuk menjadi pemimpin yang baik, seharusnya memiliki kelebihan sikap tertentu di atas orang yang dipimpinnya, yaitu meliputi pemikiran dan rasio/penalaran rokhani dan jasmani. Berikut adalah norma atau ciri-ciri kepemimpinan yang baik:
  1. Berwibawa
  2. Jujur
  3. Terpercaya
  4. Bijaksana
  5. Mengayomi
  6. Berani mawas diri
  7. Mampu melihat ke depan
  8. Berani dan mampu mengatasi kesulitan
  9. Bersikap wajar, tegas dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil
  10. Sederhana penuh pengabdian pada tugas dan kewajiban
  11. Mempunyai sifat ingin tahu, mendorong untuk banyak berpikir atau belajar pada bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Catatan:
Inti dari kepemimpinan adalah pengambilan keputusan, oleh sebab itu seorang pemimpin haruslah berhati-hati dan penuh pertimbangan pada keputusan yang telah diambilnya dan berani mempertanggungjawabkan apa yang telah diambilnya dengan risiko apapun.

VII. Arti Pembukaan

Pembukaan dimulai dengan posisi berdiri alif, yang mengindikasikan pengakuan adanya Tuhan Yang Maha Esa (TME). Pengakuan ini bukanlah semata-mata pengakuan, melainkan diyakini dengan seyakin-yakinnya, sehingga seorang SH dapat membuktikan keberadaan TME. Sebagai pengantar, dapat diberikan contoh sebagai berikut:
  1. Jika di langit ada awan yang berarak, maka kita yakin bahwa ada angin di sana, meskipun kita tidak merasakan atau melihat angin tersebut.
  2. Kita juga dapat melihat daun kelapa yang bergerak, yang menunjukkan bahwa daun itu ditiup oleh angin. Meskipun anginnya tidak terlihat, yang terlihat adalah gerakan awan dan daun kelapa.
Maka, kita yang sehat harus yakin seyakin-yakinnya akan keberadaan angin tersebut, begitu juga dengan dunia dan isinya. Mustahil ada sesuatu yang tercipta tanpa adanya yang menciptakannya. Sebagai orang yang beriman, tentunya kita yakin seyakin-yakinnya bahwa yang menciptakan segala sesuatu adalah TME.
Untuk itu, seorang warga SH harus memperkuat imannya sesuai dengan agama yang dianutnya. Iman adalah keyakinan penuh akan Allah yang diyakini dalam hati dan diucapkan oleh lidah, serta diwujudkan melalui perbuatan.

A. Pengertian Gerakan Tubuh Berdiri Tegak seperti huruf Alif:

  1. Berdiri di tengah-tengah kebenaran dan keadilan.
  2. Siap untuk melaksanakan dan mengamalkan pelajaran-pelajaran Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji dengan baik dan benar.
  3. Kuat dan tangguh dalam menghadapi segala cobaan hidup dan mampu menyelesaikannya dengan baik serta tanggung jawab. Tahan derita pantang putus asa, siapa yang sholeh itulah yang menang.
  4. Teguh dalam iman kepada Tuhannya dan tidak mudah terpengaruh oleh godaan syaitan serta tetap lurus dalam hatinya.
  5. Menegakkan barang-barang yang goyah dan meluruskan barang yang bengkok.
  6. Pikiran yang kuat dan tekad yang besar sehingga akan tercapai apa yang dicita-citakan. Kalau mempunyai maksud apa-apa supaya mantap dan pasti akan terlaksana.
  7. Sesuai antara laku dan tutur katanya dan tidak munafik.

B. Arti Gerakan Tubuh yang berdiri Tegak seperti huruf Alif:

  1. Setelah berdiri seperti huruf Alif, kemudian kaki dibuka dengan mantap. Ini mengartikan bahwa seseorang harus selalu memiliki sifat kesatria dan jauh dari sifat tercela, serta berani mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dalam bahasa Jawa, “luwih becik mati mbegagah tinimbang mati nguncupake tangan nekuk dengkul”.
  2. Duduk pada tumit berat badannya dibebankan pada tumit sendiri, yang menandakan seseorang menyadari akan tanggung jawabnya dalam hidup ini.
  3. Telapak kaki jinjit artinya dalam segala tindak tanduk harus berhati-hati. Seseorang harus berhati-hati dalam pikirannya, berhati-hati dalam kata-katanya, dan berhati-hati dalam perbuatannya. Inilah yang dikatakan “nastiti ngati-ngati”.
  4. Tangan menyilang dengan membantu meringankan beban pada tumit, menandakan seseorang senang menolong orang yang membutuhkan dan senang bergotong royong.
  5. Dua jari melambangkan hubungan antara dua hal yang saling membutuhkan, seperti antara pria dan wanita, siang dan malam, dan lain-lain.
  6. Dua jari juga melambangkan hubungan antara manusia dengan Allah SWT.
Tuhan selalu dekat dan mencintai manusia, namun manusia seringkali menjauh dari-Nya. Oleh karena itu, sebagai warga SH, kita harus selalu dekat dengan Tuhan dan bersyukur atas rahmat-Nya. Jika kita bersyukur atas rahmat-Nya, maka rahmat tersebut akan terus berkelanjutan. Dua jari menunjuk ke tanah yang merupakan simbol dari Ibu Pertiwi atau tanah air kita. Kita dapat hidup dari hasil bumi yang diberikan oleh Ibu Pertiwi seperti makanan dan minuman. Oleh karena itu, sebagai warga SH, kita harus memiliki cinta terhadap tanah air kita dengan arti berani membela tanah air kita dari serangan musuh yang mengancam sampai titik darah terakhir (rela mati demi Ibu Pertiwi). Hal ini juga tercermin dari nilai yang tersirat, bahwa kita harus memuliakan ibu kita (yang telah melahirkan kita). Sebagai warga SH, kita harus berbakti kepada ibu yang melahirkan kita dengan tidak menyakiti jiwanya dan raganya.

C. Arti Pola Langkah dari Gerakan Kedua Jari Menunjuk ke Atas:

  1. Menurut yang tersurat, gerakan ini menunjuk kepada “Bapa Angkasa” atau adanya pencipta alam semesta yang telah menciptakan manusia agar hidup di bumi ini dengan menghirup oksigen. Artinya sama dengan arti yang disebutkan di atas.
  2. Menurut yang tersurat, gerakan ini juga menunjukkan kepada bapak kita yang telah mengukir kita dan memberikan hidup kepada kita.

D. Pengertian Pola Langkah dari Gerakan Kedua Jari yang Menunjuk ke Atas:

  1. Tangan yang digerakkan ke atas dengan posisi mengepal memiliki arti “nggegem sedulur papat kiblat lan kalima pancer”, yang merupakan lambang dari logo PSHT.
  2. Tangan yang mengepal juga memiliki arti memohon perlindungan agar dapat menghalau segala musuh lahir dan batin dengan keyakinan bahwa kita akan dapat menyelesaikan semua masalah dengan baik.
  3. Dua jari yang menempel di pilingan memiliki arti berpikir selalu bersih, ingat dan menghormati Tuhan, orang tua, guru, sesama manusia, dan menghormati agama lain. Dengan memiliki watak hormat dan “tansah eling”, maka jika seseorang merendahkan orang lain, bersikap sombong, kikir dan lain-lain, ia tidak akan mendapat tempat di hati warga Setia Hati.
  4. Badan yang diputar dari kiri ke kanan memiliki arti luwes dalam pergaulan yang merupakan modal hidup dalam masyarakat. Oleh karena itu, warga Setia Hati diharapkan untuk selalu supel dalam pergaulan dan “kukuh lan bakuh”. “Kukuh lan Bakuh” artinya memegang teguh pedoman dan prinsip-prinsip yang baik.
  5. Tangkisan dengan sikut memiliki arti bahwa kita dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan menghasilkan karya yang baik pula atau “mberangkas” karya atau “mrantasi gawe” dengan rasa penuh tanggung jawab.
  6. Gerakan dari berdiri jongkok lalu berdiri lagi memiliki arti tahu atas tahu bawah, tahu tua tahu muda agar dapat menempatkan diri dalam pergaulan, tahu unggah-unggah atau supan santun, yang merupakan bekal penting dalam pergaulan dan singkat disebut “angerti hawa kahanan”.
  7. Gerakan dari berdiri jongkok dan gerak lingkup pembukaan sampai akhirnya berdiri tegak seperti semula dapat diartikan sebagai lahir, hidup, dan matinya manusia, yang melambangkan siklus kehidupan.
Oleh karena itu, mari kita, warga Setia Hati, mengisi kehidupan ini dengan kebaikan dan rasa berbakti kepada Tuhan YME agar kalau kita sudah tidak ada besok, kita telah memiliki bekal amal yang banyak.
Catatan:
Pengertian gerakan tangan ke kiri dari rangkaian pola langkah dalam pembukaan  dengan ke dua jari yang menunjuk ke arah udara dan tanah yaitu artiannya sama halnya untuk posisi yang kanan.

