Dalam kodratnya, manusia memiliki kecenderungan dan keinginan untuk tumbuh dan berkembang menuju proses pembentukan jatidiri yang kuat dan sejalan dengan tujuannya dalam hidup. Namun, di dalam perjalanan menuju pencapaian tujuan ini, manusia akan dihadapkan dengan dua permasalahan besar yang saling bertentangan.
Permasalahan pertama yang dihadapi manusia adalah kebutuhan untuk memuaskan keinginan pribadinya yang tidak terelakkan dan membutuhkan pemenuhan yang seimbang. Manusia memiliki berbagai keinginan seperti keinginan untuk dicintai dan mencintai, keinginan untuk menyelesaikan semua persoalan, kebutuhan untuk makan, minum, dan menikmati fasilitas hidup yang memadai, serta kebutuhan untuk membentuk keluarga dan memiliki anak-anak.
Namun, di sisi lain, ketika manusia memuaskan kebutuhan pribadinya, ia juga harus mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan orang lain yang sejalan dengan dirinya. Kehidupan sosial manusia membuatnya harus berinteraksi dengan orang lain yang memiliki kebutuhan dan keinginan yang sama dengan dirinya. Dalam hal ini, manusia harus mempertimbangkan bagaimana memenuhi kebutuhan dan keinginan pribadi serta memperhatikan kebutuhan orang lain.
Untuk memenuhi kedua permasalahan ini, manusia harus mempelajari keterampilan kepemimpinan diri dan interaksi sosial yang efektif. Dengan memahami kebutuhan pribadi dan orang lain, manusia dapat mengatur dan menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan tersebut. Hal ini penting untuk mencapai jatidiri yang kuat dan sejalan dengan tujuan hidup manusia.
Akibat dari keinginan manusia untuk memenuhi kehendak dan keinginannya, manusia tidak dapat menghindari kenyataan yang sangat nyata, yaitu interaksi sosial yang seringkali menimbulkan konflik dan ketidaknyamanan jika ada pihak yang merasa dirugikan. Namun, dalam konteks persaudaraan, Persaudaraan Setia Hati Terate telah memiliki prinsip yang jelas yaitu mengusahakan untuk menyeimbangkan keinginan dan kepentingan diri sendiri dengan menjunjung tinggi prinsip keseimbangan sebagai bagian dari esensi persaudaraan.
Ketika manusia berinteraksi dengan orang lain, ia tidak selalu bisa memperoleh keinginan dan kepentingannya sendiri dengan mengabaikan kebutuhan dan kepentingan orang lain. Kehidupan sosial manusia membutuhkan keterampilan interpersonal yang efektif untuk mencapai keseimbangan antara keinginan diri sendiri dan kebutuhan orang lain. Persaudaraan Setia Hati Terate mengajarkan nilai-nilai seperti rasa hormat, kesederhanaan, toleransi, dan tanggung jawab sosial untuk memperkuat hubungan persaudaraan yang sehat dan harmonis.
Dalam konteks ini, menjunjung tinggi prinsip keseimbangan merupakan suatu kewajiban bagi setiap individu dalam Persaudaraan Setia Hati Terate. Prinsip ini menunjukkan bahwa dalam setiap interaksi sosial, manusia harus memperhatikan kebutuhan dan keinginan orang lain sejalan dengan memenuhi kebutuhan dan keinginan diri sendiri. Hal ini diperlukan untuk menciptakan lingkungan sosial yang sehat dan harmonis, yang akan memperkuat persaudaraan dan mencapai tujuan bersama dalam kehidupan.
Arti Nilai Keseimbangan Jatidiri Setia Hati Terate
Percayalah bahwa memahami dan menerapkan nilai-nilai keseimbangan itu bukanlah sesuatu yang remeh, melainkan merupakan keyakinan yang teguh akan keberadaan hukum sebab-akibat yang saling berdampak. Keyakinan ini harus teraplikasikan tidak hanya dalam perannya sebagai bagian dari masyarakat untuk masyarakat (hablumminannas), tetapi juga dalam perannya sebagai pencipta dan makhluk-Nya (hablumminallah). Persaudaraan Setia Hati Terate kemudian memiliki beberapa peribahasa atau sanepan atau pralampita yang dipercayainya, seperti:
Persaudaraan Setia Hati Terate memegang keyakinan yang kuat dalam nilai keseimbangan dan hukum timbal balik, yang tercermin dalam beberapa peribahasa atau sanepan atau pralampita yang mereka anut.
- Peribahasa pertama adalah “Sapa sing nandur bakal ngunduh” yang berarti siapa saja yang berusaha menanamkan sesuatu, dialah yang akan memetik hasilnya. Artinya, setiap tindakan yang kita lakukan akan memberikan dampak pada masa depan dan kita harus bertanggung jawab atas hasil yang kita peroleh.