VIII. Arti Mori Pengesahan  Dalam PSHT

Arti dari Mori dalam Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) adalah lambang, tanda, bendera, yang menunjukkan bahwa pemilik dari mori tersebut adalah warga Setia Hati Terate yang sah atau yang sudah disahkan. Mori ini berwarna putih melambangkan tujuan mori tersebut dengan kesucian hati akan selalu berbuat baik, tidak memiliki sifat tercela, dan tidak ingin memiliki barang-barang yang tidak sah. Selain itu, warna putih pada mori melambangkan pasrah kita pada Tuhan Yang Maha Esa dengan ikhlas. Kapan pun dan di mana pun kita dipanggil untuk menghadap kepada-Nya, kita sudah siap dan rela dengan tidak berat hati meninggalkan dunia yang fana ini.
Ketika kita sudah siap, rela dan ikhlas dalam berjalan menuju Tuhan Yang Maha Esa, kita akan berangkat dengan tenang dan tanpa harus menghadapi sakaratul maut yang sangat berat. Namun, jika kita menyatakan siap, maka kita harus mempersiapkan diri dengan bekal yang cukup. Oleh karena itu, warga SHT semakin memperkuat keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui agama yang dianutnya dan juga melalui pelaksanaan pelajaran ke-SH-an yang telah dipelajari.
Mori tersebut harus disimpan di tempat yang bersih agar kita selalu teringat dan merasa terpanggil untuk berbuat baik serta berbudi luhur yang dapat membedakan antara benar dan salah.
Bila kita bepergian jauh, sebaiknya membawa mori pengesahan untuk kendit (dalam bahasa Jawa disebut “kendit” yang berarti “ikat pinggang”). Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan kecelakaan yang dapat merenggut nyawa kita, atau dalam perjalanan kita meninggal dunia dan jasad kita ditemukan, orang yang menemukannya tidak kesulitan mencari pembungkus. Hal ini juga akan membuat orang yang menemukan jasad kita tidak kesulitan mencari pembungkus dan tidak merepotkan orang lain. Mori bukanlah lambang pembungkus mayat.
Di dalam organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate, kebiasaan atau adat budaya dalam mencuci mori biasanya dilakukan pada bulan Suro atau Muharam. Namun sebenarnya, mori tidak diperkenankan dicuci dengan cara digosok, melainkan hanya dirinse saja. Hal ini dilakukan sebagai pralambang agar kita selalu menjaga nama baik kita sampai akhir hayat. Oleh karena itu, semakin lama kita hidup, semakin harus berusaha menjadi pribadi yang baik dan tidak semakin buruk.
Sebagai warga PSHT, kita perlu diingatkan dengan tegas bahwa mori tersebut jangan dipuja-puja, dianggap memiliki kekuatan gaib yang hebat, atau dikutuk. Hal ini dapat merusak keimanan saudara dan mengarah pada kemusyrikan. Yang perlu diingat dan dijalankan adalah sifat mori yang putih dan lambang kesuciannya.
Demikianlah penjelasan singkat mengenai mori pengesahan bagi warga Setia Hati Terate. Semoga penjelasan ini dapat diterima dengan baik dan tidak menimbulkan pandangan negatif bagi mereka yang kurang memahami arti mori pengesahan tersebut.
Catatan:
Mori putih yang dimaksud adalah kain yang berwarna putih. Mengenai bahannya, dapat menggunakan bahan apapun, seperti beludru, katun, sutera, dan lain-lain. Namun, biasanya mori yang digunakan untuk pengesahan terbuat dari bahan katun yang sederhana dan murah. Hal ini melambangkan bahwa warga Setia Hati Terate harus hidup sederhana dan menciptakan kemauan atau cita-cita yang sesuai dengan keadaan yang ada.

IX. Piagam

A. Hakekat Hidup

Bahwa sesungguhnya Hakekat hidup itu berkembang menurut kodrat iramanya masing-masing menuju kesempurnaan; demikian kehidupan manusia sebagai makhluk tuhan yang terutama hendak menuju ke keabadian kembali kepada Causa Prima..
Titik tolak segala sesuatu yang ada melalui tingkat ke tingkat, namun tidak setiap insan menyadari bahwa apa yang di kejar-kejar itu telah tersimpan menyelinap di lubuk hati nuraninya.
SETIA HATI sadar menyakini akan hakiki hayati itu dan akan mengajak serta para warganya menyikap tabir/tirai seluruhh hati nurani dimana “sang mutiara hidup” bertahta.
Pencak Silat, salah satu ajaran Setia Hati pada tingkat pertama, berintikan seni olahraga yang mengandung unsur pembelaan diri untuk mempertahankan kehormatan, keselamatan, dan kebahagiaan dengan kebenaran terhadap setiap penyerang. Setia Hati sadar dan yakin bahwa sebab utama dari segala rintangan, malapetaka, dan lawan kebenaran hidup yang sesungguhnya bukanlah manusia, makhluk, atau kekuatan yang di luar dirinya. Oleh karena itu, pencak Silat hanyalah syarat untuk mempertebal kepercayaan kepada diri sendiri dan mengenal diri pribadi.
Maka, Setia Hati, pada hakekatnya, tidak hanya mengingkari segala martabat keduniawian dan tidak kandas pada pelajaran pencak Silat sebagai pendidikan ketubuhan saja. Lebih dari itu, Setia Hati menyelami lambang pendidikan kejiwaan untuk mencapai kepuasan hidup abadi yang lepas dari pengaruh rangka dan suasana.
Sebagai syarat bentuk lahir, dibentuklah organisasi persaudaraan “SETIA HATI TERATE” sebagai ikatan antar saudara “SETIA HATI” dan lembaga yang bergawai sebagai pembawa dan pemancar cita.
Manusia yang berjiwa kuat adalah manusia yang tidak banyak beralasan dalam segala hal.
Berbudi luhur menurut SETIA HATI adalah orang yang mengerti benar dan salah, dan ketika sudah mengerti, hanya melaksanakan hal-hal yang benar atau memecahkan masalah dengan akal sehat.

B. Panca Dasar “SETI HATI TERATE”

PANCA DASAR “SETIA HATI TERATE”
  1. Persaudaraan
  2. Olah raga
  3. Kesenian
  4. Bela diri
  5. Mental kerohanian

Ad. 1. Persaudaraan :

Kumpulan kumpulan manusia yang menganggap orang lain menjadi keluarga sendiri ( seperti saudara sekandung)

Ad. 2. Olah Raga :

Ialah manusia itu jasmaninya harus dijaga diopeni, jadi jika berolahraga janganlah terlalu payah dan janganlah diam saja (aleman).

Ad. 3. Kesenian :

Ialah diambil dari keindahannya, jadi orang SH harus tahu seni dan kesenian.

Ad. 4. Bela diri

Ialah sangat berguna untuk menegakan keadilan untuk membela kelestarian hidup, pembelaan diri tidak hanya dengan pencak Silat saja, dengan cara ramah tamah, sopan santun, juga suatu bela diri.
Contoh : kalau seorang menderita sakit dan bisa sembuh itupun juga merupakan bela diri.

Ad.5. Kebatinan :

Ialah sumber azas Tuhan Yang Maha Esa untuk mencapai budi luhur guru kesempurnaan hidup.

X. Tujuan Setia Hati Terate

  1. Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
  2. Taat dan Patuh Kepada Orang Tua dan Guru
  3. Mencari Persaudaraan
  4. Membentuk Manusia yang Berbudi Luhur tahu Benar dan Salah

Ad. 1 . Mencari persaudaraan

Maksudnya ialah persaudaraan yang kekal dan abadi yang merupakan saudara sekandung tanpa membedakan yang satu dengan lainnya.

Ad. 2 . Membentuk Manusia Berbudi Luhur Tahu Benar dan Salah

Maksudnya ialah manusia yang bertindak, tahu empan pupun.

Arti istilah benar atau salah.

Istilah benar atau salah ialah suatu pekerjaan yang dikerjakan tidak mengakibatkan kerugian, jika kebenarannya lebih banyak dari kesalahannya maka dinyatakan benar.
Istilah salah ialah suatu pekerjaan yang dikerjakan tidak mengakibatkan untung dan rugi, jika manusia itu lebih banyak melakukan kesalahan daripada kebenarannya, maka orang itu dianggap salah.

Benar ada dua macam :

  1. Benar untuk Sendiri
  2. Ialah kebenaran yang di akui dari diri kita sendiri.

  3. Benar untuk Umum
  4. Ialah kebenaran yang di akui oleh banyak.

XI. Arti Lambang “SETIA HATI TERATE”

  1. Segi Empat
  2. Kiblat papat lima pancer

  3. Dasar warna hitam
  4. Dasar warna hitam melambangkanbahwa persaudaraan dalam SH itu kekal abadi (langgeng) dan subur.
    Sifat kekal abadi:

    • Kesabaran
    • Persaudaraan
    • Tahu akan hukum-hukum benar dan salah
  5. Jantung berwarna putih dengan berbatas merah Artiya suatu lambang cinta kasih yang terbatas
    • Putih adalah cinta kasih yang suci, sedang batas merah adalah kejam
    • Cinta kasih yang terbatas suatu pembunuhan
      Contohnya: Misalnya seorang kekasih/isteri yang menderita suatu penyakit dan dilarang makan suatu makanan, bila ia minta minta makanan itu kita harus tegas melarangnya.
      Peribahasan: Wis to dik, mbok olehmu koyo-koyo meres, gelih tatap ora bakal tak menehi nangling mbsuk yo yen wis mari njaluk sepiro waton dudu lintang lan mbulan mesti tak golek ako.
  6. Jantung bersinar
    • Yang dipancarkan orang SH terate adalah cinta kasih
    • Jantung putih cinta kasih suci. Hikmahnya
    • Dengan cinta kasih, manusia bisa dikalahkan
    • Contoh: pria cinta wanita, berarti pria itu dibawahnya, juga sebaliknya. Cinta itu tidak memelu yang memerlukan harta benda

  7. Sinar
  8. Melambangkan jalan hukum karma dunia (hukum timbal balik) Contoh :
    Nek ora gelem diidoni kawi yo ojo ngidoni. Jadi jangan menyakiti orang lain kalau tidak mau disakiti.
    “wong naglah iko luhur wekasane”

  9. Bunga terate.
    • Adalah bunga yang megah dan indah, jadi melambangkan orang SH walau bagaimana bentuknya haruslah simpatik dan berwibawa.
    • Kumpul wong sugih ora ketuk mlaroto
    • Kumpul wong goblok ora minteri
    • Kumpul wong pinter ora ingah – ingih.
    • Ada yang kuncup setengah mekar dan mekar sekali, artinya walaupun orang SH terdiri dari bermacam-macam golongan masyarakat. Misalnya golongan kaya, golongan miskin, golongan pandai/bodoh, semua derajatnya sama itu semua dianggap sebagai saudara sekandung.
  10. Pita Garis Tegak
    • Putih merah putih melambangkan bahwa orang SH itu harus berdiri tegak di atas keadilan.
    • Berani karena benar takut karena salah atau keadilan terletak di tangan Tuhan YME.
  11. Senjata
    • Melambangkan bahwa orang SH itu harus mempunyai senjata atau pembelaan diri untuk membentengi. dirinya.
    • Warga SH itu didik, tidak berjiwa lemah melainkan berjiwa satria.
    • Orang SH itu hanya berjiwa kuat.
    • Contohnya :
      Suatu negara dimana penduduknya ramah tamah bila tidak mempunyai pembelaan diri pasti akan dihina orang lain.

  12. Persaudaraan
    • Inilah sebagai dasar dari SH Terate. Tidak ditambah pencak Silat berarti bukan orang SH Terate lagi tetapi bila ditulis persaudaraan SH Terate.
    • Walaupun sudah tidak bisa pencak Silat tetap sebagai orang-arang SH Terate bila orang itu sudah disyahkan sebagai warga.
  13. Setia Hati
  14. Artinya percaya kepada diri sendiri. Tidak ditulis suci hati, karena tidak cocok dengan tujuan SH.

  15. Terate
  16. Lambang bunga terate bukan sembarang nama tetapi nama tetapi nama yang diberikan oleh Eyang soro sewaktu beliau bersemedi dan mendapat ilham bahwa perkumpulannya supaya diberi nama “SETIA HATI TERATE” agar dapat langsung kekal abadi selama-lamanya.

XII. Falsafah Setia Hati Terate

Maksud Falsafah Setia Hati Terate yaitu :
  1. Jujur
  2. Amal
  3. Tidah perlu takut pada lawan
  4. Tidak boleh iri pada. kepandaian orang lain
  5. Tidak boleh putus asa
Manusia Dapat Dihancurkan; Manusia bisa Dimatikan; Tetapi Manusia Tidak Dapat Dikalahkan, Selama Manusia Itu Masih Setia Pada Hatinya Sendiri.
  • Aluwung tak entengake patiku tinimbang aku kalah. Sebab : Bungah, susah, kendhel, jireh iku duwene menungso. Pati,urip, rejeki, jodoh iku duwene gusti Allah.
  • Cilik ora kurang bakal, gede ora turah bakal, waton isih gade durung karuan yen kalah.
  • Sepiro gedene sengsoro, yen tinampa amung dadhi cobha.
  • Ojo dhumeh.

XIII. Pedoman Setia Hati Terate

  1. “Nandur telo thukul telo uthowo nandhur becik tukhul becik nandhur olo tukhul olo” maksudnya: Siapa yang menanam kebaikan akan mendapat balasan kebaikan, Siapa yang menanam kejahatan akan mendapat balasan kejelekan.
  2. Orang SH itu sifatnya mengalah, mengalah itu ada batasnya. Segala persoalan diselesaikan dengan baik dan damai tetapi apabila dianggap jelek/sepele kita akan menghadapinya dengan dada terbuka / secara jantan.
  3. Cik ocak acik mrico polo tak gawe dakon karepku tak gawe becek dianggep polo monggo mawon untuk memperkuat tali persaudaraan.
  4. Musuh jangan dicari, kalau ada musuh jangan lari.
  5. Maksudnya : wedi ning ya wani, ora wedi ning ya ora wani artinya :

    • ora wani yaiku nyerang ndisiki
    • ora wedi yaiku wani yen ono sing are ngancurake awake dewe.
  6. SH terate sing sopo menang sewenang mesti ora bakal lestari anggone menang, nanging sing sopo kalah ora ngakoni kalah mesti bakal lestari anggone kalah.
  7. Seorang pencakar/pendekar tidak perlu berbadan besar
  8. Gono lan lopo kalah  kalawan sabar lan narimo
  9. Suro dhiro joyo ningrat lebhur dhening phangastuti
  10. Sopo suci adoh beboyo pathi, sopo kakehan milik bakhal kaliren wekhasane.

XIV. Pepacuh Larangan Setia Hati Terate

1. Orang SH tidak boleh manyerang lebih dahulu

Orang SH tidak boleh manyerang lebih dahulu, sebab orang yang tidak manyerang lebih dulu itu banyak selamatnya Ki Ageng Suro ngendiko:
“Wong sing ora gelem nyerang dhisik iku akeh selamete tinimbang cilakhane”
Sabab-sebab tidak boleh menyerang lebih duhulu:
Perumpaannya dari orang yang akan menyerang terlebih dahulu itu dari dalam hatinya berujar seperi “Awas! , aku akan menghancurkan dirimu!” sedangkan makna hukum Hancur itu wilayah kekuasaan Allah SWT, maka “Allah SWT tidak akan mengijinkan aau tidak akan rela bila miliknya akan dirusak, terlebih yang akan dirusak itu memberikan banyak manfaat yang positif di dunia. Maka orang yang tidak menyerang lebih dahulu iru banyak selamatnya daripada celakanya. Karenanya itu, apabila diri kita dipukul kita wajib membalas memukul , namun untuk lebih baiknya itu memaafkan.
Karena itu ada ungkapan terhadap perilaku tersebut dari sanepan bahasa jawa yait “Awakku iki titipane sing gawe urip! , yaiku Gusti Allah SWT”. Mula iku kewajibane wong kang dititipi kuwi, ngopeni lan njogo marang titipane mau, sing maksude “Molo iku loro’ ya kudhu ditambhani, nanging yen Reget yo kudhu diresik’i, ya dhisandhing lan sak panunggalane. Mula yen awakku iki arep dhirusak uwong mesti uwing sing duwe ora lilo. Keno diumpamake barang yen barang kuwi mau arep dhi rusak uwong mau ora nesu, ananging sing nesu utawi dhuko yaiku sing nduwe barang.
Mongko sing dhuweni awakku lan sing ngutus aku ikut dhuka “yen awakmu arep dhirusak marang liyang, mulo jogonen” wiwit sak dhino iki.

2. Orang SH tidak boleh merusak “PAGER AYU / BAGUS”

Maksudnya :
Bukan hanya berbaku hantam saja terhadap sesama warga SH melainkan juga termasuk bertengkar, pertengkaran pasti akibatnya dendam dan sentimen.
Maksudnya:
Bukanlah merusak suami/isteri orang lain, tetapi penggunaan Pager Ayu: krayon/bagus. Siapa yang melanggar pasti tidak akan merasa nyaman. Misalnya: Kita sudah tahu bahwa dia sudah menikah, namun kita sengaja menggoda (ndemeni) dia.

3. Orang SH tidaK boleh “Kupus Ijo” (merusak)

Orang SH tidak boleh melakukan “Kupus Ijo” (merusak) gadis remaja atau wanita yang masih perawan dan belum kehilangan selaputnya. Maksudnya adalah jika kita berpacaran dan sudah saling menyukai, kita harus tetap menjaga batas-batas yang sehat dan tidak melibatkan hubungan seksual yang tidak bertanggung jawab. Inilah yang dimaksud dengan kupus ijo.

4. Tidak boleh berkelahi sesama wargas SH

Tidak boleh berkelahi dengan sesama orang SH, yang tidak hanya terbatas pada tindakan fisik seperti berbaku hantam, namun juga termasuk pertengkaran dan perdebatan yang dapat menimbulkan dendam dan perasaan tidak senang di antara sesama anggota komunitas.

XV. Arti Persaudaraan dan Setia

1. Arti Kata Persaudaraan dan Setia

  • Persaudaraan
  • Persaudaraan adalah suatu hubungan batin antara manusia yang sifatnya seperti sekandung.

  • Setia
  • Setia adalah suatu hubungan manusia jiwa manusia yang sanggup menanggung bersama-sama segala cobaan di dunia. Setia tidak terlihat dengan manusia tersebut, entah bersaudara entah tidak.

2. Persaudaraan di SH mengenal hukum SH yaitu benar dan salah.

  • Apabila orang itu kebenarannya lebih banyak dari pada kesalahannya, maka orang itu dianggap benar.
  • Apabila orang itu kesalahannya lebih banyak dari pada kebenarannya maka orang itu dianggap salah.
  • Dan selalu diingat bahwa seumpama ada laporan/berita, selalu diterima tetapi belum tentu semua laporan itu dimasukan ke dalam hati.

3. Bukti persaudaraan

  • Adanya sambung.
  • Saling mong tinemong.
  • Saling tolong-menolong.
  • Dalam segala hal tiada yang sentimen.

4. Cara memelihara persaudaraan

  • Janganlah hendaknya memutuskan persaudaraan begitu saja, hanya karena disebabkan kesalahan yang sepele.
  • Bila hanya kesalahan yang sepele itu, maka harus dimaafkan.
  • Orang yang baik, kalau soal-soal yang kecil dia akan mengalah, tetapi kalau soal yang besar dia bersedia untuk mengorbankan dirinya sampai titik darah penghabisan. Soal yang besar artinya yang tidak dapat ditebus dengan apa-apa.
  • Orang yang dekat/disenangi Tuhan ialah orang yang disenangi pula oleh orang banyak.
  • Makin tinggi tingkahnya, makin banyak pula tanggung cacatnya/kekurangannya.
  • Makin banyak cacatnya, makin banyak pula pahala dan makin dekat dengan Tuhan nya.