- Peribahasa kedua adalah “Sapa sing wani miwiti kudu bisa mungkasi” yang berarti siapa saja yang memulai suatu pekerjaan, dia akan menemukan jalan keluar untuk menyelesaikannya. Artinya, ketika kita memiliki tekad yang kuat untuk memulai suatu hal, maka kita juga akan menemukan cara untuk menyelesaikannya meskipun menghadapi rintangan yang sulit.
- Peribahasa ketiga adalah “Nandur jagung tukul jagung, nandur pari tukul pari” yang berarti siapa saja yang melakukan sesuatu, dia akan mendapatkan balasan setimpal dengan perbuatannya. Atau dalam bahasa yang lebih tinggi lagi “ngunduh wohing pakarti” (menerima dampak dari perbuatannya). Artinya, setiap perbuatan yang kita lakukan akan memberikan dampak yang setimpal, baik itu positif maupun negatif, dan kita harus siap menerima konsekuensi dari tindakan kita.
Arti Bijaksana dan Adil Setia Hati Terate
Sebagai seorang anggota Persaudaraan Setia Hati Terate, kita diharapkan memiliki kemampuan untuk menilai perilaku orang lain dengan bijaksana dan adil. Dalam melakukan penilaian tersebut, kita tidak boleh terjebak oleh unsur subyektivitas meskipun penilaian itu sendiri sudah berada diambang batas subyektivitas. Oleh karena itu, kita harus menggunakan pertimbangan yang bijaksana dan arif dalam menilai baik dan buruknya perilaku orang tersebut.
Jika dalam perjalanan hidupnya, seseorang terbukti memiliki lebih banyak sifat baik ketimbang buruknya, maka kita harus mengakui dan menghormati orang tersebut sebagai seseorang yang berkategori baik. Begitu pula sebaliknya, jika seseorang memiliki lebih banyak sifat buruk daripada baiknya, kita tidak boleh mengabaikan atau menutup mata terhadap hal tersebut. Dalam menghadapi situasi semacam ini, kita harus berusaha mempertimbangkan secara obyektif dan tidak memihak pada salah satu pihak. Dengan begitu, kita dapat menjaga keberadaan hukum timbal balik yang seimbang dalam kehidupan kita sebagai anggota Persaudaraan Setia Hati Terate.
Sebagai contoh konkrit dari penerapan prinsip keadilan dan keseimbangan yang dipegang oleh insan Persaudaraan Setia Hati Terate, mari kita pertimbangkan situasi di mana seseorang melakukan perbuatan jahat seperti mencuri. Meskipun pada hari-hari biasanya orang tersebut sopan, baik, rajin beribadah, dan suka menolong, orang lain pasti akan dengan mudah mengecap orang tersebut sebagai orang jahat. Namun sebagai insan Persaudaraan Setia Hati Terate, kita harus menghindari pengambilan keputusan yang tergesa-gesa dan menghindari penilaian yang subyektif. Sebaliknya, kita harus mempertimbangkan situasi dengan hati-hati, mengeksplorasi akar permasalahannya, dan kemudian melakukan penilaian dengan menggunakan prinsip keadilan, arif, dan bijaksana.
Konsep penilaian yang dianut oleh insan Persaudaraan Setia Hati Terate didasarkan pada nilai-nilai keseimbangan. Konsep ini memungkinkan insan Persaudaraan Setia Hati Terate untuk menilai dengan bijak dan adil tanpa terbelenggu oleh unsur subyektivitas. Meskipun terdapat batas subyektivitas dalam penilaian, namun kita harus tetap adil dan bijaksana. Hal ini berarti kita harus menimbang baik dan buruk dari suatu perbuatan. Sebagai contoh, ketika seseorang berbuat jahat seperti mencuri, orang lain mungkin akan langsung menilai orang tersebut sebagai orang jahat. Namun, sebagai insan Persaudaraan Setia Hati Terate, kita tidak boleh terburu-buru dalam mengambil keputusan final dan harus mencari akar persoalannya terlebih dahulu.
Persaudaraan Setia Hati Terate memegang prinsip bahwa parameter penilaian yang digunakan adalah nilai-nilai keseimbangan. Konsep penilaian ini menjadikan kita arif untuk memecahkannya dengan satu keyakinan bahwa tidak selamanya orang akan berbuat baik dan tidak selamanya orang akan berbuat jahat. Kita harus mengakui bahwa secara kodrati, manusia adalah makhluk yang suci. Oleh karena itu, dalam melakukan penilaian, kita harus memandang sisi kebaikan seseorang untuk menentukan apakah orang tersebut baik atau tidak. Sebaliknya, jika kita hanya memandang sisi jelek seseorang, maka semua kebaikan yang pernah dilakukannya akan tampak buruk. Persaudaraan Setia Hati Terate tidak sependapat dengan peribahasa yang mengatakan “panas setahun dihapus hujan sehari”, karena prinsip Persaudaraan Setia Hati Terate adalah bahwa seseorang tidak boleh dihakimi hanya karena satu kesalahan yang dilakukannya.