5. Ciri-ciri orang SH dan Kewajibannya

  • Ora nggumunan.
  • Bijaksana.
  • Ora dahuen.
  • Melatih, artinya:
    • Ikut membimbing.
    • Ikut mempertahankan.
    • Ikut menciptakan manusia baru.
  • Berbicara.
  • Memberi contoh.
  • Dalam masyarakat, “Olo tanpa rupa yen Lumandang umung sedelo”.

6. Etika SH Terate

  • Saling menghormati.
  • Saling tanggung jawab.
  • Saling cinta mencintai.

XVI. Hal-hal Yang Harus Diketahui

Mengapa di SH Terate yang dianjurkan pembelaan dirinya “pencak Silat“, mengapa bukan pembelaan diri yang lain? Sebab: Pencak Silat dalam SH Terate adalah suatu pembelaan diri atau suatu pegangan yang ditinggalkan oleh pini sepuh SH terate untuk diturunkun kepada Warganya dan pencak SH adalah pembelaan diri asli bangsa Indonesia.
  1. Seorang SH Terate tidak boleh mempunyai pikiran untuk mengalahkan orang lain, tetapi juga tidak perlu khawatir dapat dikalahkan orang lain/ lawan.
  2. Orang SH itu Tego larane ora tega patine.
  3. Orang SH itu tidak pernah kesepian.
  4. Orang SH itu tidak mengenal jalan buntu dalam menghadapi segala hal-hal yang sulit, kesukaran yang memang berat, namun akan tetapi dianggap sebagai kebiasan.
  5. Suatu jalan untuk mempererat persaudaraan di dalam SH Terate adalah dengan Jalan melalui tingkatan kasar (Pencak Silat).
  6. Orang SH tidak boleh cepat marah, segala sesuatunya harus dipikirkan masak-masak dahulu.
  7. Sekali diam, bila ada soal yang sulit, harus menjadi pelopornya.
  8. Semua berita/laporan sebaiknya didengarkan dahulu, tetapi jangan dimasukan dalam hati. Hal ini dikarena semua berita harus diklarifikasi bukti empirisnya, sehingga tidak mudah menjadi manusia yang “kabur kanginan”.
  9. Seseorang dapat berbuat dosa tanpa berbuat sesuatu.
  10. Wong lku yen diwenehe patine ketemu uripe, dhiwenehi rekasane sing ketemu bejone, yen sing digoleki kesalahane malah ketemu cilakane.
  11. Pada umumnya orang takut pada 4 (empa) macam :
    • Takut malu
    • Takut salah
    • Takut sakit
    • Takut mati
  12. Tetapi sebenarnya kita tidak boleh takut sebab kita :
    • Takut malu, setiap orang pasti pernah menndapat malu,
    • Takut salah, setiap Orang pasti pernah melakukan kesalahan,
    • Takut sakit, setiap orang pasti pernah menderita sakit,
    • Takut mati, setiap orang na.ntInya akan mengalami mati.
  13. Sakit ada 3 (tiga) macam:
    • Sakit karena alam (memarng sakit) dapat disembuhkan.
    • Sakit dibuaut orang, dapat disembuhkan.
    • Sakit ngundhuh wohing pekerti tidak dapat disembuhkan.
  14. Agar sambung menjadi baik:
    • Permainan dhasar baik (senam dan jurus)
    • Teknik praktek
    • Tatak ing ati (tatak, tetek, tutuk, ‘yakin’)
  15. Di SH tidak ada sistem
    • Bapak’isme, Sentral’lisme, Kyai’isme dan sebagainya seperti pada pencak lainnya.
    • Contoh: Pada sistem bapakisme itu adalah apabila pemimpinnya kalah, maka semuanya kalah tetapi SH Terate jika yang satu kalah belum tentu yang lain bisa dikalahkan. Menang kowe bejo kowe, ciloko aku, dhene yen kowe kalah yo ojo alok.

  16. Persaudaraan SH Terate dapat kekal abadi karena :
    • Persaudaraan didasarkan atas kesabaran.
    • Mengenal ukuran benar dan salah.
    • Di SH tidak ada istilah pensiunan pencak- Silat.
    • Cara bermusyawarah, semua laporan diteriama, tetapi belum tentu dimasukkan dalam hati
    • Menghilangkan rasa bosan.
    • Orang SH tidak pernah kesepian maka belumlah sempurna keSHan PSHT – annya. Bila ia tukang becak ia akan menjadi pimpinan tukang becak dan lain – lain

  17. Pencak Silat itu dlumpamakan sebagai senjadata api, apabila yang memegangnya adalah seorang penjahat, maka ia mengakibatkan perbuatan yang jelek/terkutuk, tetapi bila yang memegangnya anggota ABRI/hansip umpamanya, maka akan amanlah keadaanya
  18. Karma itu tidak berlaku pada kewajiban, misalnya membunuh pada waktu perang, orang menjalankan kewajiban dengan sebaik-baiknya/demi kebenaran.
  19. Orang yang berjiwa besar, biasanya akan mengalah dalam hal-hal kecil.
  20. Orang hidup bila sudah sempurna digambarkan dalam 3 pewayangan:
    • Janaka
    • Pandhowo
    • Kresno
  21. Orang yang sudah sempura ilmunya:
    • Ora nggumunan
    • Ora kagetan
    • Pendiam
    • Yakin lan Wani ngelakoni
  22. Syarat-syarat orang hidup ada 3 ciri
    • Wiryo
    • Arto
    • Winasih
  23. Semuanya ini tidak langgeng, yang langgeng hanyalah perbuatannya manusia itu sendiri
  24. Keterangannya:
    Dalam SH disebutkan manusia tidak akan bisa menderita bila manusia itu menuruti panggilan hidup, menuruti kehendak alam SH mempunyai ukuran pandangan hidup yang mendalam Kenalilah diri sendiri dengan mengenal diri sendiri anda akan tahu tempat anda sendiri dan fungsi anda sendiri. Hak manusia hidup bahagia sejahtera. Kalau manusia tidak bahagia manusia itu tidak dapat menempati tempatnya sendiri. SH didirikan tidak hanya bahagia sejahtera tetapi bahagia dunia akhirat. Kalau kita kumpul dan makan, maka orang itu baik apabila anda Sudah disyahkan tetapi ilmu tidak dikembangkan maka anda berdosa Gagal kalau orang itu tidak berani mengulangi cita-citanya sendiri Sabar ialah orang yang percaya pada dirinya sendiri artinya dia yakin dan yakin pasti cita-citanya tercapai.

  25. SH didirikan untuk tujuan yang lebih luhur, jadi SH tidak hanya khusus mempelaiari pencak Silat saja. Dengan pencak Silat kita mempercayai kepercayaan diri sendiri mempunyai jiwa yang sehat dan kuat.
  26. Di SH disebutkan bahwa sesungguhnya manusia itu tidak dapat sengsara apabila manusia itu tidak memenuhi panggilan hidupnya jadi jelaslah SH didirikan dengan tujuan untuk beramal
  27. Bersatu supaya bisa merasakan hidup didunia dan akhirat manusia adalah makhluk yang tertinggi derajatnya dan diharapkan manusia dapat hidup berbahagia.
  28. Manusia dapat merubah nasibnya asal:
    • Manusia berpikir sehat
    • Berintuisi sehat , perasaan good feelling.
    • Di SH tidak ada istilah ndisiki Kersaning Allah SWT, oleh karena kehendak Allah itu tidak dapat didahului.
  29. Manusia yang berbudi ialah manunsia yang tidak bersalah, tahu berbakti kepada :
    • Tuhan Yang Maha Esa
    • Ibu dan bapak
    • Guru dan sesamanya
  30. Hukum Manusia ialah apabila orang itu melanggar tata tertib yang telah ditetapkan oleh seseorang kepala, jika dilanggar akan mendapat hukuman/sangsi.
  31. Hukum Tuhan Yang Maha Esa ialah apabila orang itu menegakan agama muka orang itu akan mendapat pahala dan apabila orang itu tidak menganut akan tegaknya/melanggar perintah Allah maka orang itu akan berdosa
  32. Larangan orang SH :
    • Tidak boleh menyerang dahulu dalam perkelahian
    • Tidak boleh merusak pager ayu/bagas
    • Tidak boleh moros ijo/merusak poros ijo
  33. Tercapainya suatu tujuan:
    • Resik ing ati
    • Manteb ing Tekad
    • Menenging ing budi
    • Kareping laku (benar lakune)
  34. Wong urip iku mesti kelangan, lan kudu keno kanggo memayu hayuning bhawono, yang artinya : ialah berbuatlah sesuatu untuk kebahagiaan masyarakat besar.
  35. Seperti bunga terate “Kumpul ora awor, cedak ora sanggolan”
  36. Pencak silat sering didemontrasikan karena :
  37. Untuk mengembalikan kepribadian nenek moyang kita bahwa pencak silat mengandung kesenian dan kepribadian bangsa Indonesia pada umumnya.
  38. Di SH tidak tergantung pada suatu agama saja, tetapi mengakui seluruh agama yang baik yang mengakui adanya Tuhan.
  39. Kepercayaan tanpa pengertian maka kepercayaan itu awut – awutan
  40. Apa yang akan menimpa diri saudara , sesungguhnya sumber dari diri saudara sendiri dan saudara akan menempati tempat yang saudara anggap kuasa bagi saudara sendiri.

XVII. Riwayat “Setia Hati Terate”

SH Berdiri pada tahun 1903

  1. Pendiri SH mula – mula : KI NGABEHI SOERO DIWIRJO
  2. Murid tertua ialah: Ki Hadjar Hardjo Oetomo, yang bertempat tinggal di desa Pilangbangau Kota Madiun – Jawa Timur.
  3. Ki Hadjar Hardjo Oetomo atas persetujuan Ki Ageng Suro Diwirjo, SH Terate pada tahun 1922.

SH Terate pecah menjadi 2 (dua)

  1. SH Terate
    • Sifatnya  berorganisasi  dan  tiap  2  tahun  sekali mengadakan kongres untuk menyamakan tehnik dan kebaktian.
    • Berorganisasi artinya bukan berorganisasi politik , SH tidak bernaung pada organisasi politik tetapi SH organisasi pada persaudaraan / sosial.
  2. SH Winongo
  3. Sifatnya tidak berorganisasi, pada SH winongo begitu ada orang masuk menjadi anggota langsung disyahkan, namun berbeda dengan di SH Terate bahwa seorang yang ingin menjadi anggota maka harus melalui tahapan latihan dari siswa, karena bagi anggota SH Terate harus melalui dan mengalami ujian – ujian serta memenuhi hukum dan jurus, maka baru dapat disyahkan sebagai warga SH Terate tingkat 1 (satu).

Ki Ageng Suro Diwirja berasal dari surabaya (asli), mulai umur 14 tahun Beliau berkeliling indonesia dan pergi ke tiongkok untuk menambah pengalaman dan ingin mengetahui ilmu pencak silatnya. Adapun untuk membiayai perjalanan beliau bekerja sebagai pengemudi dokur/kusir. Beliau mempunyai 2 orang istri, istri yang satu dari medan, sedang istri yang kedua dari Bandung. Dari istri yang kedua mempunyai 3 orang putera dan puteri tetapi semuanya meninggal dunia. Ki ageng suro Diwirjo wafat pada tahun 1954. Pencipta Senam Bp Ersad Hadi Widagno toya didapat dari Jakarta.

XVIII. Hal Penting untuk Pelatih

  1. Seorang palatih harus dapat/bisa membimbing siswanya, sebab kalau tidak bisa akan dapat diperalat oleh siswanya.
  2. Seorang warga yang disyahkan lebih berguna dan dapat dipercaya dari pada 1.000 orang siswanya.
  3. Gerakan yang tidak mengurangi tenaga, ialah gerakan yang tidak mangeluarkan nafas.
  4. Bila murid/siswa SH yang dalam latian melihat kesana kemari dan kelihatan sering tidak tenang serta bergurau Saja maka ia tidak dapat dipertanggung jawabkan dalam SH Terate.
  5. Cara Menghindari lawan lebih dari satu orang:
    • Jangan sampai terkepung dan usahakan jangan sampai menangkis dengan mengangkat kaki sutu.
    • Harus mempunyai medan pertempuran.
    • Musuh yang terlemah harus dihancurkan terlebih dahulu,
    • Jangan main bawah.
    • Tangkisan hanya dengan Lengan saja.
    • Kalau musuh di depan tendangan ‘A”, kalau musuh di samping tendangan “T”.
    • Caranya harus berputar, putar untuk mengambil nafas.
    • Jangan terlalu banyak mengeluarkan tenaga.
      • Jika menghadapi tamu yang mencurigakan lebih dari satu orang :
      • Dalam keadaan duduk dikursi kita harus menempati kursi yang paling pojok/sudut.
      • Kalau kita menyerang sendirian, kursi kita pegang sambil diayunkan, sedung kaki membantu menedang pada musuh/Iawan.
      • Bila mereka maju bersamaan, kita meloncat sambil berdiri atas kursi melayani musuh dangan kaki kita.

XIX. Sospel

  1. Gunanya:
    • Mempertunjukkan kepada umum bagaimana tehnik pencak silat itu pada gerakan sendiri .
    • Mempertahankan prestasi kita, untuk mempertajam perasaan dalam mengikuti suasana/keadaan.
  2. Rahasianya: 
  3. Semua gerakan tidak boleh dipikir/reflek dan berperasaan bahwa gerakan saya adalah yang paling benar dan paling gagah.

  4. Isinya:
  5. Menggambarkan kita menghadapi musuh

  6. Mimik
  7. Jangan melelet/plilikan, harus kelihatan berwibawa. kalau ada irama yang mengiringi sesuaikan dengan irama tersebut,serta semua pukulan dijatuhkan Pada gong.

  8. Dalam hal ini harus menguasai 3 permainan
    • Pernainan atas
    • Permainan tengah
    • Permainan bawah

XX. Rahasia Pukulan

Sesungguhnya, orang yang dipukul jatuh itu bukan hanya karena kerasnya pukulan. Meskipun memang bisa saja orang jatuh karena pukulan yang keras, sebenarnya orang bisa jatuh karena tidak menyadari dari arah mana pukulan datang.
Contohnya:
  1. Misalnya, jika kita sengaja melompati tembok, kita akan cidera karena sudah siap menghadapi cidera tersebut. Tetapi, jika kita melompat tanpa melihat keadaan di bawah kita, kita bisa cidera pada kaki.
  2. Seorang pemain bola, jika mengantisipasi bola yang datang tinggi dan berhasil menghindar, tidak akan mengalami cidera. Tetapi jika ada orang yang sedang berjalan-jalan dan tidak sadar, lalu bola itu mengenai kepalanya, tentu saja orang tersebut akan jatuh.
Jadi, agar pukulan dapat menjatuhkan, disarankan untuk tidak menggunakan awalan tertentu dalam teknik pukulan maupun tangkisan. Ada tiga macam tangkisan yang dapat dilakukan:
  • Tangkisan dengan menghindar (yang terbaik).
  • Tangkisan dengan bantuan (jika sudah terlambat untuk melakukan tangkisan tipe no. 1).
  • Tangkisan dengan membuang/mengurangi daya pukulan dengan mengikuti arah pukulan (jika sudah terlambat untuk melakukan tangkisan tipe no. 1 dan 2).
Tanda-tanda seseorang yang menguasai teknik pukulan adalah:
  • Tendangan selalu tepat.
  • Mata menjadi tajam.
Semua orang dapat mencapainya jika dilatih secara rutin dan memiliki keyakinan yang kuat. Namun, semua teori yang diberikan harus dipraktikkan, karena:
  • Teori tanpa praktek tidak berguna.
  • Praktek tanpa teori adalah gila.
Orang yang ingin bertindak harus mengetahui teorinya terlebih dahulu sebelum melakukan praktek. Dengan praktek yang terus-menerus, fisik kita akan terlatih dengan baik dan mampu menerima perintah rohani dengan refleks. Jika seseorang akan memukul, target yang tepat adalah badan. Jika pukulan tersebut tepat pada badan, orang tersebut akan merasa kesakitan.
Oleh karena itu, dalam bergerak dan memukul, harus seimbang dan memperhatikan bagian kanan dan kiri lawan, sehingga lawan dapat jatuh dengan mudah.

XXI. Ilmu Kebatinan

Definisi:
Kebatinan adalah sumber azas Ketuhanan yang Maha Esa untuk mencapai budi luhur, guna mencapai kesempurnaan hidup di dunia akhirat.
Ilmu. kebatinan ada 2 Macam:
  1. Kebatinan Asli (berasal dari alam)
  2. Kebatinan Ilmu karang (yang harus kita jauhi)
    • Kebatinan Asli:
    • Sesuatu/semua makhluk di dunia ini dihidupi oleh apa yang dinamakan”IBU BUMI-IBU PERTIWI dan BOPO ANGKOSO -BOPO KUWOSO”. Contoh apabila kita merasakan khawatir, takut dan sebagainya kita tentu akan mengambil nafas panjang dan ini tanpa kita sadari, kita telah minta bantuan kekuatan kepada Bopo Angkoso itu namanya zat kesah, zat kesah adalah makanan malaikat.
    • Perbedaan antara manusia hewan dan malaikat :
      • Manusia mempunyai nafsu roh dan jasad.
      • Hewan mempunyai nafsu dan roh
      • Malaikat hanya mempunyai roh dari dalam manusia dan hewan makanannya berasal dari bumi
    • Dasar untuk menjalankan Kebatinan Asli
    • Mengambil zat di Alam ini yaitu zat resik, sedangkan caranya ialah menjalankan pernafasan.
      • Guna kebatinan asli (dasar) : Untuk menambah wibawa dan pribadi yang tinggi serta menghilangkan rasa takut dan segala/deg-degan/ gemetar.
      • Cara menjalankan pernafasan.
      • Sikap dengan duduk/bersemedi sikapnya:

        1. Alas duduk bersih
        2. Tangan diatas Iutut, sikapnya seperti orang yang meminta dengan kedua tangan terbuka
        3. Pakaian harus dikendorkan dan pada. waktu menjalankan ilmu pernapasan tidak boleh bersentuhan dengan orang lain
        4. Muta dipejamkan dan badan di bawah
        5. Dada dibusungkan (jika tidak kuat).
      • Caranya :
        1. Ambil nafas latu simpan di dada
        2. Pindahkan keperut, ke dadu, ke perut, ke dada lalu keluarkan
        3. Cara menghitung perpindahan dari perut ke dada adalah, bilangan genap, jadi : 1 – 2 (naik 3,5 dan turun 2) ;1 – 4 ;1 -6 ;I – 8 dan seterusnya.
        4. Bila dalam pernafasan tidak kuat, maka pada bilangan terakhir harus diturunkan, misalnya 1-8 1 – 6, I – 4; 1 – 2, istirahat kira-kira 4-4 menit (nafas biasa) baru boleh bangun.
    • Dengan cara tidur terlentang/ngrogo sukmo:
      • Sikapnya:
        1. Tidur terlentang
        2. Jari tangan menghadap ke atas
        3. Mata dipejamkan
        4. Pakaian dikendorkan supaya dalam pernafasan lebih baik
        5. Enthong-enthong digatokkan/ditemukan
        6. Ibu jari kaki digatukkan (jika tidak kuat)
      • Caranya:
      • sama dengan pernafasan duduk / semedi

  3. Larangannya:
    • Pada waktu hari bolong
    • Pada waktu magrib
    • Pada waktu sakit
    • Pada waktu puasa dan kekenyangan
  4. Waktu yang baik untuk menjalankan pernafasan:
    • Waktu yang baik untuk menjalankan pernafasan/ mengambil zat basah adalah pagi hari/sabuh sekitar pUkul 08.30, harus sadar dan siang hari sekitar pukul 15.00-16.00.
    • Kebatinan ilmu karang (di SH tidak dianjarkan) ialah ilmu yang mengajarkan hal-hal seperti ora tadas dibacok, mamah beling, mengendarai mobil disikep matanya dan sebagainya. Memang Tuhan itu Maha Adil Pemuurah yang maksudnya: bila manusia itu dimintanya sarono madep mantep/ma.ntep madep, ngedeng puti cilike loro, maka tujuan itu seperti Tuhan akan memberikan apa yang dimintanya itu. Tetapi itu melanggar kehendak Tuhan,bila tujuannya seperti itu di atas. Jadi sebab manusia tidak tedas dibacok ialah : Tuhan dapat menciptakan manusia menurut kemampuan manusia tetapi manusia yang bersangkutan memaksa dirinya meminta kepada Tuhan supaya diberi kekuatan itu rohman karena sitat Tuhan itu Rohman dan Rohim, akhirnya permintaan manusia dilakukan-Nya. ENtah jelek entah baik, resikonya ditanggung sendiri bila dapat dibaca hatinya, orang itu seakan-akan berkata “Tuhan itu apa to, mosok dijaluki ora tedas dibacok wae kok .ora diolehi/biso”.
    • Karena caranya minta dengan madep- madep maka dikabulkannya tetapi kalau begini: Orang itu misalnya kalau sakit masih harus diobati, nek lawe isih mangan  sego ngambe es dan sebagainya, maka berarti orang itu biasanya menentang kehendak Tuhan.
    • Dan orang itu biasanya mendapat resikonya Tuhan dan orang-orang yang tidak tedas dibacok biasanya matinya dibacok orang, orang mamah beling biasanya matinya sekarat dan lain sebagainya.
  5. Maka harus diingat:
    • “ilmu yang benar ialah ilmu yang sederhana, sedangkan ilmu yang sederhana itulah ilmu yang asli”
    • Untuk bersemedi, telah menjadi guru ditempat lain ( setelah tingkat 1) maka waktu yang tepat untuk mendapatkan wahyu lalah pukul 24.00 WIB Sedangkan cara memohon/bemohon:
      1. Ditempat tanpa Payon/alam terbuka.
      2. Tidak memakai alas kaki.
      3. Menghadap ke Utara, apabila yang diminta ILMU
      4. Menghadap ke Timur, apabila yang diminta KEWIBWAAN
      5. Menghadap ke Selatan apabila yang diminta HARTA
      6. Menghadap ke Barat apabila yang diminta PANGKAT Takdir ialah titik diluar bidang usaha manusia.
    • Kebatinan:
    • Ialah suatu ilmu yang sifatnya menyiarkan tidak dihadapan umum Tujuannya: “Juga menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tetapi yang mengejarkan ialah orang-orang tua/orang di anggap tua oleh sesuatu golongan. Orang yang dapat menahan dan menggunakan batinya untuk “memayu hayuning bawana.”
    • Kebatinan ada 2 aliran :
      • Kekuatan hitam (Black Hagio)
      • Kekuatan Putih (White Hagio)
    • Tetapi didalam kedua golongan itu. Mereka telah saling mangenal kekuatan masing-masing, umpamanya golongan putih belum tentu tidak bisa ilmu dari golongan hitam Latihan melek:
      1. Melatih Wibawa, sedangkan syaratnya ialah tidak boleh memikir yang buruk, tetapi makan tetap biasa.
      2. Latihan Puasa.
      3. Melatih Rasa, sedangkan syaratnya tidak boleh bekerja terlampau berat dan dijaga jangan banyak melek.
      4. Tenaga Dalam ialah tenaga yang masih tertimbun di dalam tenaga yang hanya 1/10 saja yang lain masih tenggelam di dalam air. Zat pembakar menghidupi badan kita, sedang zat kesah menghidupi rooh kita Nglakoni itu jangan lah satu jalan saja yang dibuat agul – agul misalnya : Puasa saja kita harus tahu patokannya dalam berkelahi :
      5. Kudo ngguguni cilakane, OJo alon-alonan, barang iku yen dieboli malah dadi abot, yen diantepi malah dadi antep.
      6. Dengan bahasa Jawa:
      7. Isako yo ngono iki. apik yo ngono, elek yo ngono, apik apikan dowe, elek elekko dewo menang kowe, kowe begjo.Ciloko aku, menowo menang aku dak embek -embek yo ojo galo tintilmu, wong gelut iku yon ora menang yo kalah, yen ora ngeneki yo dikeneki.
      8. Sesuatu penyakit bisa sembuh oleh sesuatu makanan yang dilarang, tetapi itu boleh dilakukan asalkan tidak menjadi suatu kebiasaan.
      9. Semua yang dimakan akan menjadi.-jadi, nafsu itu biasanya dihilangkan apabila sudah keterlaluan.
      10. Contoh
      11. Misalnya orang sakit yang hanya bisa disembuhkan dengan makan darah/didih atau daging babi, maka hal tersebut. diatas boleh dilakukan, tetapi hanya sebagai obat saja.
      12. Wanita Pada 2 macam:
      13. Yang baik ialah wanita P yang diam (gumatok/menetap), sedangkan wanita P yang jelek ialah yang keluyuran. Mereka itu sebenarnya tak ada gunanya sebab mereka adalah sampah masyarakat, tetapi mereka juga berguna, dengan, adanya mereka, beribu-ribu gadis diselamatkan kagadisanya. Demikian juga dengan adanya mereka, bagi para cerdik pandai yang lainnya yang apabila mereka berpikir dihinggapi sakit-sakit kepala, yang hanya bisa disembuhkan dengan wanita P itu (tapi ini hanya kadang-kadang saja) sehingga ia dapat mencapai gelarnya Dokter, misalnya maka mereka itu berguna/berjasa juga terhadap mereka.

XXII. Syarat Pendekar Tingkat 1

A. Bahan-bahan untuk pengesahan:

  1. Sudah mendapat senam 1 s/d 90 dan Jurus 1 s/d/35 dan ditambah satu jurus (Jurus 36) sebagai kuncinya Disamping itu telah lulus ujian/test akhir tingkat polos sampai putih.
  2. Sudah dewasa
  3. Uang logam sebanyak 36 buah yang sama bentuk dan nilainya
  4. Sirih Poros (temu rose), membelinya tidak boleh ditawar apa kata penjual, ila tidak senang cukup ditinggal pergi .
  5. Pisang Rojo (rojo temen) satu tangkep
  6. Mori sak dedek sak pengawe atau 2,5 meter.
  7. Lilin beberapa yang baik
  8. Ayam jago, dengan syarat :
    • Yang tidak pedutan
    • Cukup dewasa dan berjalu
    • Tidak ciri di badan berupa apapun
    • Warna kehendak calon

*Gelas Pengesahan PHST (kutipan ini, tambahan diluar KeSHan yang diterbitkan sejak awal), jadi KeSHan ini masih asli.

B. Mori

  1. Mori maksudnya : kita sudah pasrah / menyerah
  2. Guna Mori
    • Bila kita sakit, mori kita buat komul (selimut)
    • Bila pikiran bunek/susah :mori dibuat bantal.
    • Bila pergi Jauh, mori dibuat sabuk/ikat pinggang dan sebagainya.
Bela diri itu perlu sekali bagi perempuan yang tidak ingin ditindas kelemahannya bela diri bagi perempuan bukan untuk dibangga-banggakan tetapi dipergunakan untuk menjaga diri dan melindungi kehormatan Kelemahan mental bagi perempuan , adalah incaran empuk terutama dari kaum Iawan Jenis.
Tugas perempuan adalah menjaga diri bukan memamerkan diri. Marilah menghias diri dengan budi luhur dan amal sholeh jangan cuma bisa berhias diri dengan bedak pupur dan gincu.

C. Harga Tingkat 1 Yang Baik

  1. Tidak melanggar sumpah
  2. Tidak melanggar perpecahan
  3. Tidak sombong
  4. Mantep
  5. Kendal/pemberani asal benar.
  6. Ora mangro tingal = tidak mudah terpengaruh dan tetap pendiriannya.
  7. Sanggup mengembangkan SHT walau dimana tempatnya
  8. Tidak munafik

D. Apa sebab Sabuk SH Terate diikat di sebelah kiri pinggan?

  • Bahwa orang SH Terate di sahkan oleh suatu rasa persaudaraan.
  • Arti Sabuk SH Terate di ikat sebelah Kiri juga memberikan arti bahwa anggota Warga SH Terate  mau mempersoalkan hal yang sepele.

E. Arti Sabuk di ikat tali Wangsul

Bertengkar dengan saudara sendiri jangan dibuat prinsip kalau ada masalah dikembalikan kepermasalahan semula dan di perbaiki.

F. Arti Berpakaian Longgar

Berarti orang SH Terate itu mempunyai sifat longgar/lapang dada (kebak ing pangapuro)

G. Jenis Hidup ada 2 Macam

  • Betul-betul hidup: Tahu tentang kehidupan/jejering urip ing ndonyo.
  • Hidup-hidupan: tidak tahu tentang kehidupan.

H. Sabuk di kiri bahwa orang SHT tidak mau mempersoalkan hal yang sepele

  • Cobaan : Suatu ujian yang datang dari manusia
  • Cobaan : Suatu ujian yan berasal dari Tuhan.
  • Salah : Suatu perbuatan yang mudah diampuni.
  • Dosa : Suatu perbuatan yang tidak bisa diampuni kecuali oleh Tuhan.

I. Hukum SH Terate

Orang SH Terate tidak merasa sendirian dan tidak pernah kesepian tetapi jiwa -jiwa yang masih kesepian berarti ke-SH-annya belum sempurna.

J. Jurus-jurus dalam SH Terate

  1. 1-10 : Melambangkan melambangkan bayi dalam kandungan kemudian lahir lahir ke dunia,
  2. 11-20 : Melambangkan seseorang yang mengenal lingkungan atau masyarakat,
  3. 21-28 : Melambangkan masa peralihan menjadi dewasa,
  4. 29-36 : Melambangkan orang yang sudah dewasa dan dapat berpikir, bersikap dan bertindak,
  5. Pisang Raja : Raja adalah pemegang kekuasaan tertinggi disuatu negara pada waktu melatih seseorang SHT seakan – akan seperti raja setiap siswa harus taat kepada pelatih.
  6. Suruh : dari kata ngangsu kawruh
  7. Suruh Temu Rose : Antara warga yang satu dengan lainnya harus saling bertemu. Ketan  Persaudaraan SHT sulit dipisahkan seperti ketan.
  8. Lilin : orang SHT rela berkorban demi kebenaran orang banyak walaupun dirinya hancur sebagai penerang.
  9. Uang Mahar : Sebagai penebus jurus.
  10. Keceran : seolah-olah seperti bayi yang baru lahir untuk memperingati pendekar-pendekar yang baru lahir bicara dari hati ke hati bicara antara dua orang dengan penuh pengertian (serius)

XXIII. Manfaat Dari Latihan

Manfaat dari Latihan SH Terate:
  1. Sehat jasmani dan rohani.
  2. Cerdas trampil, disiplin, tekun.
  3. Meningkatkan kerukunan hidup sosial.
  4. Membina gotong royong.
  5. Meningkatkan kewibawaan dalam masyarakat.
  6. Cepat mengambil keputusan dari suatu masalah.
  7. Dapat ikut merasakan jerih payah orang tak punya.
  8. Meningkatkan ketajaman daya pikir.
  9. Keseimbangan tubuh terjamin.
  10. Dapat melatih kesopan santunan.
  11. Dapat seimbang antara mental dan keberanian.
Janganlah sekali-kali kau memaksakan kehendakmu terhadap seseorang padahal orang itu tidak suka akan kehendak itu sebab akan menimbulkan kebencian bahkan mungkin menjadi akan terjadi permusuhan. Berfikirlah dulu apakah kehendak itu baik atau buruk bila kehendak itu baik bagimu tapi musyawarahkan dulu dengan orang yang lebih pandai sebab mungkin kehendak itu tidak cocok dengan orang lain.

XXIV. Perkataan

Mengenai Perkataan:
Kita semua (apalagi setelah disyahkan) mengucapkan atau menyatakan hal yang penting dan menyinggung banyak orang haruslah didasari oleh hati yang suci. Jadi, mengatakan sesuatu apapun harus sesuai dengan apa yang ada dalam hati. Menyatakan hal yang tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya ada dalam hati berarti kita menanggung dosa sebanyak tiga kali, yaitu:
  1. Dosa kepada Tuhan
  2. Dosa kepada orang yang kita ajak bicara
  3. Dosa kepada diri sendiri
Oleh karena itu, jelaslah bahwa dalam Islam, larangan untuk munafik harus diikuti, karena hal itu melanggar sumpah sebagai orang beragama. Sebagai hasilnya, kita harus selalu konsisten dalam mengeluarkan perkataan.

XXV. Tata Cara / Syarat menggembangkan Ilmu SH Terate

A. Parameter

Tahapan Tata Cara aturan sebagai bentuk Pedoman serta Syarat terhadap mengimplementasikan penggembangan Ilmu SH Terate:
  1. Harus mantap dalam hati.
  2. Harus mempunyai pedoman.
  3. Bila telah memiliki siswa, harus bertanggung jawab.
  4. Harus membimbing siswa ke jalan yang benar dan harus ditempuh.
  5. Rela berkorban demi organisasi yang dipimpin, baik tenaga, benda maupun pikiran, supaya lancar.
  6. Harus berani beradaptasi dengan siswa.
  7. Tidak boleh membedakan siswa satu dengan yang lainnya.
  8. Ketika memberi ceramah, tidak boleh sampai menyinggung perasaan siswa.
  9. Harus menjaga siswa sebagaimana menjaga diri sendiri.
  10. Bila siswa mengalami masalah, pelatih harus sedapat mungkin turut memecahkannya.

B. Istilah Kata Warga berasal dari Kata

  • “Wani amarga”: dalam membela kebenaran.
  • “Wedhi amarga”: melakukan kesalahan (dosa).
  • “Wibowo amarga”: orang bisa berwibawa karena perkataan, tingkah laku, dan perbuatan.
Jadi, menjadi seorang warga harus bisa membela kebenaran dan takut berbuat dosa. Sehingga, bila perbuatan seorang warga selalu baik, maka akan menimbulkan kewibawaan pada dirinya. Orang yang lemah akan menjadi kuat bila ia percaya pada kemampuannya dan tindakannya yang menurut ketentuan Tuhan. Sesungguhnya, orang yang baik tidak sama dengan orang yang lemah. Orang yang lemah memang kelihatan seperti orang yang baik, tapi tidak selalu suka kekerasan dan cenderung mengalah pada soal yang prinsip. Orang yang lemah jiwanya tidak berani berbuat sesuatu, lain halnya dengan orang yang berjiwa baik dan kuat hatinya, ia akan berbuat dan bertindak lemah lembut dalam soal kecil atau remeh, mengalah. Namun dalam soal prinsip atau besar, ia berani menaruhkan segala-galanya, termasuk jiwa raganya. Untuk itulah, anggota (warga) PSHT perlu mempunyai pembelaan yang dapat diandalkan.

C. Ilmu Setia Hati (SH)

Ilmu SH adalah ilmu mengenal diri sendiri sebaik-baiknya. Berikut macam kepribadian SH antara lain:
  • Berjiwa dan berbudi luhur.
  • Pemberani dan tidak takut mati.
  • Soal kecil/remeh mengalah, tetapi soal besar/prinsip dia bertindak.
Ngalami iku tinemu kanthi laku, artinya ilmu dapat didapat dengan berbagai jalan, antara lain rasa disiplin, tanggung jawab, berkeyakinan, dan diamalkan sebaik-baiknya. Ilmu tanpa pengalaman hanyalah merupakan fantasi.
Sifat sombong akan membantu kita pada rasa yang paling tinggi dan lupa bahwa di atas kemampuan manusia ada kekuasaan yang mutlak, yakni Tuhan YME. Mengapa kita memakai simbol bunga Terate? Sebab bunga terate adalah bunga yang dapat hidup di air bagaimanapun juga daunnya, hidup di air kelihatan basah. Diair yang berlumpur tidak kelihatan kotor. Maksudnya, warga SH Terate harus mampu beradaptasi dan hidup di segala lapisan masyarakat, tidak ikut jelek ketika berkumpul dengan orang-orang jahat/jelek.
Kesabaran akan menolong pada setiap pikiran. Apabila seseorang memiliki sifat penyabar, maka penyelesaiannya akan mudah. Kerohanian adalah tingkatan mental yang mengakui adanya ketakutan atau kekhawatiran terhadap bahaya-bahaya atau kemungkinan celaan-celaan.
Kejujuran adalah perpaduan watak, bakat dalam prinsip moral, tabiat suka akan kebenaran, tulus hati, dan perasaan halus mengenai etika keadilan dan kebenaran.
Kejujuran berguna untuk menjaga agar kita terhindar dan bersih dari celaan atau kemungkinan mendapat celaan.”
Tindakan untuk mengembangkan dan menyempurnakan sifat ini adalah sebagai berikut:
  • Berlaku selalu jujur dan mencintai kebenaran serta kenyataan pada setiap saat.
  • Bersikap seksama dan teliti dalam membuat pernyataan resmi maupun tidak resmi.
  • Memegang pendirian apabila pendirian tersebut didasarkan pada kebenaran.
  • Menjunjung tinggi rasa tanggung jawab atas tugas dan prinsip-prinsip di atas segalanya. Apabila terpaksa harus melakukan koreksi, lakukan dengan baik dan bertanggung jawab.

D. Tujuan Pokok Shalat Malam

Tujuan Pokok Shalat Malam adalah menambah ilmu dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME). Orang di tempat sepi biasanya merasa dirinya kecil, apalagi jika berada di atas makam, diharapkan dia ingat bahwa besok dia akan mati seperti orang yang diinjak makamnya.
Kita bisa mengatakan seseorang baik jika kita bisa menyadarkan kesalahannya. Seseorang ingin selalu dihormati, tapi mengapa tidak semua orang mau menghormati orang lain? Jangan mudah tersinggung sebelum pokok permasalahannya jelas.
Yang dimaksud dengan ISLAM adalah suatu agama dari Tuhan/Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk disebarluaskan kepada umat di seluruh penjuru dunia.
KIBLAT adalah suatu pandangan untuk menentukan arah yang benar dalam beribadah.

Manusia hidup harus mengenal 5 hukum:

  1. Hukum pribadi adalah hukum yang berkaitan dengan kehidupan individu, seperti hak asasi manusia, kewajiban, dan tanggung jawab.
  2. Hukum ghaib adalah hukum yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak terlihat atau tidak dapat dijelaskan dengan logika dan ilmu pengetahuan, seperti adanya malaikat, jin, dan kekuatan gaib lainnya.
  3. Hukum alam adalah hukum yang mengatur segala aspek kehidupan di alam semesta ini, seperti hukum fisika, biologi, dan kimia.
  4. Hukum karma adalah hukum yang berkaitan dengan konsep bahwa setiap tindakan yang dilakukan akan menghasilkan akibat, baik itu baik atau buruk.
  5. Hukum kepercayaan adalah hukum yang berkaitan dengan keyakinan atau agama yang dianut oleh seseorang.

Yang dimaksud 4 Kiblat 5 pancer 4 Kiblat yaitu:

  1. Amarah (nafsu marah/api/hawa nafsu) mengacu pada emosi marah atau kemarahan.
  2. Supiyah (nafsu duniawi/angin/hawa birahi) mengacu pada nafsu duniawi, seperti hawa birahi atau keinginan untuk memenuhi nafsu duniawi.
  3. Aluamah (nafsu membunuh/tanah/makanan/rakus/) mengacu pada keinginan untuk membunuh atau rasa rakus dalam mengkonsumsi makanan atau harta benda.
  4. Mutmainah (nafsu Ibadah/air) mengacu pada keinginan untuk beribadah dan mencapai ketenangan batin.

Untuk dapat disyahkan:

  • Teteg adalah sebuah istilah dalam bahasa Jawa yang mengacu pada kemantapan atau kekuatan.
  • Madep adalah sebuah istilah dalam bahasa Jawa yang mengacu pada kejelasan atau ketegasan.
  • Mantep adalah sebuah istilah dalam bahasa Jawa yang mengacu pada kepastian atau keamanan.
SH Terate mengesahkan warganya pada bulan Suro atau Muharam disebabkan karena pada bulan itu terjadi kejadian-kejadian yang keramat yang di antaranya:
  • Tuhan menciptakan Alam seisinya.
  • Bertemunya Nabi Adam dan Hawa.
  • Nabi Nuh mendapatkan daratan setelah banjir besar.
  • Nabi Musa AS membelah laut merah.
  • Lahirnya Nabi Isa AS.
  • Turunnya Ayat Kursi, salah satu ayat suci dalam Al-Quran.
  • Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, peristiwa penting dalam sejarah Islam.
Hikmah dari kejadian-kejadian itu adalah lenyapnya kebatilan dan munculnya kebaikan serta kebenaran. Maksud SH Terate mengesahkan warganya pada bulan Syuro adalah untuk memberikan kesadaran pada warganya bahwa bulan tersebut memiliki keistimewaan dan memotivasi warga yang di syahkan setelahnya dapat mengamalkan Ilmu Setia Hati dalam hal penegakan keadilan dan kebenaran serta selalui memberikan penerangan di setiap tempat ia mempijakkan kakinya.

Makna Ayam Jago:

Jika siswa sudah sah menjadi anggota Warga SH Terate dengan telah dilaluinya serangkaian pengesahan, selanjutnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari diharapkan bisa menjadi jagonya masyarakat. Karena itu, untuk ayam jago yang digunakan untuk pengesahan haruslah baik dan jangan sampai memiliki cacat fisik.

Makna Memakai Sabuk Mori:

Orang SH Terate seharusnya bisa melakukan hal yang baik, suci dari noda dan perbuatan yang tercela, hatinya bersih seputih mori sebagai sabuknya, jujur dalam perkataan maupun tingkah lakunya, tidak munafik.

Makna Mengikat Sabuk di Sebelah Kiri:

Kepentingannya sendiri, mendahulukan kepentingan umum daripada dirinya, dan mengesampingkan hal-hal yang remeh. Jadi tidak mau mempersoalkan hal-hal yang sepele.

Makna Sabuk Diikat Tali Wangsul:

Warga SHT harus mampu memecahkan persoalan, walau bagaimana rumitnya, apalagi kalau terjadi pertengkaran sesama warga. Jangan dibuat prinsip, tetapi pecahkanlah bagaimana baiknya, dan pecahkanlah masalah itu dengan cara yang mudah.

Makna Daun Sirih / Suruh:

Artinya kuncup itu dengan cara digali, maksudnya dicari, walau cuma sedikit demi sedikit, sebab ilmu itu tak akan datang dengan sendirinya. Sebab perlu disadari, Tuhan akan mengangkat derajat orang-orang yang pandai/berilmu, asal ilmu itu untuk kebaikan.

Makna Daun Suruh yang Temu Rose:

Walaupun orang SH Terate itu bermacam-macam corak ragamnya, namun tetap satu, perasaan satu rasa, meski orang itu miskin, kaya, dan lain-lain, namun bila sudah masuk dalam SHT adalah sama. Sebab kita adalah satu organisasi. Jadi ibaratnya, yang satu baik, semua pun ikut baik, demikian pula sebaliknya (sing sidi dijiwit liyane melu lara).

Makna Sugih Tanpa Bandha:

Ini adalah cuma sanepa atau ibarat, yang dimaksud sebenarnya adalah “ilmu”. Ilmu bisa kita miliki sebanyak-banyaknya, dan ilmu cuma bisa dirasakan tapi tak bisa diraba maupun dipegang. Jadi kaya tanpa harta benda itu adalah kaya ilmu. Maka dari itu, orang yang berilmu wajib mengajarkan kepada orang lain.

Makna Memakai Tali yang Khas:

Artinya: Orang SH Terate boleh berguru kepada perguruan lain kemana saja yang disukai, namun dia harus tetap ingat pada perguruannya sendiri. Jadi walaupun berguru sampai kemana pun, dia masih terikat dalam PSHT atau Orang SH Terate. Harus bisa mengendalikan hal-hal yang bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain, supaya bisa mengikat dirinya dari nafsu syetan.

XXVI. Ketua Umum Setia Hati Terate

Daftar Ketua Umum dari Awal Hingga Akhir Zaman

No Nama Rentang Waktu Tahun
01 Ki Hardjar Hardjo Oetomo 1922 s/d 1948 26
02 RM. Soetomo Mangkoedjojo 1948 s/d 1956 08
03 RM. Soetomo Mangkoedjojo 1962 s/d 1974 12
04 Muhammad Irsyad Widagno 1956 s/d 1958 02
05 Santoso 1958 s/d 1962 04
06 RM. Imam Koessoepanggat 1974 s/d 1977 03
07 Badini 1977 s/d 1981 04
08 RM. A.T. Tarmadji Boedi Harsono 1981 s/d 2014 33
09 Richard Simorangkir (Plt.) 2014 s/d 2016 02
10 Arif Suryono (Plt.) 2014 s/d 2016 02
11 Muhammad Taufik 2016 s/d 2017 01
12 RM. Moerdjoko Hadi Wiyono 2017 s/d 2026 09

Lokasi Google Maps

Visualisasi Penyebaran SH Terate dengan Google Maps

Artikel Terkait diluar Buku KeSHan ini, namun saat Wejangan

Bolehkah Siswa Pacaran dengan Warga psht

Artikel berikut membahas tentang bolehkah siswa pacaran dengan warga psht. Meskipun tidak ada aturan yang secara khusus melarang, siswa harus mempertimbangkan beberapa hal seperti memahami prinsip-prinsip dan aturan-aturan dalam organisasi PSHT, serta dampak dari hubungan tersebut terhadap pendidikan dan masa depannya. Kesimpulannya, apakah siswa diperbolehkan untuk pacaran dengan warga PSHT atau tidak tergantung pada kesepakatan dan kesiapan siswa serta pasangannya untuk menjalankan hubungan tersebut dengan baik dan bertanggung jawab.

XXVII. Penutup

Dalam menutup buku panduan Materi KeSHan PSHT ini, kita ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan materi ini. Kita juga berharap bahwa panduan ini dapat bermanfaat bagi anggota PSHT dalam mengembangkan ilmu dan memperkuat persaudaraan.
Sebagai anggota PSHT, kita harus senantiasa mengikuti ajaran dan pepatah “Setia Hati Terate” selebihnya kita harus ““Wani Perih” yaitu berani dan tangguh menghadapi segala rintangan dan tantangan dalam hidup, dengan tetap mengutamakan kejujuran dan kesetiaan pada ajaran PSHT”“.
Maka dalam segala aktivitas yang kita lakukan, Kita harus selalu mempraktekkan nilai-nilai kebersamaan, kepercayaan, dan kesetiaan yang menjadi dasar dari organisasi tercinta ini.
Dalam berlatih pencak silat, kita juga harus selalu menjunjung tinggi sportivitas dan menghindari segala bentuk kekerasan dan tindakan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Kita harus menjadi teladan bagi masyarakat dalam mempraktekkan ajaran PSHT dan membawa organisasi ini ke arah yang lebih baik.
Akhir kata, kita berharap panduan Materi KeSHan PSHT ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan membantu kita dalam mengembangkan ilmu dan keterampilan dalam dunia pencak silat. Teruslah belajar dan berlatih dengan semangat dan tekad Setia Hati, Terate, Wani Perih. Salam PSHT!
SALAM PERSAUDARAAN – PSHT JAYA